Jember (beritajatim.com) – Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar merasa diuntungkan dengan keputusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang melarang pengurus organisasi kemasyarakatan Islam terbesar itu mencalonkan diri dalam pemilihan presiden.

“Salah satu rezeki PKB, dalam muktamar NU Lampung, PBNU memutuskan, bahkan Gus Yahya (Ketua PBNU Yahya Staquf) berkomitmen, tidak boleh lagi ada calon presiden dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Berarti memang calon dari PKB satu-satunya calon presiden dari keluarga besar NU,” kata Muhaimin, dalam acara deklarasi dukungan kiai kampung, di Pondok Pesantren Darul Arifin, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Minggu (20/2/2022) sore.

Dengan adanya larangan ini, Muhaimin tidak lagi memiliki pesaing dari internal PBNU. Ini berbeda dengan pemilihan presiden 2019. Saat itu, posisi Muhaimin sebagai calon wakil presiden dari NU digeser oleh KH Ma’ruf Amin.

Muhaimin diminta mencalonkan diri jadi presiden oleh sejumlah kiai dalam pertemuan di Jombang tahun lalu. “Saya siap, asal gus-gus ini gak ngomong tok, kerja temenan. Saya mau asal gus-gus memperjuangkan ini bersama-sama. Karena sejak 2019 saya sudah berjuang bersama PKB. Tapi saya berjuang, yang dapat (jadi wakil presiden) Kiai Ma’ruf Amin. Nanti saya berjuang jangan yang dapat orang lain lagi,” katanya, tertawa.

Para ulama muda itu pun setuju berjuang bersama Muihaimin. “Gus-gus itu bergerak dan lahirlah gerakan Nahdlyin bersatu,” katanya. [wir/kun]