Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: iKON
Kab/Kota: Yogyakarta
Tokoh Terkait
Sri Sultan Hamengku Buwono X
Mangayubagyo Bale Raos ke-19, Bertahan Sajikan Hidangan Khas Raja-raja Yogyakarta
Krjogja.com Jenis Media: News
Krjogja.com - YOGYA - Tak terasa 19 tahun sudah Bale Raos telah hadir melayani, menyajikan warisan budaya kuliner Jawa di tengah masyarakat. Dalam perjalanannya, Bale Raos telah mengukir berbagai capaian, dan hingga kini masih terus bertumbuh dan berkreasi. Dalam mangayubagyo ke-19, Bale Raos juga melaunching pendirian holding company Elrama Group, Kamis (26/1/2023) lalu.
Restoran Bale Raos sendiri merupakan salah satu jujugan kuliner favorit para wisatawan Yogyakarta. Restoran ini memang tergolong unik dan berbeda dari restoran lainnya. Sebab, saat mengunjungi restoran ini Anda bisa mencicipi hidangan khas Raja-raja Yogyakarta, mulai dari Sri Sultan Hamengku Buwono VIII sampai dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Restoran Bale Raos selalu menjadi tujuan para selebriti atau artis papan atas ketika berkunjung ke Yogyakarta. Hal ini terbukti banyak artis dan selebriti tanah air yang mengupload video vlog atau review saat berkunjung ke Bale Raos. Sebagian besar Duta Besar Negara pun selalu menyempatkan waktunya untuk mencicipi hidangan di Bale Raos.
Melihat kesuksesan Bale Raos, tentu ada kisah panjang dibalik berdirinya restoran tersebut. Sumartoyo adalah orang dibalik kesuksesan restoran Bale Raos yang menjadi salah satu ikon kuliner Kota Yogyakarta ini.
Sumartoyo bercerita bahwa restoran Bale Raos beroperasi sejak 23 Januari 2004. Sebenarnya, Bale Raos berdiri atas prakarsa KGPH Hadiwinoto sebagai upaya merealisasikan gagasan GKR Hemas.
Salah satu ciri khas restoran Bale Raos adalah menyajikan menu-menu yang menjadi favorit pemegang tahta Sultan. Ternyata, hal itu memang sengaja dilakukan untuk melestarikan serta membuka pintu kepada masyarakat umum untuk bisa mengetahui dan menikmati aneka kekayaan kuliner Keraton Yogyakarta.
Ide awal berdirinya Bale Raos berasal dari GKR Hemas, saat itu GKR Hemas ingin melestarikan kebudayaan kraton khususnya kuliner. “Keraton itu sering menjamu tamu dan sultan Yogyakarta sebelumnya ingin agar menu yang disajikan untuk tamu itu merupakan menu makanan sendiri,” ungkap Martoyo.
Dengan komitmen tersebut, Toyo pun mendapat semacam privilege untuk mengembangkan sebuah restoran yang mampu melestarikan sekaligus memperkaya kuliner Yogyakarta. “Kekayaan kuliner di Kraton itu dari dulu sudah ada tapi jarang diketahui publik,” ungkapnya.
Keraton Yogyakarta sendiri memiliki banyak kuliner, ada yang digunakan untuk makanan sehari-hari dan ada juga yang digunakan sebagai kuliner. Dapur untuk keraton Yogyakarta pun dibedakan menjadi dua macam, yaitu pawon sekolanggen dan pawon gebulen, yang masing-masing memiliki tugas sendiri.
“Sampai saat ini pawon-pawon tersebut masih ada,” ucap Toyo.
Menurut cerita Toyo, keraton Yogyakarta juga memiliki makanan yang menjadi favorit para raja, yang disebut dengan istilah “Kersanan Ndalem” dalam bahasa Jawa. Melihat banyaknya jenis makanan di Keraton Yogyakarta, Toyo pun mulai mencoba menggalinya.
“Awalnya, kita nggak ada niatan berbisnis. Kita murni hanya ingin melayani tamu Keraton dan melestarikan Budaya. Lalu kita mulai lakukan sosialisasi sehingga muncullah restoran Bale Raos ini,” ungkap Toyo, yang juga menjabat sebagai General Manager Bale Raos.
Toyo juga bercerita bahwa berdirinya Bale Raos merupakan hal yang dilakukan tanpa sengaja. Sebab, saat itu Toyo hanya mendapat mandat dari keraton untuk melestarikan kuliner tradisional.
“Pihak keraton sebenarnya tidak mengharapkan rupiahnya. Mereka hanya ingin melestarikan kuliner tradisional. Kami diberi kebebasan agar bisa berdiri sendiri tanpa modal,” Ungkapnya. “Di sisi lain, pihak keraton juga takut masyarakat berpikir buruk jika pihak keraton ikut terjun ke dunia bisnis,” tambah dia.
Adanya tren masyarakat pada saat itu yang cenderung lebih mengenal dan menyukai masakan dari luar negeri bisa mengancam eksistensi masakan tradisional.
Karena itu, pihak keraton perlu diangkat kembali kekayaan menu tradisional khususnya kuliner khas Keraton Yogyakarta maupun aneka jajanan tradisional yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya.
“Intinya, kita melestarikan bukan seperti di museum. Kita berusaha agar makanan keraton bisa hidup di masyarakat. Seiring berjalannya waktu, respon masyarakat ternyata bagus. Akhirnya, kita inisiatif membuka restoran ini,” ungkapnya.
Toyo juga merasa bahwa makanan keraton memiliki selling point yang unik dan tidak bisa didapatkan di manapun. Karena itu, Toyo merasa bahwa berdirinya Bale Raos akan mempermudah masyarakat untuk mengakses makanan tradisional ala keraton Yogyakarta.
Sentimen: positif (100%)