Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Jabodetabek, Depok, Lenteng Agung
Tokoh Terkait
Beda Soal Cuaca Ekstrem BRIN dan BMKG, Ini Penjelasannya
Jawapos.com Jenis Media: Nasional
JawaPos.com – Prakiraan cuaca ekstrem dan badai dahsyat yang diembuskan peneliti klimatologi dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin dibantah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Hal itu menimbulkan kebingungan di masyarakat.
Lantas, mengapa bisa terjadi perbedaan?
Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Isnawa Adji, tidak ada yang salah dari dua prediksi tersebut. Hanya saja, masing-masing punya pendekatan teori klimatologi yang sedikit berbeda.
Lebih jauh lagi, bisa saja karena perubahan cuaca yang memang terjadi dengan cepat.
“Yang namanya kondisi cuaca itu mengalami dinamika yang sangat cepat, mungkin baru diinformasikan pada tanggal 28 ada badai dan lain-lain, ternyata BMKG merilis itu hanyalah intensitas hujan yang sangat lebat saja,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (28/12).
Meski bukan soalan klimatologi, ia mencontohkan kejadian di Katulampa yang pernah diinformasikan siaga 2 dan dalam waktu 5-7 jam akan terjadi banjir di Jakarta, terutama di kawasan Ciliwung.
“Ternyata dalam perjalanan waktu ke tujuh jam itu intensitasnya cepat menurun di kawasan Depok dan Lenteng Agung. Sehingga saat masuk di Jakarta kondisinya sudah tidak ekstrem lagi,” jelasnya.
“Ini contoh-contoh mungkin boleh dicek berkaitan dengan cuaca mungkin ada dinamika yang sangat cepat dalam hitungan jam ke jam,” sambung Isnawa.
Berkaitan dengan pihak mana yang lebih baik dipercaya terkait informasi kecuacaan, ia mengatakan bahwa BMKG lebih punya otoritas untuk mengumumkan pergerakan cuaca di Indonesia.
“Kita berpusat pada BMKG karena bagaimana badan yang resmi untuk menginformasikan tentang kecuacaan kan BMKG, meskipun masukan dari BRIN diterima, tetapi acuan kita ke BMKG,” tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, hasil pemodelan yang dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa puncak cuaca ekstrem yang perlu diwaspadai di Jabodetabek bukan tanggal 28 Desember 2022, melainkan mulai tanggal 29 dan puncaknya di tanggal 30 Desember 2022.
“Menurut prediksi ini, Jawa Barat, Jabodetabek sampai tanggal 28 Desember insya Allah masih bisa terkendali. Masih relatif aman. Hanya mulai tanggal 29 Desember itu mulai diwaspadai menurut prediksi kami,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Rabu (28/12).
Diketahui bahwa sebelumnya peneliti klimatologi pada Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin menyampaikan ada potensi banjir besar di kawasan Jabodetabek karena badai dahsyat dan hujan ekstrem.
Senada dengan Dwikorita, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab menyatakan bahwa hujan ekstrem mesti diwaspadai puncaknya di Jabodetabek tanggal 30 Desember 2022.
“Untuk wilayah Jabodetabek memang dari hasil pemodelan kami laksanakan itu potensinya ada di tanggal 30 Desember. Jabodetabek dalam kategori sangat lebat,” jelasnya.
Kategori sangat lebat berarti rata-rata curah hujan yang turun mencapai hinggal lebih dari 150 milimeter per hari.
“Sementara untuk tanggal 28 sendiri masih dalam kategori ringan atau sedang. Untuk tanggal 29 masih cenderung sedang, lebatnya di laut,” kata Fachri.
Pada kategori rendah, curah hujan yang turun adalah 0,5-20 milimeter per hari. Sedangkan kategori sedang curah hujannya mencapai 20-50 milimeter per hari. Dengan begitu, kata Fachri, kewaspadaan perlu ditingkatkan pada 30 Desember nanti.
“Jadi sejauh ini yang perlu jadi kewaspadaan di tanggal 30 Desember, tapi bukan berarti di tanggal 28 dan 29 gak ada hujan ya, ada hujan tapi mungkin intensitasnya sedang,” tandasnya.
Editor : Banu Adikara
Reporter : Tazkia Royyan Hikmatiar
Sentimen: positif (86.5%)