Sentimen
Negatif (99%)
17 Des 2022 : 16.17
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Magelang

Partai Terkait

Kisah Prajurit Kopassus Seorang Diri Pukul Mundur Pasukan Elite Belanda Hanya Sekali Bentak

Gelora.co Gelora.co Jenis Media: News

17 Des 2022 : 16.17
Kisah Prajurit Kopassus Seorang Diri Pukul Mundur Pasukan Elite Belanda Hanya Sekali Bentak


GELORA.CO - Sebagai prajurit baret merah Kopassus, Sarwo Edhie Wibowo kenyang dengan berbagai pengalaman tempur di berbagai palagan. Dia juga menjadi salah satu tokoh yang menonjol dalam peristiwa Gerakan 30 September atau G30S.

Sarwo Edhi dan pasukan Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) menumpas kelompok G30S dan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Melansir Buku "Ani Yudhoyono, Kepak Sayap Putri Prajurit" , putri Sarwo Edhie, Ani Yudhoyono menceritakan saat awal kemerdekaan, pasukan Belanda masih merajalela dan mengincar prajurit-prajurit pro kemerdekaan.

Salah satu pasukan yang sering bertempur dengan pejuang kemerdekaan adalah, Korps Speciale Troepen (KST) yang merupakan kesatuan pasukan khusus Belanda.

Sarwo Edhie termasuk salah satu orang yang menjadi target penangkapan Belanda. Bersama ratusan pengungsi, yang rata-rata adalah prajurit dan anak istrinya, Sarwo Edhie membawa Sri Sunarti menempuh perjalanan puluhan kilometer menuju kawasan hutan di Magelang Timur dengan hanya membawa satu buntalan kain berisi sedikit pakaian. Sebelum mencapai hutan, pengungsi harus menyeberangi kali yang cukup lebar.

Hutan itu ditakuti Belanda, oleh karenanya jadi aman sebagai tempat persembunyian. Namun begitu Belanda tetap melancarkan aksi pengepungan dan penangkapan terhadap tentara Indonesia. Hutan dengan medan yang sulit itu terus disisir Belanda. Tempat-tempat pengungsian setiap hari diwarnai situasi tegang, karena Belanda bisa muncul tiba-tiba dan menghabisi tentara Indonesia.

Dari tahun 1949 sampai 1950, Ani Yudhoyono menyebut Papi dan Ibunya berpindah-pindah tempat dengan kondisi yang serba darurat dan tidak pernah sepi dari ancaman. Sering kali pasukan Belanda datang tiba-tiba dan menangkapi orang-orang yang dicurigai. Agar selamat dan tidak ditanya-tanya tentang suami, para ibu muda biasanya langsung menggelung rambut sedemikian rupa sehingga dikira masih gadis. Saat itu memang ada simbol status wanita yang diisyaratkan dengan penataan rambut. Belanda selalu memancing kehadiran tentara dengan menginterogasi istri mereka.

Dalam situasi yang menegangkan itu sebuah peristiwa ajaib pernah terjadi. Ibunya bercerita, dalam sebuah pengungsian, ia dan Sarwo Edhie tinggal dalam sebuah bangunan besar mirip gudang. Tidak ada dinding-dinding di dalamnya, kecuali sekat-sekat kecil. Puluhan anak buah Sarwo Edhie beserta anak dan istri tinggal di sana. Sri Sunarti tidur bersama mereka beralas tikar. Selama beberapa hari di mana suasana cukup tenteram, tetapi suatu siang mereka dikejutkan oleh bunyi letusan senjata.

Segerombolan pasukan Belanda menemukan tempat itu dan langsung mengobrak-abrik. Mereka langsung mencurigai Sri Sunarti sebagai istri Sarwo Edhie. Dengan sigap Sri Sunarti segera mengonde rambutnya sedemikian rupa agar disangka gadis. Ia melakukannya dengan tangan gemetar karena was-was pasukan Belanda akan mencium keberadaan Sarwo Edhie di dalam rumah. Di luar dugaan, Sarwo Edhie sekonyong-konyong keluar tanpa bisa dicegah istrinya.

Namun anehnya Sarwo Edhie muncul dengan penampilan yang tidak biasa. Ia mengenakan kaos kaki panjang selutut. Sarwo Edhie dengan berani memandang segerombolan pasukan Belanda itu, lalu meneriakkan serentetan kalimat yang tidak jelas. 

Suara teriakan Sarwo Edhie begitu lantang, sampai Sri Sunarti sendiri kaget mendengarnya. Bak kerbau dicocok hidungnya, pasukan Belanda mundur teratur dan menjauh tanpa suara. Sri Sunarti memandang dengan bingung. Apakah Belanda pergi karena kondenya atau karena teriakan suaminya? Saking takutnya, Sri Sunarti sendiri tidak bisa dengan jelas mendengar apa yang dikatakan Sarwo Edhie.

Tapi apa pun kalimat itu, tetap itu merupakan keajaiban karena tidak mungkin Belanda meninggalkan begitu saja target incaran mereka. Apalagi Sarwo Edhie adalah sosok yang sangat dicari. Kata Ani Yudhoyono, peristiwa itu masih diingat ibundanya dengan jelas.

Sentimen: negatif (99.2%)