Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Tuban, Surabaya, Malang, Lamongan, Pacitan, Madiun, Trenggalek, Madura, Pesisir Selatan, Solo, Cilegon
Hindarkan Hujan Lebat di Daratan, Tebar Garam di Tuban-Lamongan
Jawapos.com Jenis Media: Nasional
JawaPos.com – Pesisir utara Jawa Tengah disibukkan dengan upaya pengiriman bantuan ke Karimunjawa yang terisolasi karena cuaca ekstrem. Bergeser ke timur di pesisir utara Jawa Timur, kesibukan berupa teknologi modifikasi cuaca (TMC) juga kembali dilakukan kemarin (5/1).
Tujuannya sama: mengantisipasi cuaca ekstrem. Satu pesawat diterbangkan dari Lanud Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang, kemarin pagi dengan membawa sekitar 800 kilogram garam.
Pesawat tersebut terbang di pesisir kawasan Tuban dan Lamongan. Lokasi itu dipilih dengan melihat perkembangan cuaca. Terutama melihat perkembangan bibit air yang ada di awan.
”Penaburan garam di lokasi itu juga mempertimbangkan angin yang mengarah ke timur. Tujuannya agar wilayah daratan di Surabaya dan Madura tidak berpotensi hujan lebat,” ucap Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur Gatot Soebroto kemarin.
Tujuan TMC saat ini memang menghindari hujan lebat di wilayah daratan. Dengan demikian, potensi banjir di wilayah tersebut akan berkurang. Dengan skema modifikasi, hujan akan berlangsung di lautan.
Proses modifikasi cuaca dilakukan atas berbagai pertimbangan. Salah satunya terkait potensi hujan lebat di beberapa wilayah dengan memantau perkembangan harian. Per hari, hasil analisis pantauan cuaca dari BMKG akan menjadi acuan tim dalam penerapan modifikasi.
Modifikasi penaburan garam dari udara sudah berlangsung selama tiga hari ini di Jawa Timur. Dimulai Senin (2/1) yang dilakukan di wilayah pesisir selatan. Sebab, ada potensi hujan lebat di Pacitan, Madiun, Trenggalek, dan Malang.
Sesuai dengan surat Sekdaprov Jatim, TMC di Jatim akan berlangsung selama 160 hari. BMKG sudah menyebut puncak musim hujan diperkirakan berlangsung pada Februari.
BMKG Maritim Tanjung Perak telah merilis potensi cuaca dan gelombang tinggi di perairan Jawa Timur pada 2–8 Januari. Di antaranya, masih aktifnya La Nina, gelombang Rossby, dan gelombang Kelvin di atmosfer.
Kondisi tersebut mendukung pembentukan awan hujan, khususnya awan kumulonimbus, yang dapat mengakibatkan cuaca ekstrem berupa hujan lebat dan dapat disertai angin kencang. Ketinggian gelombang di laut Jawa bagian timur dan perairan selatan Jawa Timur diperkirakan lebih dari 3 meter. Cuaca didominasi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.
Terpisah, Koordinator Laboratorium Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Budi Harsoyo mengatakan, misi hujan buatan atau TMC di wilayah DKI Jakarta sudah selesai pada 2 Januari. ”Sekarang lanjut untuk Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur,” katanya.
Budi menuturkan, kemarin (5/1) operasi modifikasi cuaca di Jawa Timur masih bermarkas di Malang. Tetapi, mulai hari ini (6/1) pindah ke Solo. ”Perpindahan ini hanya masalah teknis,” ujarnya.
Dia menyampaikan, pada 2–4 Januari operasi modifikasi cuaca di Jawa Timur mencapai tiga sorti atau penerbangan. Total bahan semai berupa garam yang ditabur di awan 2.400 kg.
Sementara itu, untuk operasi TMC di posko Halim Perdanakusuma kemarin, dilakukan empat sorti dengan bahan semai 5.600 kg garam. Modifikasi cuaca di antaranya dilakukan di langit Selat Sunda bagian selatan, perairan Banten bagian selatan, Cilegon, dan perairan selatan Jawa Barat.
Editor : Ilham Safutra
Reporter : elo/wan/c19/ttg
Sentimen: positif (100%)