Cerita Pilu Yenny Wahid Soal Kejatuhan Gus Dur: Saya Perlu Waktu untuk Pergi dari Indonesia, Lukanya Tak Akan Bisa Dilupakan
Fajar.co.id Jenis Media: Nasional
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Anak kedua dari mantan presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bersama Sinta Nuriyah, Yenny Wahid membagikan cerita pilunya setelah kejatuhan ayahnya.
Bahkan dia memilih keluar negeri untuk bisa pergi dari Indonesia agar lukanya bisa terobati.
“Saya perlu waktu untuk pergi dari Indonesia untuk bisa memahami luka itu. Luka itu tidak akan bisa dilupakan tapi bisa dipahami. Ketika sudah dipahami secara rasional. Mungkin secara emosional bisa tidak terlalu eksplosif,” ucapnya dalam kanal Podcast YouTube Akbar Faizal, Senin, (19/12/2022).
Dia mengaku perlu melanjutkan pendidikannya di Amerika satu tahun belajar pengalaman dari banyak negara, banyak tokoh, banyak kejadian-kejadian politik untuk memahami bahwa ini bukan sesuatu yang pribadi.
“Yang paling penting kita harus fokus pada tujuan kita untuk Bernegara,” tambah mantan Politisi PKB ini.
Menurutnya, keluarga jauh lebih terluka dibandingkan ayahnya. Karena Gus Dur sebagai tokoh politik sudah memahami.
“Buat keluarga jauh lebih luka dibanding bapak karena bapak tokoh politik, sudah tahu risiko yang akan diambil. Keluarga ini kan awal-awal segala sesuatu masih kadang emosional. Itu luka sekali. Lukanya dalam sekali,” tambah tokoh NU ini.
Diketahui, kejatuhan Gus Dur dari kursi presiden pada Juli 2001 silam jadi catatan sendiri dalam sejarah.
Kejatuhan itu bermula dari sejumlah perbedaan pendapat antara Gus Dur dengan sejumlah pihak DPR, partai politik, hingga TNI/Polri.
Perbedaan haluan Gus Dur dengan lawan politiknya itulah kemudian berujung pada pemakzulan. (selfi/fajar)
Sentimen: negatif (97%)