Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Institusi: Universitas Islam Internasional Indonesia
Kasus: Teroris, teror, Bom bunuh diri
Tokoh Terkait
Upaya Mengaitkan Terorisme dengan Agama Harus Dikoreksi
Fin.co.id Jenis Media: Nasional
Reporter: Afdal Namakule|
Editor: Afdal Namakule|
Sabtu 24-12-2022,08:20 WIBSekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti-Twitter/@Abe_Mukti-
JAKARTA, FIN.CO.ID- Sekretaris Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan bahwa radikalisme-terorisme muncul tidak selalu berakar agama, tetapi bisa juga berlandaskan ideologis dan politik lain.
“Upaya mengaitkan agama dengan terorisme itu harus mulai dikoreksi. Hanya dalam konteks Indonesia ditengarai seakan ada skenario karena pada aksi-aksi tertentu, pasca aksi selalu ditemukan dokumen yang berkaitan dengan teologis, yang kemudian mengalihkan perhatian masyarakat dari isu penting lainnya,” kata Abdul Mu’ti, dikutip dari Antara, Sabtu 24 Desember 2022.
Abdul Mu’ti mengatakan hal tersebut dalamseri Webinar Nasional yang digelar Moya Institute bertema “Radikalisme: Adakah Akarnya di Indonesia?” Jumat 23 Desember 2022.
BACA JUGA:Tak Sepakat Pernyataan AHY Soal Terorisme Tak Beragama, Husin Shihab: Teroris Gunakan Agama Untuk Teror!
Abdul Mu’ti melanjutkan, membuat masyarakat jemu dan bersikap apatis terhadap kasus-kasus radikalisme-terorisme, seperti pada kasus bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar.
Oleh sebab itu, Mu'ti mengimbau agar penanganan tindakan radikalisme-terorisme perlu diubah menjadi pendekatan semesta yang lebih partisipastif, melibatkan seluruh lapisan masyarakat dan sifatnya persuasif.
“Tidak selalu harus mengikuti pola militeristik,” ujarnya pula.
BACA JUGA:Jumlah Korban Terorisme di Dunia Turun, BNPT: Sayangnya di Indonesia Justru Makin Meningkat
Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Komarudin Hidayat mengatakan bahwa pada tataran intelektual dan ilmuwan sudah diakui bahwa tidak ada korelasi utama antara Islam dan terorisme.
“Gerakan kelompok radikalisme-terorisme di berbagai negara juga semakin berkurang. Data yang ada menunjukkan pula bahwa agama tidak berdiri sendiri dalam gerakan radikalisme-terorisme tersebut,” kata Prof Komarudin.
Direktur Eksekutif Moya Institute Hery Sucipto menyebutkan, ancaman radikalisme-terorisme tidak akan pernah hilang seiring dinamika politik global. Fakta-fakta kemunculan radikalisme-terorisme tetap harus menjadi perhatian publik dan pemerintah.
Sumber:
Sentimen: negatif (99.5%)