10 Bencana Alam Paling Mematikan di Dunia 2022, Ada Gempa Cianjur
iNews.id Jenis Media: Nasional
JAKARTA, iNews.id - Tahun 2022 diwarnai beberapa bencana alam mematikan. Kasus dengan korban jiwa terbanyak dalam musibah bencana alam di tahun ini didominasi cuaca ekstrem seperti badai atau hujan deras yang memicu banjir.
Cuaca ekstrem yang terjadi hampir merata di berbagai benua dikaitkan dengan perubahan iklim. Di samping itu, gempa bumi juga memakan banyak korban. Hal yang cukup mengejutkan, gempa mematikan tahun ini, setidaknya sampai data ini diturunkan, justru bukan terjadi di wilayah Ring of Fire, melainkan di Afghanistan.
Berikut deretan bencana alam paling mematikan di dunia sepanjang 2022:
1. Banjir di Pakistan
Banjir di Pakistan sejak Juni 2022 menewaskan lebih dari 1.700 orang. Sekitar sepertiga wilayah Pakistan terdampak banjir dahsyat terparah dalam sejarah negara itu. Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif bahkan mengatakan negaranya berubah seperti laut.
Pemerintah Pakistan mengumumkan kondisi darurat di wilayah terdampak. Provinsi Balochistan dan Sindh merupakan dua wilayah paling parah dilanda bajir. Banyak korban di wilayah terpencil Pakistan tidak bisa diakses.
2. Gempa Bumi Afghanistan
Masih di bulan yang sama, tepatnya tanggal 22, gempa bumi bermagnitudo 6,2 mengguncang Afghanistan, menewaskan sekitar 1.160 orang dan melukai lebih dari 6.000 lainnya. Data USGS mengungkap, gempa bertitik pusat di darat dengan kedalamam 4 km.
Dua wilayah yakni Provinsi Paktika dan Khost mengalami dampak paling parah akibat gempa.
Gempa Afghanistan tersebut, hingga saat ini, menjadi musibah gempa paling mematikan di dunia sepanjang 2022. Banyak faktor yang menyebabkan tingginya jumlah kematian, seperti penanganan terhadap korban serta lokasi kejadian yang terpencil di pegunungan.
3. Banjir di Nigeria
Banjir di Nigeria menewaskan lebih dari 600 orang pada Oktober 2022. Banjir mengakibatkan sekitar 1,3 juta warga mengungsi, lebih dari 200.000 rumah dan 440.000 hektare lahan pertanian rusak.
Pemerintah Nigeria mengatakan hujan lebat serta perubahan iklim disalahkan atas bencana ini. Sementara para ahli mengatakan pemanasan global serta perencanaan infrastruktur yang buruk telah memperburuk keadaan.
Editor : Anton Suhartono
:Follow Berita iNews di Google News
Bagikan Artikel:Sentimen: negatif (100%)