Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Surabaya
Balada Pelayar Kena KO Istri yang Kepalang Cerdas
Infosurabaya.id Jenis Media: News
Katanya, ini katanya lho, laki-laki yang bekerja menjadi pelayar itu banyak tak setianya. Diakui atau tidak, stereotype ini ada benarnya.
TIM Wartawan Radar Surabaya
Di sela-sela kesibukan, Donwori menyempatkan diri mengurus kasus perceraiannya. Beberapa waktu lalu, pria 41 tahun itu mendatangi seorang pengacara yang punya kantor di daerah Pengadilan Agama (PA) Kelas 1A Surabaya. Katanya, ia sudah menyerah. Tak kuat lagi menghadapi Karin, 39, istrinya yang kepalang cerdas.
Ceritanya, Donwori ini kerjaannya di lautan. Layaknya pelayar lain, ia hanya akan pulang ke rumah sekali atau dua kali dalam satu tahun. Pekerjaan inilah yang ‘mengharuskannya’ memiliki wanita simpanan untuk mengusir sepi di tanah rantau. Alhasil, ia punya selingkuhan juga di pulau seberang.
Suatu saat, karena bosan selingkuh melulu, Donwori ini minta izin ke Karin untuk menikah lagi. Namun tak seperti kebanyakan perempuan yang menolak tegas dipoligami, Karin ini setrong sekali. Ia oke-oke saja dipoligami namun mengajukan syarat yang lumayan berat.
“Kamu boleh di setiap pulau punya istri, tapi ingat, yang menjadi hakku tak boleh kurang sedikit pun,” kata Donwori menirukan ultimatum sang istri, setahun lalu. Hak yang tak boleh kurang ini, jelas Donwori, adalah urusan ekonomi atau istilahnya uang belanja. Dan inilah sebenarnya yang membuat Donwori tekor.
Ia menjelaskan, Karin sudah tahu berapa gaji Donwori sebulan, berapa juga bonus dan ceperan yang ia dapatkan tiap kali berlayar. Total dari pemasukan Donwori itu, semua harus masuk kantong Karin. Tak peduli apa pun yang terjadi. Mau Donwori punya istri banyak yang dihidupi, itu bukan menjadi urusannya.
Dan ini yang menjadi masalah. Awalnya, Donwori oke-oke saja. Ia mencari ceperan agar istri keduanya tetap sejahtera. Namun rupanya, seiring anak dengan istri mudanya lahir, uang ceperan itu tak mampu untuk menyambung hidup. “Lha anak-anak butuhnya kan banyak, aku kewalahan,” aku pria asal Karangpilang Surabaya ini.
Dari sini, Donwori pun mulai resah dan gelisah. Karena kebutuhan yang makin mendesak inilah, Donwori akhirnya mengambil langkah. Gaji yang ia serahkan ke Karin ini ia kurangi sedikit demi sedikit. Awalnya Karin tak sadar, namun akhirnya ketahuan juga. Dan proteslah si istri pertama ini.
Jangan ditanya bagaimana tindakan Karin. Tentu saja marah-marah. Tapi jangan bilang-bilang Donwori, sebenarnya yang salah di sini Donwori. Kalau memang perjanjian di awal menyanggupi poligami, otomatis kan harus bertanggung jawab dengan pilihannya. Jangan merugikan istri pertamanya gini. Tapi apa mau dikata, manusia tempatnya salah dan lupa.
“Lalu akhirnya Mas memutuskan untuk menceraikan yang mana nih? ” Tanya Radar Surabaya pura-pura goblok. “Ya yang pertama Mbak, ngapain aku ke PA Surabaya kalau mau nyeraikan orang yang di Makassar,” selorohnya.
Donwori mengaku tega gak tega sih. Tapi ia kadung lelah dihadapkan pada istri cerdik yang kepalang tegas. Gak bisa dilawan sama laki-laki. Pembelaannya, lagian, dengan istri pertamanya ia sudah jarang sekali bertemu. Pulang-pulang pasti hanya di momen tertentu seperti lebaran. Selebihnya, ia banyak menghabiskan waktu dengan istri keduanya.
Jadi bisa dibilang, cintanya ke Karin juga ikut luntur. “Kan sekalian cerai aja, fokus sama yang di sana (Makassar, Red). Kalau gitu kan aku masih ada simpanan buat jajan,” cetetuknya santai. (*/opi)
👆🏽PROMO GRATIS👆🏽Sentimen: negatif (93.9%)