Dokter Ingatkan Risiko Nongkrong dengan Teman Perokok: Jadi Enggak Enakan
Indozone.id Jenis Media: News
INDOZONE.ID - Nongkrong dengan teman-teman yang merokok biasanya diikuti dengan tawaran yang serupa. Terkait hal tersebut, Pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI) Dr dr Erlina Burhan, SpP(K), MSc, menyarankan untuk menghindari kumpul dengan para perokok sebagai upaya untuk mencegah konsumsi rokok.
"Kita cenderung mengikuti lingkungan. Ketika bergabung dengan perokok, akan ditawari rokok. Hal ini bisa memunculkan rasa enggak enak kalau enggak ikut, tidak dianggap sebagai peer group," katanya dalam diskusi daring, Sabtu (14/1/2022).
Baca juga: Perokok Berisiko Tinggi Kena TB hingga Picu Kematian
Selain menghindari, dr Erlina juga menyarankan agar bisa tegas dalam menolak tawaran merokok. Seseorang harus memiliki kepercayaan diri untuk kebaikan kesehatannya.
"Jangan malu mengatakan 'mohon maaf saya tidak merokok'. Hilangkan persepsi bahwa merokok itu keren," lanjut dia.
Lalu, bagaimana jika sudah terlanjur menjadi perokok?
Seorang perokok yang ingin berhenti, biasanya akan muncul kondisi disebut smoking withdrawal syndrome atau sindrom berhenti merokok. Kondisi ini bisa berakibat pada seseorang sulit berkonsentrasi hingga sulit tidur.
Ilustrasi rokok. (FREEPIK/jcomp)"Tiba-tiba dia merasa tidak konsentrasi, emosi, enggak bisa tidur. Itu karena tubuh terbiasa dengan kadar nikotin tertentu yang sampai ke otak. Jika tidak ada, tubuh ada keinginan untuk merokok," beber dr Erlina.
Menurut dr Erlina, seorang perokok yang ingin berhenti harus memiliki niat, tekad dan kemauan yang kuat dengan dasar untuk kesehatan diri.
Baca juga: Resolusi Tahun 2023 Kamu Berhenti Merokok Biar Lebih Sehat? Ini Tips Mewujudkannya!
Upaya pertama yang bisa dilakukan yakni dengan menghindari tongkrongan berisi para perokok. Sehingga keinginan ataupun tawaran untuk merokok, sudah tidak ada lagi.
Kemudian cara yang dilakukan ketika sindrom berhenti merokok terjadi, bisa melakukan kegiatan yang lebih positif. Untuk mengatasi rasa asam dan tidak enak di mulut, beberapa orang biasanya mengunyah permen karet.
"Yang utama adalah niat. Kemudian dibantu dengan cara-cara lain, seperti kalau lagi ingin merokok diganti dengan mengunyah permen karet atau disebut sebagai nicotine replacement therapy," pungkas dr Erlina.
Artikel Menarik Lainnya:Sentimen: positif (76.2%)