Sentimen
Kriminolog : Pencabulan Anak di Bawah Umur oleh Ibu Muda di Jambi Termasuk Perbuatan Langka, Polisi Harus Lakukan Ini
Pojoksatu.id Jenis Media: Nasional
POJOKSATU.id, JAKARTA- Kriminolog Josias Simon menyarankan pihak kepolisian harus menelusuri faktor yang menjadi penyebab terjadinya kasus pencabulan anak di bawah umur yang dilakukan ibu muda di Jambi.
Pasalnya apa yang dilakukan Yunita Sari Anggraini itu merupakan perilaku yang menyimpang dan perbuatan yang langka yang dilakukan oleh seorang wanita yang sudah dukarunai anak.
“Perlu ditelusuri ketidakharmonisan hubungan rumah tangga, apakah ada kaitan dangan perilaku cabuli 17 anak,” Simon saat dihubungi pojoksatu.id, Kamis (9/2/2023).
Simon juga menila, perilaku menyimpang yang dilakukan ibu muda di Jambi itu diduga ada faktor lain yang menjadi penyebab pelaku melakukan hal di luar nalar tersebut.
Apalagi dalam pengakuan sang suami, istrinya memang mempunyai prilaku yang aneh setial kali hasrat seksnya tak dipenuhi sang suami.
“Atau (diduga) ada persoalan individual lain dimana pelaku melakukan pencabulan tersebut,” ujarnya.
BACA : Pakar Psikolog Ungkap Tiga Perilaku Menyimpang Ibu Muda di Jambi, Ternyata Ada Gangguan Kepribadian Ambang Sendiri
Sementara itu, Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri mengatakan pelaku Yunita Sari Anggraini tak hanya mengidap perilaku menyimpang seperti pedofilia, efebofilia, hingga hebefilia.
Akan tetapi ketiga perilaku menyimpang itu sudah tertanam dan melekat dalam ke pribadian pelaku.
“Kalau pun si perempuan itu dicap berorientasi dan berperilaku menyimpang tiga prilaku (pedofilia, efebofilia, atau pun hebefilia), apakah sifatnya menetap (eksklusif) ataukah situasional (fakultatif),” kata Reza.
Karena itu, Reza menyarankan perlu dipelajari sifat borderline personality disorder atau gangguan kepribadian ambang dalam diri pelaku.
Gangguan kepribadian ambang sendiri merupakan masalah kesehatan mental yang memengaruhi cara berpikir seseorang mengenai dirinya sendiri dan orang lain.
Di mana sifat gangguan ini akan mengganggu pikiran dan kehidupan sehari-hari pengidapnya.
“Jika perlu, bisa pelajari gangguan kepribadian ambang (borderline personality disorder),” ujarnya.(Firdausi/pojoksatu)
Sentimen: negatif (98.4%)