Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Washington, New York
Tokoh Terkait
Heboh! Skandal Baru Donald Trump Seret Malaysia
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali membuat berita. Bahkan skandal yang terjadi kini menyeret tetangga RI.
Hal ini berawal dari sebuah laporan yang menemukan bahwa pejabat dari beberapa negara membayar hingga US$ 10.500 (Rp 163 juta) per malam di hotel miliknya di Washington. Hal ini terjadi saat Trump masih menjadi presiden.
Dalam temuan Komite Pengawasan dan Reformasi DPR AS, ada beberapa pemerintah negara yang menghabiskan cukup banyak uang untuk menginap di hotel itu dalam kunjungannya ke AS. Tercatat Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, Turki, China.
Ada pula tetangga RI, Malaysia. Negara itu, menghabiskan hingga ratusan ribu dolar di Trump International Hotel di Washington.
Ini terjadi saat mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia, Najib Razak, berkuasa. Ada bukti Kwitansi hotel yang diperoleh Komite Pengawas.
Ditunjukkan bagaimana dana telah dihabiskan sebanyak US$ 259.724 (Rp 4 miliar) di hotel itu, untuk menginap selama satu minggu, di bulan September 2017. Kunjungan Najib saat itu diyakini guna melobi Pemerintah AS agar menghentikan penyelidikan terhadap skandal 1MDB.
"Itu termasuk kamar US$ 10.000 dan Personal Trainer US$1.500 untuk Najib. Serta US$ 9.229 untuk 'coffee break'," ujar laporan itu dikutip CNBC International, Rabu (15/11/2022).
Arab Saudi
Selain Malaysia, Kementerian Pertahanan Arab Saudi juga menghabiskan US$ 85.961 selama satu minggu tinggal di bulan Maret 2018. Termasuk menyewa beberapa suite seharga US$ 10.500.
Ini dilakukan selama periode ketika kedua negara melobi administrasi Trump untuk mendukung blokade ke Qatar. Ini guna melawan hegemoni negara itu.
"Pejabat Qatar dan perusahaan terkait menghabiskan setidaknya US$ 307.941 di hotel Trump dari akhir 2017 hingga pertengahan 2018," menurut temuan Komite Pengawas.
Kepentingan Trump Selama Jadi Presiden?
Hal ini pun sontak membuat politisi Negeri Paman Sam mengecamnya. Kepala Komite Pengawas yang juga anggota DPR dari Partai Republik Dapil New York, Carolyn Maloney, mengatakan hal ini mampu menimbulkan pertanyaan terkait kepentingan Trump menjadi presiden.
"Dokumen-dokumen ini dengan tajam mempertanyakan sejauh mana Presiden Trump dipandu oleh kepentingan keuangan pribadinya saat menjabat daripada kepentingan terbaik rakyat Amerika," kata Maloney.
National Archives and Records Administration (NARA) mengatakan akan terus melakukan penyelidikan terhadap arsip kepresidenan era Trump untuk mendalami tuduhan pengaruh presiden untuk mengatur tamu asing ke hotelnya.
"Kami menerima surat itu dan akan menanggapi sesuai dengan Undang-Undang Catatan Presiden (PRA)," tegasnya.
Sementara itu, salah satu putra Trump, Eric Trump, mengatakan bahwa pihaknya terus menjauhkan kepentingan bisnis dan kepresidenan saat ayahnya berkuasa. Iya juga memaparkan Trump telah aktif menyumbangkan kekayaannya pada negara.
"Tidak ada presiden yang membuat pengorbanan finansial yang lebih besar untuk keuntungan negara," jelasnya.
Trump sendiri disebut memiliki niat untuk kembali maju dalam bursa pemilihan Presiden AS pada 2024 mendatang. Ia merasa presiden saat ini yang juga rivalnya, Joe Biden, tidak mampu menjaga stabilitas bagi negara itu.
[-]
-
FBI Ternyata Cari 'Nuklir' Saat Acak-acak Rumah Donald Trump
(sef/sef)
Sentimen: negatif (66.7%)