Sentimen
Informasi Tambahan
Kasus: PHK
Mimpi Perusahaan Rintisan Jadi Unicorn, Kini Dituntut Untuk Menjadi Dragon Minggu, 18/12/2022, 15:40 WIB
Wartaekonomi.co.id Jenis Media: News
CEO dan Co-Founder CIAS Indrawan Nugroho dalam sebuah video berjudul Akhir dari Unicorns. Awal dari Dragons. Belajar dari GoTo yang diunggah pada 15 Desember lalu di akun YouTube Dr. Indrawan Nugroho menyampaikan bahwa mimpi perusahaan rintisan untuk menjadi unicorns kini harus berubah dengan tuntutan untuk menjadi dragons.
Mimpi untuk menjadi perusahaan unicorns merupakan mimpi untuk menjadi perusahaan yang berhasil mencapai valuasi US$1 miliar tanpa terdaftar di pasar saham.
Baca Juga: Di Balik Dalih Alasan PHK di Startup, Ada Tiga Alasan Utama Sebenarnya
"Tapi sekarang semua orang jadi tersadarkan bahwa ternyata menjadi unicorn tidak selamanya indah. Unicorn tidak seksi lagi seperti dulu. Kenapa tuh? Ternyata status unicorn kan cuma dilihat dari sisi nilai valuasi pasarnya, bukan dari fundamental kekuatan bisnisnya. Jadi kekuatannya semu. Unicorn mungkin kelihatan cantik, tapi sesungguhnya mereka ringkih. Lihat saja kondisinya sekarang. Mayoritas unicorn belum untung, mereka masih menyusu ke investor, belum merdeka secara finansial," tutur Indrawan dalam video seperti dikutip pada Minggu (18/12/2022).
Sebuah saran dari Maelle Gavet selaku CEO Tachstars & penulis trampled by unicorns menyebutkan bahwa idealnya sejak awal perusahaan-perusahaan rintisan dirancang untuk lahir dan tumbuh sebagai dragon atau naga, bukan unicorn.
Karena meskipun sama-sama makhluk mistik, karakter keduanya sangat berbeda. Dragon atau naga itu independen, ulet, gesit, dan utamanya tidak terkalahkan, di mana dalam kondisi krisis, karakter itulah yang sangat dibutuhkan.
Sebagai cara perusahaan untuk bertahan, banyak dari perusahaan rintisan dan tekonologi digital melakukan efisiensi dengan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Indrawan menyampaikan bahwa gelombang PHK di perusahaan rintisan dan teknologi digital tidak hanya hanya memunculkan rasa getir dan keprihatinan, namun juga telah memecut kesadaran dan kemauan semua pihak untuk berbenah terutama memperkuat fundamental bisnis agar bisa menjadi seekor naga, kuat perkasa, gesit dan juga ulet.
"Pada dasarnya perusahaan ibarat makhluk organik, mereka hidup dalam sebuah ekosistem yang memiliki hukum alamnya sendiri. Dengan hukum itulah alam memiliki cara untuk menjaga keseimbangan, keselarasan, dan keharmonisan. Dalam bisnis salah satu hukum alam itu adalah mekanisme pasar, ini sebuah mekanisme alamiah yang senantiasa menciptakan ekuilibrium. Oleh karenanya pertumbuhan sebuah perusahaan tidak bisa dicapit, tidak bisa terus dipompa agar nilainya naik terus," tegas Indrawan.
Maka untuk menjadikan perusahaan dapat tumbuh dengan cepat cepat, akarnya harus diperkuat dengan menyebar luas dan menghujam ke dalam lahan subur yang ada di sekitarnya. Akar ini adalah fundamental bisnis dan kesehatan finansial.
Terkait dengan proses pertumbuhan ini, Indrawan menjelaskan bahwa pertumbuhan memang tidak harus dilakukan secara organik, boleh juga sesekali anorganik seperti melakukan merger dan akuisisi. Tapi itu pun perlu dilakukan di atas akar yang sudah kuat.
Oleh karenanya, keputusan untuk menyosongsong tahun 2023 yang diprediksi penuh dengan dan ketidakpastian itu kembali di tangan masing-masing diri. Bagi pelaku bisnis yang memegang tanggung jawab dalam perusahaan ini, ada beberapa pertanyaan mendasar untuk membantu dalam mempersiapkan diri. Antara lain:
Seberapa kuat kondisi finansial perusahaan Anda? Seberapa lincah gerakan organisasi Anda? Seberapa kompetitif produk Anda dibandingkan dengan pesaing? Seberapa tinggi nilai layanan Anda di mata pelanggan?"Belum terlambat untuk berbenah. Jadilah naga yang perkasa. Kuatkan daya cengkeram bisnis Anda. Gesitlah menangkap peluang dan buatlah organisasi Anda lebih lincah bergerak," pungkas Indrawan.
Baca Juga: OJK Beri Izin Usaha Kepada PT Asuransi Untuk Semua
Sentimen: netral (100%)