Chevron Cabut, Penggantinya di Proyek Laut Dalam Segera Masuk
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan pengganti Chevron Indonesia Company (CICO) selaku operator proyek gas Indonesia Deepwater Development (IDD) di lepas pantai Kalimantan Timur dapat terealisasi di akhir tahun 2022.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto berharap agar pengganti Chevron di proyek IDD dapat segera terjadi pada akhir tahun ini. Dengan demikian, proyek gas kebanggaan Jokowi tersebut dapat segera berjalan dan mulai berproduksi.
Seperti diketahui, proyek gas IDD merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) di bidang hulu migas.
"Sekarang sudah ada calon penggantinya, saat ini sedang proses untuk perubahan tersebut, dijanjikan akhir tahun ini akan ada perubahan operatorship dan bisa saja jalan tahun depan," kata Dwi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (16/11/2022).
Meski demikian, Dwi tak merinci secara pasti siapa calon investor pengganti Chevron untuk proyek IDD tersebut. Yang pasti, proyek IDD cukup menarik untuk dikembangkan karena produksi gasnya diperkirakan bisa mencapai 844 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dan 27.000 barel minyak per hari (bph).
Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman sebelumnya membeberkan terdapat beberapa perusahaan migas kakap Eropa yang mulai melirik proyek migas di Indonesia ini, seperti ENI asal Italia maupun Neptune. Apalagi, saat ini Eropa juga tengah membutuhkan sumber pasokan migas yang cukup besar.
ENI dikabarkan menjadi kandidat utama pengganti Chevron di proyek IDD ini. Pasalnya, ENI juga sudah memiliki proyek gas Lapangan Jangkrik yang lokasinya berdekatan dengan IDD.
"Masih dong, Eropa saja sekarang butuh migas banyak. ENI kan perusahaan Eropa, Neptune juga dari sana," ujar Fatar kepada CNBC Indonesia, Kamis (4/8/2022).
Lebih lanjut, Fatar menjelaskan saat ini Neptune sendiri tengah aktif untuk melakukan kegiatan eksplorasi pencarian cadangan migas bersama ENI di Kutai Basin.
Selain ENI dan Neptune, terdapat juga beberapa perusahaan migas asing yang masih melirik potensi migas Tanah Air, di antaranya seperti Premier Oil dengan Harbour Energy, serta EOG Resources.
Meski begitu, Fatar tak membeberkan perusahaan tersebut mengincar proyek migas yang mana.
"Premier Oil dengan Harbour energy juga melirik migas Indonesia. Juga EOG Resources dari Amerika Serikat," ujarnya.
Berdasarkan data SKK Migas, proyek senilai US$ 6,98 miliar atau sekitar Rp 108,6 triliun (asumsi kurs Rp 15.564 per US$) ini ditargetkan beroperasi pada kuartal IV 2027. Proyek IDD ini terdiri dari dua hub yakni Gendalo dan Gehem hub.
[-]
-
Masa Depan RI Cerah, Punya Harta Karun Gas Melimpah(wia)
Sentimen: netral (76.2%)