Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: Universitas Paramadina
Tokoh Terkait
Menteri Senior KIB Diduga Jadi Sosok Penggoda PKS Buat Masuk Kabinet: Penguasa Mau Tapi Malu-malu
Suara.com Jenis Media: News
Suara.com - Batalnya deklarasi 'Koalisi Perubahan' antara Partai NasDem, PKS, dan Demokrat pada November lalu mengundang berbagai spekulasi.
Hal ini yang kemudian membuat berbagai isu mencuat pada tiga pengusung Anies Baswedan tersebut. Belakangan bahkan muncul isu bahwa PKS mulai digoyang karena ada tawaran masuk kabinet.
Isu itu kemudian mengarah pada Presiden Joko Widodo yang dituding ingin menggagalkan koalisi tersebut.
Menanggapi isu PKS yang digoyang buat masuk kabinet, pengamat politik Ahmad Khoirul Umam menyebutkan bahwa PKS diduga digoda oleh seorang menteri dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang berisi Partai Golkar, PPP, dan PAN.
Baca Juga: Gus Choi NasDem: PKS dan Demokrat Bakal Deklarasikan Anies Jadi Capres di Februari 2023
Ilustrasi Dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam. Khoirul Umum menilai sarat kepentingan politik di balik wacana penundaan pemilu 2024. [ANTARA]"Saya juga mendengar informasi itu dan konon itu adalah sebuah ide yang muncul dari seorang menteri senior dari KIB, disampaikan ke Pak Jokowi dan Pak Jokowi kabarnya setuju," ujar Khoirul Umam.
"Tapi tampaknya ada ekspektasi yang berbeda tuh, ekspektasinya kalaupun ada akad itu bukan siri tetapi harus secara terbuka," imbuhnya.
Selain itu, menurut Khoirul Umam masih ada ganjalan PKS masuk ke kekuasaan. Kondisi ini terkait dengan berbagai faktor politis.
"Tapi sepertinya pihak kekuasan agak malu-malu untuk menunjukkan punya keinginan membangun kebersamaan dengan PKS, ya mungkin ada faktor ideolois, mungkin ada faktor politik yang lain," kata Khoirul Umam.
"Itu spekulatif, tapi sebagai sebuah wacana ini kan tak ada asap kalau tak ada api kan," imbuhnya.
Baca Juga: Anggap Wajar Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP usai Sebut Peluang Pemilu Cuma Coblos Partai, Mardani PKS: Sudah Risiko!
PDIP: PKS Mau Direbut Prabowo
Sentimen: negatif (87.7%)