Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: Garuda Indonesia
Kab/Kota: Malang
Kasus: HAM, pembunuhan
Sebut Tahu Pembunuh Munir, Suciwati: Mereka Para Pengecut yang Bersembunyi di Balik Kekuasaan
Fajar.co.id Jenis Media: Nasional
FAJAR.CO.ID,MAKASSAR — Suciwati, istri dari Almarhum Munir Said Thalib bercerita soal kematian suaminya.
Munir lahir pada 8 Desember 1965, hari ini, aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) itu berulang tahun.
Ia tewas pada 7 September 2004, di dalam perjalanan menuju Belanda di dalam pesawat plat merah Garuda Indonesia.
Hasil otopsi, ditemukan racun arsenik dengan dosis mematikan di tubuhnya.
Sejak peristiwa itu, perempuan yang telah melahirkan dua anak dari pernikahannya dengan Munir ini, terus berusaha mengungkap pihak yang bertanggung jawab atas pembunuhan suaminya.
“Kita tahu kok para pelaku sebenarnya,” kata Suciwati, saat launching dan diskusi buku ‘Mencintai Munir’, Minggu 8 Oktober di Rumata’ Artspace, Makassar.
Seperti Munir, Suciwati dikenal sebagai Aktivis HAM. Hingga saat ini, ia tetap getol melakukan aksi kamisan. Sebuah aksi yang dilakukan di sekitaran Istana, Jakarta.
Selain Suciwati, ada juga orang tua dari anak korban penghilangan paksa, para keluarga korban pelanggaran HAM, mahasiswa dan juga aktivis.
Setiap pekan di hari Kamis, mereka mengenakan pakaian serba hitam. Menuntut negara bertanggung jawab atas dosa-dosanya. Termasuk soal kematian Munir.
Ironinya kata Suciwati, segala upaya yang ia tempuh, misalnya dengan menggelar kamisan, oleh beberapa pihak malah menempelkan cap pendendam pada dirinya.
Perempuan kelahiran Malang 1968 itu, disebut belum ikhlas atas kematian suaminya.
“Bukan soal ikhlas atau tidak ikhlas.
Mana dia tau keihlasan saya,” imbuhnya lirih.
“Jadi orang-orang itu selalu mengira kami (aktivis kamisan) pendendam. Kalau kita pendendam kita mudah kok. Kita tahu para pelakunya sebenarnya. Kumpulkan saja uang, oleh uang suruh saja pembunuh bayaran. Selesaikan.”
Tapi Suciwati bersama para aktivis HAM mengaku tidak pernah melakukannya. “Itu hal sangat rendah yang dilakukan para pembunuh itu. Karena mereka pengecut.”
Parahnya kata Suciwati, selalu saja ada pihak yang mendorong para aktivis HAM meminta maaf. Sementara itu, kata dia, para pelaku tidak pernah muncul untuk minta maaf.
“Siapa yang harus minta maaf? Para pelaku itu tidak pernah muncul. Mereka para pengecut. Yang bersembunyi di balik kekuasaan. Ini yang selama ini dilakukan oleh negara,” ujar Suciwati dengan nada menekan.
(Arya/Fajar)
Sentimen: negatif (100%)