Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: PLN
Event: Indonesia Investment Authority (INA)
Kab/Kota: Cirebon, Madura
Tokoh Terkait
PLTU Milik Pengusaha Top RI Ini Bakal Disuntik Mati Duluan!
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah sudah bertekad menyuntik mati penggunaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara, dan menggantikannya dengan pembangkit listrik energi baru dan terbarukan (EBT). Salah satu pembangkit yang masuk daftar awal pensiun dini adalah PLTU Batu Bara Cirebon-1 yang dioperasikan PT Cirebon Electric Power (CEP).
Untuk mendukung pelaksanaan pensiun dini PLTU batu bara itu, pemerintah pun sudah membentuk Energy Transform Mechanism (ETM) yang dinakhodai oleh PT SMI sebagai ETM Country Platform Manager dan berkolaborasi dengan PT PLN (Persero) dan juga Indonesia Investment Authority (INA), serta beragam partner domestik dan internasional lainnya seperti ADB, ISDB hingga Japan Bank for International Cooperation.
ETM itu akan memensiunkan PLTU batu bara Cirebon-1 milik PT Cirebon Electric Power. Pensiun dini ini diperkirakan akan memakan biaya hingga US$ 250 juta - US$ 300 juta atau sekitar Rp 4,65 triliun (asumsi kurs Rp 15.500 per US$).
Berdasarkan data ADB, PLTU Cirebon-1 dioperasikan pada 2012 dan memiliki kontrak produksi listrik selama 30 tahun. Artinya, PLTU ini akan beroperasi hingga 2042. PLTU batu bara ini menyalurkan listrik untuk PLN yang menjadi off-taker alias pembeli listrik utama dari CEP.
Adapun, PLTU batu bara umumnya memiliki masa produksi antara 40-50 tahun. Artinya, jika tidak dipensiunkan, PLTU Cirebon-1 akan melakukan perpanjangan kontraknya 10-20 tahun lagi pada 2042. Di sisi lain, jika penghentian dilakukan pada 2037, maka operasinya akan berkurang 15 tahun. Angka ini diambil dari perkiraan masa hidup PLTU sebesar 40 tahun.
Dikutip dari data ADB, PLTU Cirebon-1 mempekerjakan 200 orang. Lantas, siapakah pemilik PLTU Cirebon-1 ini?
PLTU Cirebon-1 ini dioperasikan oleh PT Cirebon Electric Power (CEP). Mengutip situs perusahaan, CEP ini didirikan pada 2007 oleh konsorsium perusahaan multi-nasional di industri energi dan infrastruktur Asia, seperti Jepang dan juga Korea Selatan.
Adapun konsorsium pemilik CEP ini antara lain Marubeni Corporation asal Jepang, PT Indika Energy Tbk (INDY), dan perusahaan asal Korea Selatan Korean Midland Power (KOMIPO), dan Samtan Corporation. Adapun saham Indika Energy yang kini dipimpin oleh M.Arsjad Rasjid ini memiliki 20% di konsorsium CEP.
Konsorsium inilah yang berada dibalik PLTU Cirebon Unit 1 berkapasitas 1 x 660 MW di Kanci, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Sejak beroperasi pada Juli 2012, atau delapan bulan lebih awal dari rencana semula, unit pertama ini telah menghasilkan 5 TWh listrik per tahun melalui sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali (Jamali).
PLTU Cirebon-1 ini menggunakan teknologi supercritical, termasuk fired boiler dengan LO-NOx Burners. Teknologi ini diklaim bisa meningkatkan efisiensi siklus, mengurangi konsumsi batu bara dan polusi udara meski yang digunakan adalah batu bara berkalori rendah.
Presiden ADB, Masatsugu Asakawa, mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan pendekatan komprehensif dalam memberikan dukungan bagi pekerja dan komunitas serta wilayah yang mungkin terdampak. "ADB akan bekerja sama dengan pemerintah Indonesia, PLN, dan CEP untuk mengkalkulasi dampak bagi kehidupan pekerja dan komunitas lokal," ujarnya.
CEP juga telah memitigasi dampak langsung bagi pekerja, vendor lokal dan pihak terkait. Namun, ADB sendiri belum mengungkapkan kapan waktu yang tepat untuk menutup secara resmi PLTU batu bara ini.
ADB juga belum dapat memastikan PLTU mana yang akan ditutup kemudian. ADB hanya mengungkapkan bahwa PLTU Cirebon-1 ini dipilih dengan beberapa alasan. Pertama, PLTU ini memiliki kombinasi kepemilikan yang merepresentasikan pemerintah Indonesia, swasta dan internasional.
PLTU Cirebon ini juga memiliki usia sedang dan mempunyai struktur finansial yang sehat sehingga memudahkan untuk penerapan refinancing.
Kedua, proyek perusahaan ini memiliki program tanggung jawab sosial (CSR) yang aktif. "Makanya PLTU batu bara ini cocok untuk segera dipensiunkan dengan pertimbangan transisi yang kuat," tegas Asakawa.
[-]
-
PLTU Diganti Dengan EBT, Harga Listriknya Bakal Mahal?(pgr/pgr)
Sentimen: positif (99.6%)