Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: Centre for Strategic and International Studies (CSIS)
Tokoh Terkait
KTT G20 Bali Berhasil, Apakah Ekonomi Dunia 2023 Tetap Suram?
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Deklarasi para pemimpin negara anggota yang telah dicapai pada KTT G20 di Bali pada Rabu (16/11) lalu ternyata menyimpan sisi gelap terhadap kepastian membaiknya perekonomian global pada 2023. Salah satunya sifat dari deklarasi itu yang tidak mengikat bagi para anggotanya.
Kepala Departemen Ekonomi dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Fajar B. Hirawan menjelaskan, sifat tidak mengikat atau non-binding dalam deklarasi ini membuat poin-poin yang telah disepakati hanya berbentuk kesepahaman saja, tidak ada kewajiban untuk merealisasikannya.
"G20 ini kan forum yang sifatnya tidak mengikat, non binding," kata Fajar kepada CNBC Indonesia seperti dikutip Jumat (18/11/2022).
Apalagi, dia melanjutkan, G20 bukanlah forum yang memiliki sekretariat khusus, seperti misalnya ASEAN Regional Forum. Dengan demikian, apa yang menjadi kesepahaman dalam poin-poin deklarasi tidak ada yang bisa mengawasi supaya anggotanya betul-betul mengimplementasikan.
"Sehingga nanti ketika sudah selesai deklarasi setidaknya kalau punya sekretariat kan mereka akan monitor tuh negara mana yang tidak comply dengan apa yang diputuskan oleh petinggi-petinggi negara-negara G20," tutur Fajar.
Foto: CNBC Indonesia TVIni Hasil KTT G20, Soal Perang Ukraina Paling Alot Dibahas
Maka, ia berujar adanya deklarasi dalam KTT G20 maupun communique bukanlah tolak ukur penyelenggaraan G20 itu berhasil atau tidak. Yang terpenting menurut Fajar adalah terciptanya kesamaan persepsi antara para anggota G20 terhadap isu-isu yang harus diselesaikan permasalahannya.
"Tidak ada communique berarti G20 gagal, itu menurut saya konyol. Tapi menurut saya G20 itu sebenarnya ini adalah pertemuan cukup penting untuk menyamakan persepsi terkait dengan bagaimana menghadapi ujian global," kata dia.
Isu-isu penting pada umumnya menurut Fajar sudah tercakup dalam deklarasi dan communique yang disepakati. Tapi, permasalahan utama seperti peperangan Rusia dan Ukraina harus betul-betul diselesaikan dengan kesadaran bersama, karena peperangan menurutnya terbukti selalu berdampak buruk pada perekonomian dunia.
Jika perang Rusia dan Ukraina itu terus berlanjut, maka tahun depan dampak yang signifikan khususnya ihwal rantai pasok global yang terganggu, sehingga menyebabkan tekanan inflasi, harga-harga sudah semakin mahal, maka krisis yang terjadi di negara-negara seperti yang telah terjadi di Inggris saat ini katanya bisa saja masih berkepanjangan.
"Bahwa kita memang penting untuk melakukan kerja sama ekonomi internasional untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global ke depan. Kita harus gaungkan kembali pentingnya kerja sama ekonomi internasional," ujar Fajar.
Ekonom senior yang juga merupakan pendiri Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Didik J. Rachbini memiliki kesamaan persepsi dengan Fajar berkaitan dengan signifikansi deklarasi KTT G20 di Bali itu. Hasil KTT G20 tak cukup untuk memastikan ekonomi 2023 bisa langsung cerah dengan deklarasi, jika perang tak selesai.
"KTT tidak bermakna sebagai solusi konflik Rusia dan Ukraina, yang dampaknya global," ujar Didik.
Tapi dia mengakui, setidaknya KTT G20 ini bisa menjadi secercah harapan supaya ke depannya para pemimpin negara-negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu bisa memiliki ruang komunikasi intens untuk menjawab berbagai tantangan ekonomi ke depannya.
"KTT G-20 adalah usaha membangun jembatan komunikasi, kerjasama, perdamaian, kesejahteraan bagi 20 negara besar tersebut. Peristiwa ini sangat penting sebagai fondasi kerjasama global antara bangsa, khususnya 20 negara besar tersebut dan juga lebih luas dengan negara-negara lainnya," ucap Didik.
[-]
-
AP I Pastikan Biden Cs Tak Ganggu Penerbangan Regular ke Bali(mij/mij)
Sentimen: positif (99.9%)