Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Cianjur
Tokoh Terkait
Sesar Cugenang Penyebab Gempa Cianjur, BMKG Sebut Beberapa Daerah Ini Tidak Boleh Lagi Dijadikan Pemukiman
Ayobandung.com Jenis Media: Nasional
LENGKONG, AYOBANDUNG.COM -- Gempa yang melanda Cianjur beberapa waktu lalu membuat BMKG meneliti kembali mengenai sesar atau patahan yang ada di wilayah Cugenang tersebut.
Sesar Cimandiri yang kemarin-kemarin sempat dibicarakan ternyata setelah diteliti oleh BMKG bukanlah penyebab gempa Cianjur yang telah menimbulkan kerusakan di daerah Cugenang.
Adapun sesar baru penyebab gempa Cianjur oleh BMKG diberi nama patahan Cugenang.
Baca Juga: Puing-puing Rumah Rusak Gempa Cianjur Mulai Dibersihkan
Patahan baru tersebut merupakan sesar aktif yang sewaktu-waktu bisa menimbulkan gempa kembali.
Oleh karena itu BMKG mengatakan bahwa daerah-daerah yang dilalui oleh sesar aktif tersebut harus dikosongkan guna mengurangi dampak kerusakan baru.
Dalam sebuah konferensi pers pada Kamis (8/12), kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa gempa yang sewaktu-waktu bisa kembali terjadi akan menyebabkan bangunan-bangunan di sana terdeformasi dan bisa mengalami getaran yang kuat kemudian runtuh.
Adapun daerah-daerah yang menurut BMKG harus dikosongkan akibat dilalui oleh patahan Cugenang yang memanjang sejauh 9 kilometer tersebut adalah sebagai berikut:
Baca Juga: Ferdy Sambo Mengiyakan Pertanyaan Jaksa Menembak Brigadir J, Keceplosan?
Menurut Dwikorita, gempa Cianjur dipicu oleh pergeseran sesar aktif baru yakni Cugenang yang melintasi beberapa desa di dua kecamatan.
Sementara itu radius berbahaya kiri kanannya membentang selebar 300 - 500 meter.
Desa-desa yang dilintasi zona patahan Cugenang adalah Ciherang, Ciputri, Cibeureum, Nyalindung, Mangunkerta, Sarampad, Cibulakan, dan Benjot.
Berdasarkan hasil survei lapangan, zona berbahaya yang direkomendasikan untuk direlokasi mencapai 8,09 kilometer persegi dan total bangunan sebanyak kurang lebih 1.800 rumah.
Kepala BMKG kemudian menghimbau pemerintah untuk memperhatikan sesar aktif lain sebagai acuan tata ruang wilayah.***
Sentimen: negatif (99.7%)