Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: UNJ
HEADLINE: PAN Beri Kode Usung Ganjar-Erick pada Pilpres 2024, Bakal Ubah Peta Koalisi?
Liputan6.com Jenis Media: News
Berbeda dengan Ujang, Pengamat Politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menilai Ketum PAN Zulkifli Hasan terburu-buru memberikan dukungannya kepada Ganjar Pranowo dan Erick Thohir untuk Pilpres 2024.
"Apa yang dilakukan Zulkifli Hasan dalam perspektif politik itu adalah langkah politik yang kesusu. Tidak sabar," kata Ubedilah saat dihubungi Liputan6.com, Senin (27/6/2023).
Dia menduga, sikap gegabah ini diambil lantaran melihat dukungan kepada Anies Baswedan yang terus menguat dan sejalan dengan semakin solidnya Koalisi Perubahan. Sementara dia melihat Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Golkar, PAN, dan PPP tertatih-tatih dan cenderung semakin tidak solid.
"Karena ketidakpastian itu, ketidakpastian Ganjar untuk memilih KIB yang dikomandani Jokowi atau memilih PDIP yang dipimpin oleh Megawati. Ganjar kan ada pada satu dilema itu. Sehingga belum clear," tutur Ubedilah.
Selain itu, pernyataan Zulhas ini terlihat tanpa persetujuan partai besar di KIB, yakni Golkar. PAN dinilai ingin berlagak seperti Partai NasDem.
"Padahal yang lebih kuat di KIB itu kan Partai Golkar, mestinya Partai Golkar yang dilihat. Saya pikir kesusu itu ya. Jadi pernyataan (sinyal mendukung) pasangan Ganjar dan Erick di forum Rakornas itu memang berpotensi merusak soliditas dari Koalisi Indonesia Bersatu," ujar mantan aktivis 98 ini.
Ubedilah pun melihat adanya potensi KIB bubar sebelum perang setelah sikap PAN yang semakin terang-terangan mendukung duet Ganjar-Erick. Sementara Golkar sendiri sejak awal bersikeras mendorong Airlangga Hartarto yang merupakan ketua umumnya untuk maju di Pilpres 2024.
"Ada kemungkinan besar terjadi semacam eskalasi yang meninggi di kubu KIB. Bisa juga berpotensi pecah sebetulnya, karena Golkar pasti merasa dilangkahi, ditinggalkan. Saya menduga kayaknya memang ada pola-pola transaksional antara PAN dengan Ganjar dan Erick Thohir. Saya enggak tahu persis, tapi analisa saya memungkinkan ke sana kalau terburu-buru begitu tanpa persetujuan Golkar dan PPP," katanya.
Sikap tersebut juga tidak lantas membuat PDIP bersimpati dan bergabung untuk mengusung Ganjar Pranowo, meski Gubernur Jateng itu merupakan salah satu kader terbaik partai banteng. Hal ini terlihat dari beberapa pernyataan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri terkait Capres-Cawapres.
"Saya melihatnya dari pernyataan Megawati itu kan memang sangat berat menerima Ganjar sebagai Capres dari PDIP. Karena mengancam posisi orang yang dijagokan Megawati, misalnya ada Puan Maharani atau kader lain yang sebetulnya menurut PDIP jauh lebih berkualitas dibanding Ganjar," ujarnya.
Apalagi Ganjar beberapa kali mendapat sentilan dari elite PDIP karena dianggap bermanuver sendiri di luar keputusan partai. Padahal dalam tradisi PDIP, nama capres-cawapres akan dibahas dalam forum besar dan selanjutnya keputusan diserahkan sepenuhnya kepada Ketum Megawati.
"Jadi memang Megawati yang menentukan, tapi itu biasanya di injury time. Itu kan kasusnya Jokowi diangkat jadi capres PDIP itu kan di injury time. Mungkin Ganjar meniru cara Jokowi, tapi berbeda, karena Jokowi tidak deklarasi duluan, Jokowi juga tidak minta partai-partai lain buat koalisi. Pak Jokowi kan di ujung," ucap Ubedilah.
Sementara dengan kendaraan KIB, peluang Ganjar-Erick bertarung di Pilpres 2024 masih sangat kecil, kendati PPP sebagai salah satu anggota koalisi juga menyiratkan dukungan yang sama seperti PAN. Sebab, jika Golkar berpaling, maka suara PAN dan PPP tidak cukup untuk mengusung paslon di Pilpres 2024.
"Jadi kalau Golkar balik kanan dari KIB, ya (peluang) Ganjar-Erick kecil. Ditinggalkan oleh Golkar, ya jadi kecil, enggak cukup mereka presidential threeshold-nya," katanya.
Menurut Ubedilah, Golkar bisa saja bermanuver mendekati Koalisi Perubahan atau Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya. "Sebab bukan tidak mungkin kalau dari tanda-tanda pertemuan Golkar dengan Surya Paloh, dan seterusnya."
Namun jika KIB solid dan sepakat mengusung duet Ganjar-Erick, maka Ubedilah memprediksi Pilpres akan diikuti oleh lebih dari dua pasangan calon (Paslon) dan berlangsung dalam dua putaran. Ada potensi Pilpres akan diikuti oleh empat paslon.
"Pertama dari KIB, Koalisi Perubahan, kemudian Gerindra bersama PKB, dan kemudian PDIP yang memang bisa mencalonkan sendiri tanpa koalisi," tutur dia.
Jika dilihat dari jumlah kursi di parlemen, maka Koalisi Perubahan memiliki jumlah yang besar yakni 163 kursi, kemudian KIB 148 kursi, Koalisi Gerindra-PKB 136, dan PDIP 128 kursi. Melihat jumlah kekuatan ini, Ubedilah memprediksi Anies Baswedan akan mucul di putaran kedua melawan Ganjar Pranowo atau Prabowo Subianto.
Kalau itu terjadi, saya menduga akan ada dua putaran pemilihan, karena tidak akan ada muncul pemenang dominan kan. Semua lebih kurang dari 50 persen. Maka akan diulang dalam dua putaran akan muncul dua pasamg calon. Jadi rame, ujungnya adu duet lagi. Kalau begitu ya mungkin yg muncul kalau nggak Ganjar lawan Anies Baswedan ya Prabowo melawan Anies Baswedan.
"Kalau dari kalkulasi itu mungkin Anies bakal lolos putaran kedua lawan Ganjar atau lawan Prabowo. Itu yg mungkin terjadi. Tapi kalau PDIP merapat ke KIB ya berarti jadi tiga pasang. Ada kemungkinan, tapi ya masih fleksibel ya. Karena kan PDIP biasa injury time ambil keputusannya."
Jika PDIP merapat ke KIB, maka peluang Ganjar Pranowo menang di Pilpres 2024 pun semakin besar.
"Kalau terjadi tiga pasang, bisa seru tuh," ucap Ubedilah Badrun menandaskan.
Sentimen: positif (99.4%)