Sentimen
Positif (50%)
26 Feb 2023 : 11.27
Informasi Tambahan

Kab/Kota: London

Bikin Arkeolog Kaget! Makam Kuno Berusia 2.300 Tahun di China Berisi Tengkorak Kera Langka

26 Feb 2023 : 11.27 Views 4

Indozone.id Indozone.id Jenis Media: News

Bikin Arkeolog Kaget! Makam Kuno Berusia 2.300 Tahun di China Berisi Tengkorak Kera Langka

INDOZONE.ID - Penemuan sebuah makam berusia 2.300 tahun di China berhasil membuat arkeolog terperangah. Pasalnya makam itu bukan berisikan tengkorak manusia, melainkan genus siamang baru yang telah punah.

Tulang siamang atau juga disebut owa tersebut ditemukan di salah satu dari 12 liang lahat di dalam makam kuno yang ditemukan tahun 2004 di Provinsi Shaanxi.

Belasan liang lahat ini berisi kerangka hewan lainnya, termasuk macan tutul, beruang hitam Asia, lynx, bangau, dan ternak domestik.

Dikutip dari FL Science, para peneliti dari Zoological Society of London (ZSL) tertarik menyelidiki tengkorak seekor siamang tersebut. Sebab siamang atau kera hitam dianggap sebagai makhluk terhormat yang perannya sangat penting dalam kebudaayn china masa lampau.

Jenis kera ini bahkan menjadi simbol cendekiawan-pejabat (politisi yang ditunjuk oleh kaisar China yang juga dikenak sebagai junzi). Selain itu, kera kecil tersebut juga menjadi hewan peliharaan berstatus tinggi di Dinasti Zhou.

Baca juga: 5 Benda yang Terbuat Berbahan Dasar dari Tengkorak Manusia, Unik Tapi Menakutkan!

Spesies dan genus baruTengkorak spesies kera yang sudah punah. (Zoological Society of London)

Saat meneliti tulang siamang tersebut, para ilmuwan menyimpulkan jenis kera ini tidak berasal dari spesies kera hitam yang hidup hari ini. Melainkan diklasifikasikan dalam genus tersendiri.

Peneliti menyebut genus dan spesies baru ini sebagai Junzi imperialis. Di mana mereka menelusuri kembali catatan sejarah untuk melihat apakah temuan ini bisa menyatukan sejarah kera yang terlupakan ini.

Menurut tim, kemungkinan siamang ini masih bertahan hidup hingga 300 tahun yang lalu, dan mungkin satu-satunya primata yang diketahui telah punah karena perburuan manusia dan hilangnya habitat mereka.

“Penemuan dan deskripsi kami tentang Junzi imperialis menunjukkan bahwa kami meremehkan dampak manusia terhadap keanekaragaman primata,” jelas Dr Samuel Turvey dari ZSL.

Baca juga: Uji Nyali di Gua Londa Toraja Utara, 'Kuburan' Tinggi Penuh Tengkorak dan Peti Mati

Samuel juga menyebut temuan ini membuktikan  betapa arsip sejarah sangat penting bagi para arkeolog.

“Temuan ini mengungkapkan pentingnya menggunakan arsip sejarah seperti catatan arkeologi untuk menginformasikan pemahaman kita tentang konservasi dan menekankan perlunya kolaborasi internasional yang lebih besar untuk melindungi populasi siamang yang masih hidup di alam liar,” ungkapnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Sentimen: positif (50%)