Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: BRI
Kab/Kota: bandung, Duren Tiga
Kasus: Bom bunuh diri, penembakan
Tokoh Terkait
Takut Salah Ucap, Ferdy Sambo Jawab Pertanyaan Hakim dengan Pelan-pelan, Bharada E Ditumbalkan Jadi Tersangka
Ayobandung.com Jenis Media: Nasional
LENGKONG, AYOBANDUNG.COM -- Persidangan kasus penembakan Brigadir J kembali digelar, kali ini saksi yang dimintai keterangan oleh hakim yaitu Ferdy Sambo selaku terdakwa yang menyuruh Bharada E untuk menjadi eksekutor.
Dalam persidangan lanjutan, Ferdy Sambo dicecar oleh majelis hakim terkait hal apa saja yang ia ketahui dan ia alami. Dari sebelum peristiwa penembakan hingga akhirnya penembakan yang dilakukan Bharada E terjadi.
Ketika ditanya oleh majelis hakim, ekspresi wajah Ferdy Sambo seringkali terlihat tegang. Bahkan intonasi dan tempo bicara Ferdy Sambo saat menjawab pertanyaan hakim terdengar pelan dan rendah seperti takut salah ucap. Berbeda ketika Bharada E memberikan keterangan yang menjelaskan secara lantang dan yakin.
Majelis hakim menanyakan skenario Ferdy Sambo ketika dirinya lewat ke Duren Tiga dan melihat Brigadir J ada di situ.
"Kemudian saudara lewatlah ke Duren Tiga, saudara melihatlah Yosua, terus?" tanya majelis hakim.
Baca Juga: Muskernas I PP Persistri Dorong Peran Dakwah Dalam Mewujudkan Ketahanan Keluarga di Era Digital
"Saya teringat apa yang dilakukan oleh Yosua terhadap istri saya waktu saya melihat dia, karena di Saguling saya tidak ketemu. Kemudian saya perintahkan Romer untuk berhenti," jawab Ferdy Sambo dengan nada yang pelan.
Ferdy Sambo mengatakan biasanya ajudan Romer ketika disuruh berhenti itu langsung turun, tapi Ferdy Sambo masih berpikir apakah harus konfirmasi saat itu juga, atau menunggu malam sesuai ucapannya ke Putri Candrawati sebelumnya.
"Saya perintahkan jalan lagi, udah jalan aja," ucap Ferdy Sambo ke sopirnya Romer.
Namun, pikiran Ferdy Sambo tiba-tiba berubah lagi dan akhirnya memutuskan untuk mengkonfirmasinya saat itu juga, dan turun untuk masuk ke rumah Saguling menemui Brigadir J.
"Saya kemudian turun.. Senjata saya jatuh, kemudian saya ambil dan saya masuk ke dalam Duren Tiga," ujar Sambo.
Baca Juga: Kabar Duka! Aipda Sofyan Gugur dalam Tragedi Bom Bunuh Diri Polsek Astana Anyar Bandung, Istri Lemas!
Ferdy Sambo bercerita mengenai kronologi yang terjadi menurut versinya. Ia bercerita seolah-olah menyangkal kesaksian Bharada E yang mengatakan bahwa sebelum peristiwa penembakan, Ferdy Sambo, Putri Candrawati, dan Bharada E sempat membicarakan rekayasa skenario penembakan.
"Saya lihat Ricky, masih parkir mobil waktu itu. Saya masuk ke dalam ketemu Kuat di dapur. Saya sampaikan ke Kuat, mana Yosua panggil," beber Ferdy Sambo.
Majelis hakim sempat menemukan kejanggalan karena adanya perbedaan keterangan saksi, dan menanyakan Ferdy Sambo apakah dirinya bertemu Putri Candrawati sebelumnya atau tidak.
"Sebentar, saudara masuk ke dalam. Sempat bertemu istri saudara atau tidak?" tegas majelis hakim menanyakan.
"Tidak ketemu yang mulia," ucap Ferdy Sambo
Majelis hakim kembali menanyakan siapa sosok yang pertama kali ia temui di Duren Tiga, dan meminta kejelasan bagaimana urutan pertemuannya hingga akhirnya bertemu Brigadir J.
Baca Juga: Link Live Streaming Persib vs Persik di BRI Liga 1, Tayang Malam Ini di Indosiar Klik di Sini!
"Duluan mana saudara ketemu Richard atau ketemu Kuat Maruf?" tanya kembali majelis hakim
"Duluan ketemu Kuat Maruf. Saya tidak ingat pastinya yang jelas di dapur, kemudian saya perintahkan Kuat Maruf untuk memanggil Yosua. Saya masuk ke dalam, baru kemudian Richard turun dari lantai atas," kata Ferdy Sambo
"Kemudian setelah itu Yosua masuk bersama Kuat, dan Ricky dibelakangnya. Saya masih perhatikan," tambahnya
Ferdy Sambo lantas menceritakan bahwa peristiwa penembakan terjadi disebabkan emosi dirinya mengingat kelakuan Brigadir J yang dilakukan terhadap Putri Candrawati. Ia bercerita bahwa tidak ada kata tembak melainkan hajar.
"Begitu Yosua masuk, saya sudah emosi waktu itu karena mengingat perlakuan Yosua kepada istri saya. Saya kemudian berhadapan dengan Yosua, dan saya sampaikan kenapa kamu tega sama ibu?" terang Ferdy Sambo.
Baca Juga: Santuynya Warga +62, Fokus Pegang Mangkok Bubur Saat Bom Meledak hingga Sengaja Nonton di Lokasi
"Jawaban Yosua tidak seperti yang saya harapkan, ia malah nanya balik, 'ada apa komandan?', seperti menantang. Saya kemudian.. lupa saya.. tidak bisa mengingat lagi, saya bilang 'kamu kurang ajar'. Saya perintahkan Richard untuk 'hajar chad, kamu hajar chad', kemudian ditembak lah Yosua," ujar Ferdy Sambo bercerita.
Ferdy Sambo bersaksi kejadian itu terjadi sangat cepat, dan ia mengatakan bahwa dirinya sempat kaget dan meminta Richard untuk menghentikan penembakan. Ia juga mengatakan dirinya panik ketika melihat Brigadir J tergeletak berlumuran darah.
"Saya kaget. kemudian saya sampaikan 'stop berhenti', begitu melihat Yosua jatuh. Kemudian sudah ada berlumuran darah saya jadi panik yang mulia, Ferdy Sambo bercerita pelan dan agak sedikit terpotong-potong.
Ferdy Sambo mengungkapkan bahwa ia bingung bagaimana menyelesaikan penembakan itu, dan berpikir berdasarkan pengalamannya sebagai polisi, yang paling memungkinkan bahwa peristiwa penembakan ini harus ada tembak menembak.
"Akhirnya kemudian, saya melihat ada senjata Yosua di pinggang. Saya kemudian mengambil, dan mengarahkan tembakan ke dinding," ujar Ferdy Sambo agak gemetar.
Ia mengatakan setelah merekayasa bekas tembakan pada dinding dan di atas lemari. Dirinya mengelap bekas sidik jari yang ada di senjata Brigadir J menggunakan masker yang ia gunakan, dan meletakkannya kembali ke samping Brigadir J yang sudah terbaring.
Ferdy Sambo kembali menceritakan cerita versinya bahwa ia sempat mengatakan Brigadir J kemungkinan masih bisa dibawa ke rumah sakit, makannya ia cepat memerintahkan salah satu ajudannya untuk menelpon ambulans.
Baca Juga: Empat Kios di Sukajadi Ludes Dilahap Api, Diskar PB Kota Bandung: Tak Ada Korban Jiwa
"Kemudian saya keluar dan bertemu Yogi, saya sampaikan 'kamu panggil ambulans' karena saya berpikir mungkin masih bisa di bawa ke rumah sakit yang mulia," kata Ferdy Sambo
Pernyataan Ferdy Sambo dalam persidangan terlalu banyak bertentangan dengan saksi kunci lainnya, seperti kesaksian Bharada E, kemudian saksi kunci lainnya yang bersaksi telah ditelepon Ferdy Sambo untuk datang, yang menggambarkan bahwa peristiwa seolah sudah di perhitungkan.
Ferdy Sambo menyangkal adanya pembicaraan terkait rekayasa skenario penembakan seperti yang disampaikan Bharada E, dan seolah-olah tidak mengetahui sama sekali akan hal itu. (Arif Nurrohman)
Sentimen: negatif (100%)