Sentimen
Positif (100%)
26 Jan 2023 : 00.40
Informasi Tambahan

BUMN: BTN, PT Pertamina

Institusi: Center for Indonesian Policy Studies (CIPS)

Kab/Kota: Sumedang

Kasus: covid-19, stunting

Tokoh Terkait

Presiden Dorong Strategi 'Bapak Asuh' untuk Tekan Stunting

26 Jan 2023 : 00.40 Views 3

Republika.co.id Republika.co.id Jenis Media: Nasional

Presiden Dorong Strategi 'Bapak Asuh' untuk Tekan Stunting

JAKARTA -- Presiden Joko Widodo menyatakan upaya penurunan prevalensi stunting di Indonesia membutuhkan kerja sama semua pihak, termasuk perusahaan swasta. Presiden pun mendorong pemerintah daerah untuk melibatkan pihak swasta dalam mengatasi permasalahan stunting di daerah masing-masing.

Jokowi mengatakan, strategi "bapak asuh" yang diterapkan di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, terbukti sukses menurunkan angka stunting. Kabupaten Kampar melibatkan perusahaan-perusahaan dalam program penurunan stunting.

“Yang stunting (di Kabupaten Kampar) dititipkan kepada perusahaan-perusahaan. Ada bapak asuhnya, titip 50 (anak asuh), titip 200, titip 300, akhirnya bisa turun drastis,” kata Jokowi saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Banggakencana) dan Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2023, di Jakarta, Rabu (25/1).

Jokowi mengatakan, pemerintah menargetkan angka stunting sebesar 14 persen pada 2024. Presiden mengaku yakin target tersebut dapat dicapai jika semua pihak bekerja sama. Saat ini, angka stunting di Indonesia telah mengalami penurunan dari 37 persen pada 2014 menjadi 21,6 persen di 2022.

“Saya yakin dengan kekuatan kita bersama, semuanya bergerak, angka itu bukan angka yang sulit untuk dicapai asal semuanya bekerja bersama,” kata Jokowi.

Jokowi menekankan, stunting masih menjadi masalah besar yang harus segera diselesaikan. Selain bisa berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia, stunting bisa berdampak terhadap kondisi fisik anak, kesehatan, hingga kemampuan berpikir anak.

“Dampak stunting ini bukan hanya urusan tinggi badan, tetapi yang paling berbahaya adalah nanti rendah kemampuan anak untuk belajar, keterbelakangan mental, dan yang ketiga munculnya penyakit-penyakit kronis yang gampang masuk ke tubuh anak,” ujar dia.

Jokowi dalam kesempatan tersebut juga meminta agar setiap daerah memiliki data yang akurat dan terperinci sehingga mempermudah para penyuluh melakukan pengawasan dan memberikan perawatan kepada anak yang mengalami stunting. Ia kemudian mencontohkan Kabupaten Sumedang yang sukses memanfaatkan teknologi digital melalui sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) untuk percepatan penanganan stunting.

“Jadi, mestinya kita harus secepatnya secara nasional memiliki itu, sehingga tembakannya menjadi jelas, sasarannya menjadi jelas. Karena jumlah balita yang ada di negara kita juga bukan jumlah yang kecil, yaitu 21,8 juta,” kata dia.

Untuk menurunkan angka stunting, salah satu hal penting yang harus diberikan kepada anak adalah asupan gizi yang baik. Karena itu, ia meminta jajaran Kementerian Kesehatan untuk menghentikan pemberian biskuit dan menggantinya dengan makanan tinggi protein bagi ibu hamil dan bayi melalui puskesmas dan posyandu.

“Karena yang lalu-lalu saya lihat di lapangan dari kementerian masih memberi biskuit pada anak, mencari mudahnya saja. Lelangnya gampang. Kalau telur, ikan, gampang busuk. Jangan dilakukan lagi. Kalau anaknya, bayinya, harus diberikan telur, ya, telur. Diberikan ikan, ya, ikan,” ujar Jokowi menegaskan.

Mengenai program "bapak asuh" di Kabupaten Kampar, strategi tersebut diketahui sukses menurunkan angka stunting dari 27 persen menjadi 8 persen. Salah satu perusahaan yang berpartisipasi dalam program tersebut adalah PT Pertamina Hulu Rokan (PHR).

Beberapa kegiatan yang dilaksanakan meliputi pemberian makanan tambahan bagi anak berusia di bawah dua tahun atau baduta serta ibu hamil dengan kekurangan energi kronik. Pemberian makanan tambahan dilakukan selama enam bulan dan untuk ibu hamil selama masa kehamilannya. 

Selain pemberian makanan tambahan, PHR bersama PKBI Riau melakukan edukasi pencegahan stunting dengan melibatkan kader posyandu, bidan desa, dan PKK. Kampanye pencegahan stunting juga dilakukan ke sejumlah sekolah di Kampar.

Dampak harga pangan
Menurut riset Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), fluktuasi harga pangan menjadi salah satu faktor yang memengaruhi prevalensi angka stunting di Indonesia.

“Fluktuasi harga pangan memengaruhi konsumsi pangan sebagian masyarakat Indonesia, terutama mereka yang berpenghasilan rendah. Oleh karena itu, menjaga keterjangkauan pangan sangat penting,” kata Head of Agriculture Research CIPS Aditya Alta, Selasa (24/1).

Penelitian terbaru CIPS yang berjudul "Policy Barriers to a Healthier Diet: The Case of Trade and Agriculture” menunjukkan, keterjangkauan pangan menentukan status gizi individu. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2021 menunjukkan, rata-rata biaya makanan bergizi seimbang di Indonesia adalah Rp 22.126 per hari per orang atau Rp 663.791 per bulan per orang. Berdasarkan biaya makan di 90 kota pada tahun 2021, sekitar 68 persen atau 183,7 juta orang Indonesia tidak mampu membayar jumlah tersebut.

Sementara itu, data World Food Programme (WFP) menyebutkan, harga makanan di Indonesia, seperti beras, bisa 50-70 persen lebih mahal daripada harga di negara tetangga. Food Monitor CIPS juga menyebutkan bahwa harga gula, beras, dan kedelai masing-masing 55,68 persen, 38,36 persen, dan 15,94 persen lebih mahal daripada beberapa harga internasional untuk masing-masing komoditas tersebut sepanjang tahun 2021.

 

 

Rata-rata pengeluaran biaya makanan bergizi seimbang di Indonesia adalah Rp 22.126 per hari.

 

Aditya menambahkan, pandemi Covid-19 makin menambah beban mereka yang berpenghasilan rendah. Berkurang atau hilangnya penghasilan membuat kecukupan gizi pada konsumsi pangan makin tidak diprioritaskan.

"Mereka biasanya cenderung memilih pangan dengan kandungan karbohidrat tinggi yang mengenyangkan tetapi minim nilai gizinya," katanya.

 

  Baca Selengkapnya';

").attr({ type: 'text/javascript', src: 'https://platform.twitter.com/widgets.js' }).prependTo("head"); if ($(".instagram-media").length > 0) $("").attr({ type: 'text/javascript', src: 'https://www.tiktok.com/embed.js' }).prependTo("head"); $(document).on("click", ".ajaxContent", function(t) { var e; t.preventDefault(); Pace.restart(); var a = $(this).attr("href"); var b = $(this).attr("data-id"); $(".btn-selengkapnya-news").show(); $(".othersImage").addClass("hide"); $(this).hide(); $("." + b).removeClass("hide"); return e ? (Pace.stop(), document.getElementById("confirm_link").setAttribute("href", a), $("#modal_confirm").modal()) : ($("*").modal("hide"), void $.get(a, function(t) { $("#" + b).html(t.html); console.log("#" + b); }).done(function() { $(".collapse").fadeOut(); $("#" + b).fadeIn(); }).fail(function() { $("#modal_alert .modal-body").html(fail_alert), $("#modal_alert").appendTo("body").modal() })) }); $(".body-video").on('loadedmetadata', function() { if (this.videoWidth < this.videoHeight) this.height = 640; this.muted = true; //console.log(this.videoHeight); } ); window.onload = function() { var videos = document.getElementsByTagName("video"), fraction = 0.8; function checkScroll() { if (videos.length > 0) { for (var i = 0; i < videos.length; i++) { var video = videos[i]; var x = video.offsetLeft, y = video.offsetTop, w = video.offsetWidth, h = video.offsetHeight, r = x + w, b = y + h, visibleX, visibleY, visible; visibleX = Math.max(0, Math.min(w, window.pageXOffset + window.innerWidth - x, r - window.pageXOffset)); visibleY = Math.max(0, Math.min(h, window.pageYOffset + window.innerHeight - y, b - window.pageYOffset)); visible = visibleX * visibleY / (w * h); if (visible > fraction) { video.play(); } else { video.pause(); } } } } window.addEventListener('scroll', checkScroll, false); window.addEventListener('resize', checkScroll, false); }; // window.fbAsyncInit = function() { // FB.init({ // appId: '700754587648257', // xfbml: true, // version: 'v14.0' // }); // }; // (function(d, s, id) { // var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0]; // if (d.getElementById(id)) { // return; // } // js = d.createElement(s); // js.id = id; // js.src = "https://connect.facebook.net/en_US/sdk.js"; // fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs); // } // (document, 'script', 'facebook-jssdk')); // $(".share_it a,.share-open-fix li").on("click", function() { // url = window.location.href; // s = $(this).parents("div.blok_quot").children("div.blog-post-actions").children("div.pull-left").text().replace(/[^a-z0-9\s]/gi, '').replace(/[_\s]/g, '+'); // c = $(this).parents("div.blok_quot").children("div.quote-text").text().replace(/[^a-z0-9\s]/gi, '').replace(/[_\s]/g, '+'); // content = c + " - " + s; // if ($(this).children().hasClass("fa-facebook")) { // img = document.querySelector("meta[property='og:image']").getAttribute("content"); // FB.ui({ // method: 'share_open_graph', // action_type: 'og.shares', // action_properties: JSON.stringify({ // object: { // 'og:url': url, // 'og:title': "", // 'og:description': c, // 'og:og:image:width': '610', // 'og:image:height': '409', // 'og:image': img // } // }) // }); // console.log(img); // } else if ($(this).children().hasClass("fa-twitter")) { // window.open("https://twitter.com/intent/tweet?text=" + content + " " + url); // } else if ($(this).children().hasClass("fa-whatsapp")) { // window.open("https://api.whatsapp.com/send?utm_source=whatsapp&text=" + content + " " + url + "?utm_source=whatsapp"); // } // return false; // }); });

Sentimen: positif (100%)