Sentimen
Negatif (66%)
21 Des 2022 : 04.46
Tokoh Terkait
Rizal E Halim

Rizal E Halim

YLKI: Tak Masuk Akal, Membandingkan Ancaman BPA pada Air Galon Bekas Pakai dengan Makanan Kaleng

Pojoksatu.id Pojoksatu.id Jenis Media: Nasional

21 Des 2022 : 04.46
YLKI: Tak Masuk Akal, Membandingkan Ancaman BPA pada Air Galon Bekas Pakai dengan Makanan Kaleng

POJOKSATU.id, Jakarta – Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi mengatakan, sangat tidak masuk akal klaim di sosial media yang membandingkan konsumsi rutin minum air 8 gelas sehari dari galon bekas pakai dengan makan makanan kaleng yang justru lebih jarang dilakukan.

Kedua kemasan tersebut mengandung senyawa berbahaya Bisphenol A (BPA), tetapi minum dari galon bekas pakai justru jauh lebih berbahaya karena frekuensinya rutin setiap hari dan berakumulasi dalam tubuh manusia selama bertahun-tahun.

“Urusan keamanan untuk melindungi masyarakat seharusnya membuat pemerintah tanpa kompromi. Jika dibandingkan, bahaya kontaminasi BPA pada galon guna ulang justru 8 kali lebih besar daripada makanan kaleng, membandingkan keduanya saja sudah sulit diterima akal sehat,” kata Tulus, di Jakarta (20/12/2022).

“Seperti sudah kami tegaskan sebelumnya, terkait keamanan pangan, negara sudah hadir dalam konstitusi yang mengatur berbagai produk regulasi, termasuk UU Perlindungan Konsumen, UU Pangan dan UU Kesehatan, PP Label dan Iklan Pangan. Sekarang ini, masyarakat butuh kemasan pangan berbahan baku plastik yang makin ramah terhadap lingkungan, dan memiliki standar keamanan bagi kesehatan yang makin tinggi,” sambung dia.


Tulus mengatakan secara tegas, membandingkan ancaman kontaminasi BPA pada galon bekas pakai dengan makanan kaleng adalah perbandingan yang tidak masuk akal sehat atau mengada-ada.

“Manusia minum minimal 8 gelas setiap hari, bahkan ada yang lebih. Bayangkan, konsumen berada dalam kondisi terancam kontaminasi BPA minimal 8 kali sehari. Minum air dari kemasan galon mengandung BPA jelas risikonya lebih tinggi dibandingkan dengan makanan kaleng,” ujar dia.

“Labelisasi (peringatan bahaya BPA pada kemasan galon) justru memberikan kesempatan pada konsumen untuk mempertimbangkan, apakah mereka bersedia mengambil risiko terancam paparan senyawa BPA minimal 8 kali sehari, atau tidak. Jika konsumen tidak mempermasalahkannya, ya silakan,” tegasnya.

Dihubungi secara terpisah, Kepala Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) RI, Rizal E Halim, mempertanyakan maksud pihak-pihak tertentu yang mengklaim bahaya kontaminasi BPA pada galon guna ulang 8 kali lebih besar daripada makanan kaleng.

Justru, kata Rizal, melihat kebiasaan masyarakat minum air minimal 8 gelas (dari galon kemasan guna ulang) dalam sehari, maka diperlukan pengawasan yang lebih ketat.

“Pengawasan (galon guna ulang) harus lebih ketat, ketimbang makanan kaleng,” kata Rizal.

Menurutnya, sebenarnya semua makanan dan minuman yang berpotensi bahaya harus diawasi, tidak cuma makanan kaleng.

Tetapi berbeda dengan yang lain, khusus air minum memang dikonsumsi paling dominan setiap hari, maka harus ada pengawasan lebih ketat untuk memastikan air minum itu sehat.

”Pengawasan perlu dilakukan untuk air dan kemasannya. Selain itu, konsumen harus bisa memilih mana kemasan air minum yang aman untuk dikonsumsi dan mana yang tidak aman,” terang dia.

Bahkan lebih jauh lagi, Rizal mengatakan agar dinas kesehatan dilibatkan untuk meregistrasi tempat pembelian air minum dalam kemasan.

Dengan demikian, konsumen bisa memilih di mana tempat pembelian air minum yang aman untuk dikonsumsi.

“Misalnya, lokasi tempat pengisian air minum dalam kemasan galon guna ulang harus mendapatkan register dari dinas kesehatan setempat, ” lanjutnya.

Seruan kepada pemerintah untuk segera mengeluarkan aturan penggunaan galon bekas pakai juga dikeluarkan oleh aktivis Blood For Life, Valencia Mieke Randa.

Sebagai wanita yang sudah memiliki anak, Valencia mengatakan ia sangat khawatir ketika minuman yang dikonsumsi jutaan keluarga di Indonesia ternyata tidak bebas dari bahaya kimia yang terkandung di dalam kemasannya.

“Masyarakat tidak diberikan informasi berapa kali idealnya galon isi ulang bisa digunakan. Jangan sampai masyarakat tidak mendapatkan air minum yang aman dan sehat dikonsumsi, padahal air minum adalah hal yang paling esensial bagi manusia. Inilah pentingnya edukasi bagi masyarakat untuk semakin sadar akan pentingnya air minum yang sehat, dan semakin kritis dalam memilih air minum yang akan dikonsumsi untuk keluarga,” kata Valencia.

Valencia juga menekankan kepada masyarakat agar lebih teliti dan kritis dalam mencermati kebersihan dan keamanan air yang diminum. Kebiasaan ini menurutnya harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Wadah makanan dan minuman yang kita pakai juga harus benar-benar dipastikan aman dari zat-zat yang berbahaya seperti bahan kimia Bisphenol A (BPA). Sebagai ibu, saya tentu saja sangat peduli dengan segala hal yang berhubungan dengan kesehatan,” kata dia.

“Dari informasi yang bisa dibaca di Google, banyak sekali air minum dalam kemasan menggunakan wadah yang masih mengandung bahan kimia BPA,” ujar dia.

“Jika tidak sengaja terkonsumsi, maka risikonya bisa menyebabkan terjadinya penyakit jantung, kanker, kelainan organ hati, diabetes, gangguan otak dan gangguan perilaku pada anak kecil,” tandasnya. (*/pojoksatu)

Sentimen: negatif (66.7%)