Menjelang Pemilu 2024, Waspada Lonceng Kematian Demokrasi
Bisnis.com Jenis Media: Nasional
Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Majelis Syuro Partai Ummat Amien Rais turut angkat bicara mengenai pendapat Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun yang menyamakan sosok Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan sebutan Firaun.
“Ketika Cak Nun membicarakan Firaun dan kawan-kawannya serta membandingkan dengan fulan dan kawan-kawan ya diambil saja pesan moralnya, jika ada yang menghujat, kita dengarkan, begitupula apabila ada yang bersimpati kita juga dengarkan,” ujarnya dikutip melalui Youtube Amien Rais Official, Sabtu (21/1/2023).
Oleh sebab itu, dia menyarankan agar pendapat masyarakat tidak harus selalu berakhir dengan laporan kepada pihak berwajib. Mengingat, Indonesia disebutnya menganut demokrasi dan kebebasan berpendapat.
“Sehingga ada baiknya tidak usah dilaporkan ke Polisi, sebab jika sedikit-sedikit dilaporkan ke Polisi saya khawatir nanti rakyat tidak akan berani lagi mengekspresikan pendapatnya karena sudah bungkam ketakutan. Nah, mungkin lonceng kematian demokrasi berdentang makin keras kalau praktik ini tidak berhenti, tetapi semoga tidak ke arah sana,” katanya.
Tidak hanya itu, dia pun menguliti soal sosok raja yang berkuasa di masa Nabi Musa A.S itu, di mana disebutnya mendedahkan bahwa kekejaman Firaun banyak dikisahkan dalam Al Quran.
“Menarik untuk diketahui, bahwa Nabi atau Rasul yang paling banyak disebutkan dalam Al-Quran adalah Nabi Musa sebanyak 136 kali, sementara tokoh paling kejam, biadab, raja tega, dan melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya yaitu Fir’aun juga disebut sebanyak 136 kali,” tuturnya.
Tidak hanya itu, dia melanjutkan bahwa ada kurang lebih 20 surat yang menjelaskan pertarungan argumentasi, konflik antara keduanya yang dijelaskan ciri kekuasaan Firaun yang bisa diteladani menjadi pelajaran bagi penguasa yang diberikan kekuasaan.
“Firaun [adalah tokoh] yang membangun kesatuan elite dengan menghimpun kekuatan elit politik, elit militer, elit ekonomi, dan elit teknokrat untuk melestarikan kekuasaan yang zalim dan biadab,” katanya
Oleh sebab itu, Firaun mewakili elit politik dan militer, qarun mewakili elit ekonomi, dan Haman mewakili elit teknokratik. Sehingga dengan namanya yang banyak disebut di dalam Al Quran, lanjut Amien Rais bahwa itu menjadi pengingat atau pelajaran sejarah moral yang harus dicamkan dan tak boleh diulangi oleh penguasa.
Selanjutnya, Amien juga mengatakan bahwa dalam menjalankan kekuasaannya Firaun dibantu penasehat yang disebut elite.
"Ada elite politik dalam hal ini Firaun sendiri, elite ekonomi yakni Qorun yang saking kayanya kunci gudang kekayaannya dibawa 7 orang dewasa saja tidak sanggup kata Al Quran, kemudian ada elite teknokratik yang dipimpin Haman," imbuhnya.
Firaun juga mempunyai tukang sihir yang jasanya dipakai untuk menggertak dan meneror rakyatnya sendiri.
"Firaun juga memelihara ratusan tukang sihir yang berfungsi sebagai penggertak dan paneror rakyatnya sekaligus semacam buzzer yang dapat bayaran tinggi. Nah para penyihir ini menjadi penjilat dan buzzer murahan itu dikisahkan dalam Al Quran,” katanya.
Oleh sebab itu, dia memastikan kisah Firaun, Qarun, dan Haman merupakan cerita sesungguhnya yang dinilainya juga terjadi juga sampai zaman sekarang banyak berhubungan dengan kekuasaan yang absolut, menjilat kemudian meminta imbalan sehingga ada baiknya untuk diteladani saja.
"Ini cerita sesungguhnya terjadi juga sampai zaman sekarang banyak berhubungan dengan kekuasaan yang absolut, menjilat kemudian meminta imbalan 'kalau kami nanti bisa memenangkan peperangan atau konflik atau pertarungan antara Paduka, Bapak Kaisar atau Bapak Raja atau Bapak Presiden dan lain-lainnya apa kira-kira imbalannya?" Ya tadi itu jadikan all the president men'. Nah kira-kira mereka akan dapat berseliweran di istana dibeli harga dirinya oleh Qarun waktu itu dan hidupnya nista sepanjang masa," pungkas Amien.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak Video Pilihan di Bawah Ini :
Sentimen: positif (88.9%)