Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: UNAIR, Universitas Airlangga
Tokoh Terkait
Soal WFH, Akademisi Nilai Masyarakat Tetap Butuh Interaksi Sosial Secara Langsung
Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional
PIKIRAN RAKYAT – Belum lama ini, muncul sebuah petisi yang meminta kebijakan work from home (WFH) atau kerja dari rumah kembali diberlakukan lagi untuk para pekerja. Alasan petisi itu muncul lantaran individu yang membuat petisi tersebut menilai bahwa WFH lebih efisien jika dibandingkan dengan work from office (WFO) atau kerja dari kantor.
Pasalnya, ia pun merasa dapat menghemat waktu dan tidak banyak menghabiskan waktunya di perjalanan dari tempat tinggal menuju ke kantor. Selain itu, WFO juga dinilai belum tentu membuat para pekerja menjadi lebih produktif. Oleh karena itu, kebijakan aturan soal WFO pun minta dikaji kembali. Hingga saat ini, petisi tersebut telah ditandatangani oleh 24.764 orang.
Melihat keinginan masyarakat tersebut, Sosiolog sekaligus Guru Besar Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial (FISIP) Universitas Airlangga (Unair), Prof. Dr. Sutinah, Dra., M.S pun turut memberikan tanggapannya. Menurutnya, hal itu adalah dampak dari adanya perubahan sosial yang telah terjadi belakangan ini.
Salah satu perubahan sosial yang dimaksudkan oleh Prof. Sutinah itu adalah munculnya era digital yang kian berkembang. Menurut pendapatnya, saat dulu, masyarakat dapat disebut kerja saat berada di kantor, jika tidak pergi ke kantor, maka masyarakat tak disebut bekerja, berbeda dengan saat ini.
Baca Juga: Terjun ke Politik, Venna Melinda Tertekan Ferry Irawan Masih Mempersoalkan Urusan Ranjang
“Dulu semasa saya, bekerja itu adalah bekerja di kantor, orang tidak dianggap bekerja kalau tidak di kantor. Dan sekarang mengalami perubahan terutama setelah perkembangan IT,” katanya, dikutip dari laman resmi Unair pada Sabtu, 14 Januari 2023.
Lebih lanjut, Prof. Sutinah pun menjelaskan bahwa keinginan soal WFH bisa muncul dari masyarakat lantaran sejumlah faktor. Beberapa di antaranya adalah soal efisiensi waktu, perasaan lebih produktif, dan tidak menemukan gangguan yang signifikan.
Selain itu, dengan WFH, maka para pekerja tidak perlu terjebak macet, hingga mereka merasa lebih nyaman. Tak hanya itu saja, waktu untuk bekerja pun jadi lebih fleksibel lantaran para pekerja dapat mengaturnya sendiri.
“Bisa jadi ada orang yang ingin kerjanya pagi-pagi sekali. Namun ada juga yang ingin kerjanya malam karena sepi sehingga mereka tidak terganggu oleh suara atau mendengar hal lain,” ujarnya.
Baca Juga: Diisukan Bakal Rujuk dengan Gading Marten, Jawaban Gisel Tuai Tanda Tanya Besar: Semua Buat Gempi
“Di kantor itu kan sering kali ada semacam konflik dengan teman, dalam arti bukan konflik fisik ya. Ada persaingan, kadang ada hal yang membuat jealous tapi kalau di rumah kan tidak,” ucapnya menambahkan.
Meski demikian, Prof. Sutinah menjelaskan bahwa secara sosiologis, manusia tetap membutuhkan interaksi antara satu sama lainnya. Ia mengatakan jika interaksi sosial secara langsung dengan tatap muka tetap harus diperhatikan, meski saat ini interaksi dapat dilakukan melalui teknologi.
“Dalam masyarakat digital kita tetap membutuhkan hubungan dengan sesama. Karena interaksi sosial itu dalam sosiologi dikenal sebagai dasar orang untuk dapat melakukan aktivitas. Meskipun teraksi dapat dilakukan secara online, tapi interaksi secara langsung masih tetap diperlukan,” tuturnya.***
Sentimen: positif (100%)