Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Pekanbaru
Tokoh Terkait
Kemenkeu Desak Bupati Meranti Minta Maaf, Pendukung Anies: Jangan Baper, Stafsus Kok Arogan
Fajar.co.id Jenis Media: Nasional
FAJAR.CO.ID, JAKARTA-- Pegiat media sosial Eko Widodo mengkritik Staf Khusus Menteri Keuangan (Menkeu) Bidang Komunikasi Strategis, Yustinus Prastowo yang mendesak Bupati Kepulauan Meranti, Muhammad Adil minta maaf usai menyebut jajaran pegawai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) iblis dan setan.
Menurut salah satu pendukung Anies Baswedan itu, instansi pemerintah adalah objek kritik sehingga tidak perlu baper.
Hal itu disampaikan Eko Widodo dalam akun Twitter pribadinya, dikutip pada Senin 12 Desember 2022.
"Bupati dipilih langsung oleh rakyat & pesannya jelas daerah dg kekayaan alam melimpah tapi warganya miskin. Instansi pemerintah itu objek kritik jgn baper kaburkan substansi, stafsus kok arogan!!," ujar Eko Widodo.
Sebelumnya, Bupati Kepulauan Meranti, M Adil berada di puncak marah. Dia mengaku berkali-kali meminta ketemu langsung Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati.
Namun, selalu gagal. Menkeu meminta agar pertemuan dilakukan secara online saja. Alasannya sulit mengatur waktu untuk bertemu secara langsung.
Adil juga berkali-kali meminta bertemu pejabat Kemenkeu yang menangani dana bagi hasil minyak. Juga gagal. Pada puncak kekesalannya, Adil menyebut Kemenkeu berisi setan dan iblis.
Kemarahan itu ditumpahkan kepada Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, Lucky Alfirman. Itu terjadi pada rapat koordinasi Pengelolaan Pendapatan Belanja Daerah se-Indonesia di Pekanbaru, Kamis 9 Desember 2022.
Hadir dalam kesempatan itu Staf Ahli Mendagri Bidang Ekonomi Pembangunan, Laode Ahmad; Gubernur Riau Syamsuar; Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah Kemendagri, Agus Fatoni.
Pada sesi tanya jawab, Adil langsung memanfaatkan kesempatan. Dia menjelaskan, Meranti memproduksi 8 ribu barel minyak per hari.
Namun, dana bagi hasil yang diperoleh tidak jelas. Padahal, kata dia, dana itu sangat dibutuhkan untuk mengentaskan warga miskin di daerahnya.(wartaekonomi/fajar)
Sentimen: negatif (97%)