Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Tokoh Terkait
Gus dur
SAS Institute Refleksikan Tantangan NU di Abad Kedua
Mediaindonesia.com Jenis Media: Nasional
DIREKTUR Eksekutif SAS Institute Dr. H. Sa'dullah Affandy menilai ada lima aspek keberhasilan di usia 1 abad Nahdlatul Ulama.
Pertama, sebagai organisasi dengan jamaah para pelestari tradisi, NU telah berhasil mempertahankan diri sebagai organisasi dengan pengikut terbesar di Indonesia, bahkan dunia.
Kedua, sebagai organisasi dengan massa terbesar, NU berhasil memainkan peran dalam dinamika politik Tanah Air, mulai dari pra kemerdekaan, kemerdekaan, hingga pascakemerdekaan.
"Bahkan dalam mengatasi pemberontakan Partai Komunis Indonesia, NU menjadi organisasi sipil yang paling aktif terlibat dalam menumpas pemberontakan," ujar Sa'dullah lewat keterangan yang diterima, Rabu (8/2).
Ketiga, sambungnya dalam konteks pendidikan, NU dengan pesantrennya berhasil mengintegrasikan antara pendidikan modern (sekolah formal) dengan tetap mempertahankan identitas kesantriannya. Hingga hari ini dapat menyaksikan pesantren NU semakin berkembang pesat dengan lembaga pendidikan formal yang ada di dalamnya.
Keempat, lanjut Sa'dullah, dalam dimensi kebudayaan, NU menjadi garda depan sebagai aktor pelestari kebudayaan lokal, tradisi-tradisi yang oleh kalangan modernis diharamkan.
Oleh NU, kebudayaan tersebut justru dimodifikasi menjadi sesuatu yang bernuansa Islam dan bermuatan dakwah sebagaimana ajaran para Wali Songo.
"Kelima, NU menjadi penyokong utama beragam agenda pemerintah, terutama terkait isu radikaisme beragama di Indonesia, dan secara gemilang berhasil menjadi representasi Islam rahmatan lil alamin bagi dunia luar," tandasnya
Berpijak pada masa lalu dan realitas saat ini, sambung Sa'dullah, banyak hal yang harus dilakukan oleh NU dalam menyongsong abad kedua.
Pertama, meski secara kuantitas menjadi mayoritas, faktanya NU masih memiliki banyak kelemahan baik di bidang ekonomi maupun sumber daya manusia.
"Terutama terkait domain riset dan teknologi. Teknologi digital menjadi primadona, adalah sebuah keniscayaan bagi NU untuk melakukan pemberdayaan umatnya di ranah ini," imbuhnya.
Kedua, meski selalu berperan penting dalam setiap peristiwa politik di Tanah Air, secara politik NU kerap ditinggal ketika berbicara sharing kekuasaan. Dalam setiap Pemilu, suara NU selalu laku di pasaran para caleg mapun kandidat di eksekutif
Namun setelah itu NU sering ditinggalkan. Pengecualian adalah sosok KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang berhasil menjadi Presiden RI ke-4.
Ketiga, pesantren berhasil eksis hingga saat ini, namun masih kental asumsi bahwa pesantren hanya melahirkan ulama yang menguasai kitab kuning dan memimpin tahlil atau ritual keagamaan.
Ia berharap ke depan pesantren harus mulai memikirkan kurikulum yang berorientasi pada penguasaan teknologi informasi bagi para santrinya.
Keempat, meski telah berkembang pesat dan kaum nahdliyin tersebar di mana-mana, basis massa NU tetap adalah warga pedesaan. "Secara ekonomi, masih berada di kelas menengah ke bawah sehingga pekerjaan besar ke depan adalah menciptakan para saudagar baru di NU," pungkas Sa'dullah. (OL-8)
Sentimen: positif (100%)