Sentimen
Partai Terkait
Lieus Sungkharisma Kena Serangan Jantung Sampai Meninggal Dikaitkan dengan Sumpah Ahok, Eko Kuntadhi Sedih: Cara Berpikir yang Harus... Jum'at, 27/01/2023, 00:31 WIB
Wartaekonomi.co.id Jenis Media: News
Wafatnya aktivis dan tokoh Tionghoa Lieus Sungkharisma jadi perhatian publik. Salah satu yang jadi pembicaraan adalah dikaitkannya meninggalnya Lieus yang kritus pada pemerintah dengan karma Ahok beberapa tahun silam.
Merespons hal ini, Eks Ketua Umum Ganjarist, Eko Kuntadhi blak-blakan sedih dengan cara berpikir yang demikian.
“Gua selalu sedih kalau kebencian kita atau perbedaan kita dibawa sampai ke titik yang paling puncak, kita bertepuk tangan atau kita gembira ketika ada orang lain kesusahan,” ujar Eko melalui kanal Youtube 2045 Tv, dikutip Kamis (26/1/23).
Baca Juga: Telak! Jokowi 'Dihajar' Habis-habisan oleh Megawati saat Pidato HUT PDIP, Rocky Gerung Soroti Wajah Jokowi: Saya Lihat Dia Menunggu...
Bukannya tanpa alasan, Eko secara terbuka tidak suka dengan cara berpikir kematian seseorang dikaitkan dengan kutukan dsj. Hal yang sama menurut Eko berlaku pada kubu oposisi yang mengaitkan kematian para pendukung rezim Jokowi dengan mubahalah Habib Rizieq Shihab.
Eko blak-blakan menilai tidak ada bedanya dari dua kelompok tersebut yang mana menurutnya terlalu berlebihan.
Baca Juga: Kubu Lawan Bongkar Manuver Surya Paloh, SBY, dan Jusuf Kalla (JK) di Bakal Koalisi Pengusung Anies Baswedan! Ternyata Oh Ternyata...
“Dua cara berpikir ini sebetulnya menganut dasar dan konsep yang sama, kalaupun berbeda orang atau jalur tapi dua-duanya sama pekok-nya,” jelasnya.
Bagi Eko, kesusahan seseorang seperti kematian tidak boleh menjadi dasar kebencian yang mendalam bahkan sampai senang dan dibuat gembira.
Eko mengingatkan bahwa cepat atau lambat apa yang terjadi pada Lieus yakni kematian akan menyapa orang lain.
Baca Juga: Heboh Cak Nun, Ternyata Anies Baswedan Juga Disebut Firaun oleh Pendukung Jokowi: 'Anies Nggak Baperan, Pendukungnya Tidak Main Lapor'
“Gua ingin bilang, ada orang meninggal, kesusahan atau Tuhan sudah gariskan usianya di situ, kita cukup melihat itu sebagai fenomena kehidupan. Lieus berbeda dengan kita ketika dia masih hidup saat aktif mengeluarkan pandangan politiknya, tetapi ketika sudah meninggal dia bukan lagi menjadi berbeda dengan kita sebab kita ujung-ujungnya juga akan sama kayak lieus,”
Karenanya, Eko berharap cara berpikir yang demikian harus ditinggalkan atau minimal dikurangi.
“Cara berpikir di kedua kelompok ini harus mulai kita kurangi,” ungkapnya.
Baca Juga: Klarifikasi Cak Nun Soal 'Jokowi dan Firaun' Disebut Keren: Menggugurkan Rencana Pelaporan Tanpa Merendahkan Diri
Baca Juga: Soal Normalisasi Kali Ciliwung Mangkrak Era Anies Baswedan, Ternyata Alasannya Karena Ada yang Tidak Setuju
Sentimen: negatif (99.9%)