Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: Bank Mandiri
Grup Musik: APRIL
Kasus: covid-19
Tokoh Terkait
Terungkap! Ini yang Bikin RI Mampu Taklukkan China
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia akhirnya mampu mempertahankan keberhasilan menaklukan China dari sisi perdagangan non-migas. Selama dua bulan berturut-turut, neraca perdagangan Indonesia dengan negara yang berjuluk negeri tirai bambu itu mencatatkan surplus.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan non-migas Indonesia ke China pada Oktober 2022 sebesar US$ 1,04 miliar. Ini karena ekspor Indonesia ke China mencapai US$ 6,24 miliar sedangkan impor hanya US$ 5,2 miliar.
Surplus pada Oktober 2022 bahkan hampir tiga kali lipat dibandingkan yang tercatat pada September 2022 yakni US$ 462,1 juta. Disumbang surplus terbesar untuk bahan bakar mineral US$ 1,59 miliar, besi dan baja US$ 1,45 miliar, serta lemak dan minyak hewan atau nabati US$ 913,6 juta.
Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Faisal Rachman menjelaskan, kondisi surplus ini disebabkan harga-harga komoditas ekspor Indonesia masih tinggi. China pun kata dia adalah net buyer sedangkan Indonesia net seller.
"Series of surplus kita in general memang karena harga komoditas yang masih tinggi dan China untuk komoditas adalah net buyer sedangkan Indonesia adalah net seller," kata Faisal saat dihubungi, Rabu, 16 November 2022.
Sebetulnya, sejak diluncurkannya ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) pada 2004, surplus Indonesia terus menipis bahkan tekor mulai 2008. Pada 2003 atau sebelum ACTFA berlaku, Indonesia masih membukukan surplus sebesar US$ 1,17 miliar dengan China.
Empat tahun setelah ACFTA berlaku, Indonesia sudah membukukan defisit US$ 3,61 miliar. Defisit dagang China terus melambung hingga mencapai puncaknya pada 2018 yakni US$ 18,41 miliar. China bahkan mengambil alih Jepang sebagai mitra dagang terbesar RI pada 2013.
Pada periode terbaru, atau setelah Pandemi Covid-19 merebak periode 2019-2022, berdasarkan data bulanannya Indonesia hanya tujuh kali membukukan surplus dengan China. Penyebabnya tak lain karena ekonomi China yang melambat serta lonjakan harga batu bara terjadi.
Surplus pertama pasca pandemi, terjadi pada Oktober 2020. Pada periode tersebut, Indonesia membukukan surplus dengan China sebesar US$ 58,6 juta. Lalu berlanjut pada September 2021 sebesar US$ 105,8 juta dan Oktober 2021 sebanyak US$ 1,31 miliar.
Sisanya, surplus terjadi pada tahun ini, yaitu pada Maret 2022 yang sebanyak US$ 171,6 juta dan April 2022 meningkat pesat menjadi US$ 383,9 juta. Surplus neraca perdagangan dengan China ini pun terus berlanjut hingga data September dan Oktober 2022.
Surplus perdagangan non-migas dengan China pada September 2021 dan Oktober 2021 dibantu oleh krisis energi di China. Negara Tirai Bambu dilanda krisis energi yang membuat mereka meningkatkan impor batu bara dan CPO secara besar-besaran.
Volume impor batu bara China pada Oktober 2021 melonjak 96,2% (yoy) menjadi 26,9 juta ton. Impor pada September lebih besar lagi yakni 32,9 juta ton. Indonesia merupakan pemasok terbesar dengan anggka sekitar 62%.
Volume impor produk sawit Indonesia ke China juga melesat 27% (yoy) pada Oktober 2021 menjadi 698,8 ribu ton. Kedua komoditas tersebut sama-sama mengalami lonjakan harga pada 2021 dan 2022 sehingga menopang nilai ekspor Indonesia.
Kendati beberapa kali mencatatkan surplus pada tahun ini, Indonesia masih membukukan defisit neraca perdagangan non-migas pada Januari-Oktober 2022 sebesar US$ 4 miliar dengan China. Tapi, Presiden Joko Widodo pada awal September 2022 optimis jika Indonesia akan mampu membukukan surplus pada akhir tahun ini dan berhasil menaklukan perdagangan dengan China.
"Dari sini kelihatan neraca perdagangan kita dengan China yang dulu selalu minus, di 2014 sampai minus US$13 miliar, 2021 minusnya sudah US$2,4 miliar. Tahun ini, kita pastikan sudah surplus dengan RRT, saya pastikan. Karena raw material yang tidak kita ekspor mentahan," kata Jokowi, dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia, Rabu (7/9/2022).
[-]
-
Juara! Neraca Dagang RI Juni 2022 Surplus US$ 5 Miliar
(cha/cha)
Sentimen: positif (98.8%)