Sentimen
Positif (100%)
3 Mar 2023 : 15.05
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Tangerang, Yogyakarta, Kuala Lumpur

Tokoh Terkait

Zulkifli Lubis, Intelijen Paling Ditakuti Asal Indonesia

3 Mar 2023 : 15.05 Views 1

iNews.id iNews.id Jenis Media: Nasional

Zulkifli Lubis, Intelijen Paling Ditakuti Asal Indonesia

JAKARTA, iNews.id - Sosok Zulkifli Lubis yang disebut sebagai intelijen paling ditakuti asal Indonesia, menarik untuk diulas pada artikel kali ini. Meski, namanya memang tak sementereng Ali Moertopo atau LB Moerdani, tapi Lubis tak bisa dinafikan punya jasa besar.


Lubis merupakan peletak pondasi lembaga intelijen Tanah Air. Sepak terjangnya tak main-main, tak ayal dia dinobatkan sebagai Bapak Intelijen Indonesia


Zulkifli adalah anak kelima dari sepuluh bersaudara. Ayahnya bernama Aden Lubis gelar Sutan Srialam dan ibunya bernama Siti Rewan Nasution. Kedua orang tuanya adalah guru di sekolah guru Normaalschool.


Zulkifli Lubis memperoleh kesempatan menikmati pendidikan Belanda pada Hollandsch Inlandsche School. Setelah menyelesaikan HIS, kemudian Kifli melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs di kota yang sama.


Pada masa itu Zulkifli Lubis mulai kelihatan sering membaca koran Deli Blaad, yang diperoleh dari temannya yang berjualan. Melalui Deli Blaad, Zulkifli mulai mengenal pidato-pidato Sukarno, Hatta, Muhammad Husni Thamrin dan perdebatan di Volksraad.


Koran yang dimiliki pemilik perkebunan di Sumatera Timur itu mempunyai peranan membangkitkan semangat kebangsaan pelajar semacam Zulkifli Lubis. Di MULO, Zulkifli dan kawan-kawannya tergabung dalam kelompok Patriot.


Mereka bisa dibilang sebagai oposisi diam-diam karena sebagai contoh, jika ada upacara mereka tidak mau menyanyikan lagu kebangsaan Belanda, Wilhelmus, malahan mengajak peserta upacara lainnya agar ikut diam.


Selepas tamat dari MULO, Zulkifli melanjutkan ke Algemeene Middlebare School B di Yogyakarta. Hal yang menyenangkan Zulkifli selama bersekolah di AMS B adalah kesempatan dirinya diminta maju ke depan kelas untuk mencoba mengajar.


Misalnya mata pelajaran ilmu tata negara dan sejarah. Di AMS B, Zulkifli bersama teman-temannya sering mengadakan diskusi kebangsaan, termasuk teman-teman dari Parindra.


Ketika Jepang menduduki Hindia Belanda, Zulkifli Lubis mengikuti ajakan temannya untuk turut serta latihan yang diselenggarakan oleh Tentara Jepang untuk para pemuda.


Pilihan itu diambil Zulkifli daripada menganggur. Setelah memperoleh latihan sekitar dua bulan di Seinen Kurensho (pusat latihan untuk barisan pemuda), Zulkifli menerima tawaran khusus untuk mendapat pendidikan perwira militer.


Di Seinen Dojo (balai penggemblengan pemuda) Tangerang ada sekitar 40 siswa dari seluruh Jawa. Zulkifli Lubis, Kemal Idris dan Daan Mogot termasuk angkatan pertama. Balai penggemblengan inilah yang pertama kalinya memperkenalkan Zulkifli pada dunia intelijen.


Pertengahan tahun 1944, Zulkifli Lubis diajak oleh Rokugawa (bekas komandan Seinen Dojo) ke Malaysia dan Singapura. Disana ia berkenalan dengan Mayor Ogi, yang wajahnya mirip dengan orang Barat dan pandai berbahasa Prancis.


Perwira intelijen Jepang yang tinggal satu kamar dengan Zulkifli Lubis itu sering bercerita mengenai pengalamannya melakukan kegiatan intelijen di Vietnam.


Zulkifli Lubis beruntung karena ia adalah satu-satunya orang Indonesia yang berada di kota Singa itu memperoleh kesempatan untuk mempelajari dunia intelijen dalam praktik dengan bimbingan dari Rokugawa.


Zulkifli dan Rokugawa senantiasa melapor kepada komandan Jepang untuk wilayah Asia Tenggara di Singapura.


Di Singapura inilah Fujiwara Kikan, sebuah badan rahasia Jepang untuk Asia Tenggara yang tersohor beroperasi. Ketika kemudian Zulkifli Lubis berada di Kuala Lumpur. Ia memperoleh kesempatan mengenai dunia intelijen lebih mendalam.


Rokugawa mengajari Zulkifli mengenai bagaimana caranya mengetahui jumlah penduduk dalam satu kota atau mengetahui apakah rakyat itu anti atau pro Jepang.


Setelah belajar intelijen di luar negeri, Zulkifli kembali ke tanah air. Ia melibatkan diri dalam rencana Jepang untuk membentuk kelompok-kelompok intelijen di berbagai tempat di Jawa sebagai pasukan gerilya untuk menghadapi pasukan Sekutu jika kelak mendarat.

Editor : Komaruddin Bagja

Follow Berita iNews di Google News

Bagikan Artikel:

Sentimen: positif (100%)