Sentimen
Disemprot Elit Gerindra Usai Sentil Prabowo, Tifatul Sembiring: Alhamdulillah Masih Terasa Kalau Tersindir
Fajar.co.id Jenis Media: Nasional
FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Anggota Majelis Syura PKS, Tifatul Sembiring tidak menyangka pantunnya menyinggung seorang tokoh.
Buntutnya, ia disemprot elite Partai Gerindra Andre Rosiade. Ketua DPD Gerindra itu mengungkapkan soal Tifatul Sembiring yang kerap menyindir Prabowo, ia juga menangakan prestasi kader PKS itu.
Merespon hal itu, Tifatul Sembiring membuat hak jawab melalui cuitannya di Twitter. “Ada yang kelojotan, saya bikin pantun dan status di twitter tanpa menyebut nama orang atau partai apapun. Saya dikatakan menyindir, Alhamdulillah masih merasa kalau disindir,” ungkapnya, Senin (06/2/2023).
Mestinya kata dia, pantun dibalas pantun. Bukan malah mencak-mencak. Menurutnya hal tersebut mengindikasikan rendahnya seleras sastra Andre Rosiade.
“Di alam demokrasi, jangankan menyindir, mengkritik pejabat publik itu boleh saja, asal jelas datanya,” ujarnya.
Lucunya ybs nanya2 apa prestasi saya, di-banding2kan dg “oknum” dirinya sendiri. Urusanmu apa? Mengevaluasi kinerja orang dari lain partai, dan lain komisi. Selama DPR berdiri, belum ada kedengaran kelakuan aleg aneh spt ini.
Lucunya, Andre Rosiade kata Tifatul membanding-bandingkannya dengan ‘oknum. Bagkan mengevaluasi kinerjanya. Padahal, ia dan Andre beda partai, di DPR beda komisi juga.
Tifatul bilang, ia urung berdebar karena logika Andre yang suka aneh. Ia mengungkit gelagat Andre yang pernah memesan PSK via online, lalu menggerebeknya di hotel bersama polisi. Untuk membuktikan bahwa di kota Padang memang ada pelacuran terselubung.
“Hanya untuk menjatuhkan citra Mahyeldi sebagai walikota Padang saat itu. Aneh kan cara berpikir begini. Masak saya diajak debat sama ‘oknum’ macam ini. Yah, sayang waktulah, percuma,” jelasnya.
Padahal menurutnya, maksud dari cuitannya menyinggung soal capres, ia hanya mempersoalkan janji politik, antara Anies, Prabowo dan Sandi, yang ia sendiri sebenarnya skeptis. Ada atau tidak.
“Targetnya apa? Apa sih manfaatnya. Ada nggak dasar hukumnya yg bisa dibawa ke ranah hukum. Atau hanya sekedar menjatuhkan kompetitor?”
Lebih lanjut, ia kembali mengungkit soal perjanjian Batu Tulis antara Megawati dan Prabowo. Tapi kali ini malah mengungkit perjanjian dengan Anies.
“Sudahlah, nyalon aja masing-masing. Situ punya jagoan, yang lain juga punya calon. Monggo sama-sama berkompetisi secara sehat,” terangnya.
(Arya/Fajar)
Sentimen: positif (79.5%)