Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Pilkada Serentak, Pemilu 2019, Pemilu 2014
Tokoh Terkait
Denny JA
Politik Digital Tak Terelakkan, Nikmati Mawarnya Jangan Durinya
Akurat.co Jenis Media: News
AKURAT.CO Konten pada media sosial diyakini bakal memanas dalam hitungan hari ke depan. Faktor politik menjadi penyebabnya. Ibarat bunga mawar, dunia digital pada satu sisi menyajikan keindahan namun pada bagian lain memiliki duri yang perlu dihindari.
Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mewanti-wanti maraknya berita bohong (hoaks) sudah menjadi risiko yang harus dihadapi pada setiap tahapan pelaksanaan Pemilu 2024. Hal ini tak lepas dari sifat praktis dan murah dunia digital yang membuat banyak kalangan dengan mudah menggelindingkan isu maupun menyebar propaganda.
“Politik digital dalam pemilu kita berlakukan seperti menerima bunga bunga mawar yang berduri. Kita nikmati bunganya, namun hati- hati dengan durinya,” kata Denny JA, dalam acara diskusi Indonesia Digital Transformation Forum (IDTF) yang digelar oleh iCommunity di Ibis Harmony, Jakarta Pusat pada Sabtu (25/2/2023).
baca juga:
Menurut Denny, dunia media sosial termasuk platform TikTok, Instagram, Twitter dan WhatsApp bakal dipenuhi konten-konten panas yang boleh jadi lebih parah dibanding Pemilu 2014 dan Pemilu 2019. Pasalnya, Pemilu 2024 bakal digelar secara serentak, legislatif berbarengan pilpres, disusul pilkada.
“10 bulan lagi. Itulah tahun panen raya politik. Tak pernah terjadi dalam sejarah Indonesia, dalam satu tahun terselenggara begitu banyak pemilu,” ujar Denny.
Kemudahan media sosial atau dunia digital untuk diakses dan menjadi piranti menyebarkan informasi diyakini masih dimanfaatkan untuk kepentingan politik. Tak terkecuali memecah belah masyarakat dengan politik identitas. Efektivitas medsos dapat diketahui pula dari jumlah masyarakat yang memiliki akun media sosial khususnya generasi usia 50 tahun ke bawah.
“Berbeda dengan media konvensional. Melalui media sosial, tim kampanye bisa langsung mempengaruhi jutaan pemilih. Sementara media konvensional seperti TV atau koran, ada filter editor di sana. Di media sosial tak ada filter editor pihak ketiga,” tutur Denny, membeberkan keunggulan dunia digital.
Dia meminta para pihak untuk mencermati konten-konten dunia digital dan jangan kaget apabila berseliweran berita-berita politik serba panas. Secara empiris hal ini terjadi pula di Amerika Serikat (AS), di mana pada 2020 PBS News Hour memberitakan intervensi Rusia untuk memenangkan Donald Trump.
Hasil riset tersebut mengonfirmasi kemenangan Trump dari Hillary Clinton pada Pilpres AS pada 2016 tak lepas dari peran Rusia yang ikut meniupkan isu melalui dunia media sosial. “Politik digital membuka peluang agen Rusia bermain ikut memenangkan Donald Trump. Itulah berita di banyak media,” kata Denny.
Sentimen: positif (97%)