POJOKSATU.id, JAKARTA – Klarifikasi harta kekayaan mantan pegawai Ditjen Pajak, Rafael Alun, masih berproses di Komisi Pemberantasan Korupsi.

Setelah memberikan klarifikasi harta kekayaan atau LHKPN Rp 56 miliar kepada KPK, mobil mewah Jeep Rubicon Rafael Alun jadi sorotan.

Mobil Rubicon yang jadi alat pamer Mario Dandy Satriyo menjadi sorotan karena Rafael mengaku telah menjual mobil itu.

Dalam pengakuannya, mobil itu dibeli dari seseorang dengan nama pemilik di STNK dan BPKB bernama Ahmad Syarifudin (AS).

Namun setelah dilakukan penelusuran oleh KPK, alamat Ahmad Syarifudin berada di dalam gang sempit di kawasan Mampang, Jakarta Selatan.

BACA: Pengakuan ‘Pemilik’ Rubicon yang Dibeli Rafael Alun, Ternyata ‘Kontraktor’ dan Penerima BLT 2022

Bahkan diketahui bahwa rumah ‘pemilik’ Rubicon itu bukan milik AS.

Pasalnya, rumah dengan alamat tersebut adalah sebuah rumah kontrakan.

Ketua RT 01/RW 01, Gang Jati, Mampang Prapatan, Kamso Badrudin, mengaku tak percaya AS pernah memiliki mobil Rubicon.

“Saya baru dengar kalau dia pemilik mobil Rubicon tersebut,” ujarnya, dikutip dari Antara, Kamis (2/3/2023).

Kamso pun yakin seyakin-yakinnya, AS tidak memiliki Rubicon yang harganya miliaran rupiah itu.

BACA: Misteri Rubicon Rafael Alun, Ngaku Dijual ke Kakak Tapi Kok Alamatnya Berada di Gang Sempit

Karena itu, Kamso curiga nama AS sengaja dipakai oleh orang lain yang jadi pemilik asli Rubicon dimaksud.

“Kayaknya enggak mungkin banget dan enggak tahu kalau identitasnya dipakai oleh pihak tidak bertanggung jawab,” kata Kamso.

Menurut dia, AS selama ini dikenal baik dan ramah ke semua orang. Tapi, tak pernah bercerita soal memiliki mobil mewah.

“Sekarang sudah enggak bisa dihubungi lagi nomor teleponnya. Menurut keterangan terakhirnya, dia tinggal di daerah Cipinang, Jakarta Timur,” katanya.

Kamso menuturkan, kehidupan AS terbilang susah secara ekonomi.

BACA: Pengumuman, Rafael Alun Orang Tua Mario Dandy Minta Dikasihani, Pantas ?

Menurut dia, AS bahkan bercerita hanya memakai motor tua untuk beraktivitas.

AS mengontrak rumah tersebut seorang diri pada tahun 2006 hingga 2008.

Saat itu, harga sewa kontrakan per bulannya masih Rp 400 ribu.

Saat ini, AS sudah tak tinggal di rumah kontrakan itu. Kamso mengaku tak tahu keberadaannya.

Namun, lanjut dia, AS masih berkomunikasi dengan Ketua RT ketika ada jatah bantuan sosial (bansos) dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) tahun 2022. (Fandi/pojoksatu)