Sangat Jomplang, Pendapatan Per Kapita Era SBY Naik 204 Persen, Jokowi Hanya Naik 25 Persen

13 Jan 2023 : 19.32 Views 7

Fajar.co.id Fajar.co.id Jenis Media: Nasional

Sangat Jomplang, Pendapatan Per Kapita Era SBY Naik 204 Persen, Jokowi Hanya Naik 25 Persen

FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pengurus DPP Partai Demokrat menggelar rapat pleno awal tahun untuk mengevaluasi program kerja 2022 sekaligus menyusun rencana satu tahun kedepan.

Rapat pleno itu digelar di Kantor DPP Partai Demokrat, Kamis (12/1/2023).

Politisi Partai Demokrat Cipta Panca Laksana mengatakan, ekonomi era Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berbanding terbalik dengan era Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Dia mengungkapkan, pendapatan per kapita era SBY naik 204 persen.

Dimana di awal menjabat pada 2004 silam, produk domestik bruto (PDB) per kapita Indonesia senilai US$ 1.150 per kapita dan di akhir jabatannya US$ 3.492 per kapita.

Sementara di masa Jokowi saat ini PDB sebesar 4.350 per kapita.

Data ini kata dia menunjukkan, PDB era Jokowi hanya naik 25 persen.

“Rapat pleno DPP hari ini. Ketum @AgusYudhoyono menyegarkan ingatan pengurus kembali ekonomi di era pak @SBYudhoyono berbanding jauh dengan era now. Income per kapita naik 204% dibanding era Megawati dan sekarang hanya naik 25% dari era SBY,” ungkapnya dal unggahannya di Twitter.

Dalam konferensi persnya, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan, rapat pleno ini merupakan kick off tahun 2023.

Dalam rapat pleno itu dibahas landscape ekonomi maupun politik di tahun 20223 termasuk berbagai dampak tantangan dan peluang bagi Indonesia, mengawali tahun 2023.

Dia mengatakan, dunia masih menghadapi berbagai ketidakpastian perang Rusia Ukraina yang tak kunjung usai.

Belum lagi gejolak dan juga ketegangan geopolitik yang terjadi di berbagai kawasan di dunia.

“Akibatnya dunia dihantui oleh krisis multidimensional. Bisa dikatakan hari ini kita sangat terganggu terkait dengan perdagangan internasional, potensi krisis energi krisis pangan dan juga potensi resesi ekonomi global,” ucap AHY.

Hal ini kata dia terus membebani masyarakat dunia termasuk rakyat Indonesia. (selfi/fajar)

Sentimen: negatif (88.3%)