Sentimen
Netral (78%)
14 Jan 2023 : 22.22
Informasi Tambahan

BUMN: PT Pertamina, PLN

Kab/Kota: Tangerang

Tokoh Terkait

Berhasil Tekan Utang, Laba BUMN Bisa Capai Rp 200 Triliun

14 Jan 2023 : 22.22 Views 2

Merahputih.com Merahputih.com Jenis Media: News

Berhasil Tekan Utang, Laba BUMN Bisa Capai Rp 200 Triliun

MerahPutih.com - Laba BUMN pada tahun 2022 diperkirakan mencapai Rp200 triliun atau naik signifikan dari capaian Rp 125 triliun di tahun 2021.

"Ini belum tutup buku," ungkap Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dalam konferensi pers Natal Bersama 2022 Kementerian BUMN dan BUMN di Tangerang, Banten, Sabtu (14/1).

Baca Juga:

Ia membeberkan, tingginya kemungkinan laba para perusahaan pelat merah tersebut merupakan berkat kerja keluarga besar BUMN yang telah bersatu dalam segala perbedaan saat melakukan efisiensi dan gotong royong.

Efisiensi yang dilakukan BUMN tak hanya sekedar menekan harga, tetapi efisiensi secara operasional.

PT Pertamina (Persero) Tbk. berhasil melakukan efisiensi sekitar 1,9 miliar dolar AS pada tahun 2021 dan di tahun 2022 sebesar 600 juta dolar AS.

Begitu pula dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang bisa menekan belanja modal alias capital expenditure (capex) sampai 30 persen, sehingga perseroan bisa melakukan percepatan utang di mana utang PLN sudah turun Rp 96 triliun dari sebesar Rp 500 triliun menjadi Rp 404 triliun.

Menurut Erick, efisiensi BUMN harus dilakukan di tengah permasalahan tingginya harga pangan saat ini, yang menjadi salah satu permasalahan yang harus diwaspadai.

BUMN kini sedang mempelajari guna menjadi pembeli siaga atau off taker dalam membeli hasil petani, khususnya untuk kelapa sawit, gula, hingga padi.

"Ini yang kami sedang akan siapkan, rancangan untuk membeli kebutuhan pokok," ungkapnya.

Selain harga pangan, dia menyebutkan harga energi saat ini turut menjadi perhatian. Baru-baru ini, Pertamina sudah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis pertamax, sejalan dengan turunnya harga minyak dunia.

Kementerian BUMN pun juga sedang melakukan proses membandingkan perusahaan alias benchmarking terkait produksi minyak Indonesia dengan perusahaan dunia, khususnya dari segi ongkos produksi.

"Jangan sampai nanti perusahaan minyak yang lain harga produksinya sekian, Pertamina justru lebih mahal. Nah ini efisiensi," katanya.

Baca Juga:

Sentimen: netral (78%)