Sentimen
Positif (93%)
2 Jan 2023 : 13.27
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Gunung

Bukan BRIN, Wapres Sebut Otoritas Prakiraan Cuaca di BMKG

Bisnis.com Bisnis.com Jenis Media: Nasional

2 Jan 2023 : 13.27
Bukan BRIN, Wapres Sebut Otoritas Prakiraan Cuaca di BMKG

Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin turut angkat bicara mengenai perbedaan pendapat soal prediksi cuaca ekstrem yang disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Wapres Ma'ruf mengatakan masyarakat sebaiknya mendengarkan dan mengikuti informasi dari otoritas yang punya kepentingan untuk memprediksi cuaca yaitu BMKG. 

“Untuk permasalahan [perbedaan prediksi cuaca] kembali lagi, [prediksi] ini otoritasnya itu kan ada di BMKG ya, otoritasnya,” kata Wapres kepada wartawan di Istana Wapres, Jakarta, Kamis (29/12/2022).

Lebih lanjut, Wapres mengatakan bahwa peneliti dari BRIN hanya memberikan informasi yang sifatnya merupakan hasil penelitian pribadi sehingga belum melewati proses validasi data. 

"Jadi saya kira ya mungkin ada peneliti yang mungkin belum divalidasi datanya sehingga sempat mengumumkan hasil penelitiannya,” ujarnya.

Kendati demikian, Wapres pun meminta masyarakat untuk tetap berpegangan pada hasil prediksi dari BMKG terkait cuaca.

“Namun, sekali lagi yang harus dijadikan pegangan dari BMKG karena dia yang memiliki otoritas, saya kira itu. Itu [prediksi] yang BRIN secara kelembagaan tidak [mewakili], tetapi secara perorangan mungkin, saya kira itu yang sesuai masyarakat tahu bahwa otoritas untuk bisa memberikan prediksi-prediksi itu ada di BMKG,” ucap Ma'ruf.

Sebelumnya, Jokowi juga menyarankan untuk mendengarkan seluruh informasi dari BMKG terkait prediksi cuaca ekstrem. Hal tersebut disampaikan Jokowi usai melantik Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali di Istana Negara, Jakarta, Rabu (28/12/2022).

"Ikuti semua informasi dan ikuti semua yang disampaikan oleh BMKG, sudah itu saja," kata Jokowi kepada wartawan, Rabu (28/12/2022).

Untuk diketahui, Sebelumnya, BMKG memberikan status siaga pada sejumlah wilayah mengingat adanya potensi cuaca ekstrem selama 2 hari ke depan, yakni 28--30 Desember 2022.

Kepala BMKG, Dwikorita, mengatakan, cuaca ekstrem tersebut berpeluang menimbulkan dampak bencana hidrometeorologi berupa banjir, genangan, dan tanah longsor.

"Berdasarkan prakiraan berbasis dampak Impact-Based Forecast [IBF], daerah yang ditetapkan berstatus siaga pada periode tanggal tersebut, yaitu sebagian Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT," ujarnya melalui siaran pers, Rabu (28/12/2022).

Menurutnya, dampak yang mungkin terjadi akibat cuaca ekstrem tersebut, antara lain volume aliran sungai berpotensi meningkat drastis sehingga dapat mengakibatkan potensi banjir dan banjir bandang.

Selain itu, sambungnya, besar kemungkinan hujan lebat tersebut mengakibatkan potensi tanah longsor, guguran bebatuan, atau erosi tanah, terutama di daerah-daerah dataran tinggi dan lereng-lereng perbukitan dan gunung.

"Maka dari itu, BMKG mengimbau kepada pemerintah daerah setempat dan masyarakat yang bermukim di sepanjang daerah aliran sungai dan wilayah perbukitan untuk lebih waspada dan meningkatkan kesiap-siagaan. Terutama jika hujan lebat terjadi dalam intensitas yang cukup lama," tegasnya.

Sementara itu, Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, menerangkan bahwa potensi cuaca ekstrem ini dipicu oleh aktifnya sejumlah fenomena dinamika atmosfer di sekitar wilayah Indonesia yang berpotensi signifikan terhadap peningkatan curah hujan di beberapa wilayah.

Di antaranya, peningkatan aktifitas Monsun Asia yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara signifikan di wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan selatan.

Kemudian meningkatnya intensitas fenomena cold surge atau seruakan dingin yang disertai dengan potensi arus lintas ekuatorial sehingga aliran massa udara dingin dari Asia memasuki wilayah Indonesia juga dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan terutama di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah.

Dinamika atmosfer lainnya, yaitu adanya indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah Australia yang dapat memicu peningkatan pertumbuhan awan konvektif yang cukup masif dan berpotensi menyebabkan hujan dengan intensitas tinggi, peningkatan kecepatan angin permukaan, serta peningkatan tinggi gelombang di perairan sekitarnya.

"Dan fenomena lainnya yang signifikan, yakni terpantaunya fenomena Madden Julian Oscillation [MJO] yang aktif bersamaan dengan fenomena gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatoria yang berkontribusi signifikan terhadap peningkatan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia terutama di bagian tengah dan timur," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :


Sentimen: positif (93.8%)