Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam, Budha, Hindu
BUMN: PT Pelindo II
Kab/Kota: Bogor, Tiongkok, Tanjung Priok, Cirebon, Penjaringan, Madura
Mengenal Sunda Kelapa, Kisah Pelabuhan Tertua di Indonesia dari Masa ke Masa
Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional
PIKIRAN RAKYAT – Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan salah satu pelabuhan tertua di Indonesia. Awalnya nama Sunda Kelapa bukan hanya nama sebuah pelabuhan melainkan nama sebuah kota.
Pelabuhan ini merupakan cikal bakal Kota Jakarta yang pernah beberapa kali berganti nama dari Sundapura menjadi Sunda Kelapa, Jayakarta, Batavia, kemudian kembali lagi menjadi Sunda Kelapa.
Namun, nama Sunda Kelapa saat ini hanya sebagai nama pelabuhan bukan kota.
Salah satu pelabuhan tertua ini terletak di kelurahan Penjaringan, kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Pelabuhan ini memiliki sejarah yang panjang, bahkan sudah ada dari masa Hindu-Budha.
Baca Juga: Profil Chairil Anwar, Si Binatang Jalang yang Mampus Dikoyak-koyak Sepi
Masa Hindu-Budha
Pelabuhan Sunda Kelapa diperkirakan sudah ada sejak abad ke-5 atau pada zaman Tarumanagara. Pada masa ini, Sunda Kelapa adalah milik Kerajaan Sunda yang memiliki ibu kota di Pakuan Pajajaran yang kini disebut Kota Bogor, Jawa Barat.
Pada abad-12, beberapa kapal asing mulai berlabuh di pelabuhan untuk menukar barang-barang mereka dengan rempah-rempah Indonesia. Kapal-kapal tersebut berasal dari Jepang, Tiongkok, India Selatan, dan Timur Tengah.
Barang-barang yang biasa dibawa untuk ditukarkan adalah kopi, sutra, kain, porselen, kuda, anggur, wangi-wangian, dan zat warna.
Masa Islam dan Awal Kolonialisme Barat
Pada tahun 1511 bangsa Portugis mulai berlayar ke Asia dan pada tahun 1512 dan 1515 seorang penjelajah Portugis yang bernama Tome Pires mengunjungi pelabuhan di pantai utara Pulau Jawa.
Baca Juga: Mengenal Haji Hasan Mustapa, Perjalanan Penghulu Besar Berdedikasi Tinggi
Pada masa ini, di Sunda Kelapa banyak diperdagangkan lada, asam, beras, emas, sayuran, buah-buahan, hingga hewan potong dengan disinggahi pedagang dan pelaut dari Malaka, Sumatra, Jawa, Madura, dan Sulawesi Selatan.
Pada 21 Agustus 1522, Sunda dan Portugis melakukan perjanjian persahabatan yang ditandai dengan dibuatnya baru peringatan atau padrao dan Portugis diberi 1.000 keranjang lada.
Perjanjian tersebut adalah Sunda Kelapa akan mendapatkan barang-barang yang diperlukan, sedangkan Portugis akan membuat loji atau perkantoran dan perumahan yang dilengkapi dengan benteng.
Namun, kerajaan Denmark menganggap perjanjian persahabatan Sunda dan Portugal itu sebagai provokasi dan ancaman.
Baca Juga: Sejarah Muhammadiyah, Langkah Kiai Haji Ahmad Dahlan Memurnikan Ajaran Islam di Indonesia
Tidak terima dengan perjanjian itu, Denmark menugaskan Fatahillah untuk mengusir Portugal dan merebut Sunda Kelapa.
Pada 22 Juni 1527, pasukan gabungan Cirebon dan Denmark berhasil merebut Sunda Kelapa. Kemudian nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta. Tanggal kemenangan ini dijadikan sebagai ulang tahun Kota Jakarta.
Masa Kolonialisme Belanda
Pada akhir abad ke-15, bangsa Belanda mulai menjelajah menugaskan Cornelis de Houtman untuk berlayar ke Indonesia dengan tujuan mencari rempah-rempah yang menjadi komoditas utama Belanda saat itu.
Pada tahun 1596, Belanda di bawah pimpinan Cornelis de Houtman tiba di Pelabuhan Sunda Kelapa untuk pertama kalinya.
Pada tahun 1610, Belanda membuat perjanjian dengan penguasa Jayakarta saat itu yang bernama Pangeran Jayawikarta, di mana dalam perjanjian itu Belanda diberikan izin untuk membuat gudang dan pos dagang.
Melihat banyak keuntungan yang didapatkannya, Belanda mulai serakah. Mereka ingin merebut bahkan memusnahkan Jayakarta.
Kemudian pada 30 Mei 1619, di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen, Belanda berhasil merebut Jayakarta sekaligus memusnahkannya. Setelah Jayakarta dimusnahkan, mereka membangun kota baru dengan nama Batavia.
Pada masa ini, pelabuhan direnovasi yang tadinya memiliki kanal sepanjang 810 m, diperbesar menjadi 1.825 m.
Abad ke-19
Pada masa ini pelabuhan mulai sepi karena adanya pendangkalan dan Batavia bersaing dengan Singapura. Untuk menggantikannya, Belanda membangun pelabuhan samudera tanjung Priok yang jaraknya sekitar 15 km ke timur dari Sunda Kelapa.
Pada tahun 1873, dibangun jalan kereta api pertama antara Batavia-Buitenzorg atau sekarang disebut Bogor. Pada pertengahan abad ke-19, kawasan sekitar Menara Syahbandar menjadi tidak sehat dan setelah itu banyak orang Sunda Kelapa yang berpindah ke wilayah selatan.
Abad ke-20
Pada abad ke-20, Batavia dikuasai oleh bala tentara Dai Nippon (Jepang) yang kemudian mengubah nama Batavia menjadi Jakarta.
Pada masa Order Baru, nama Jakarta diubah kembali menjadi Sunda Kepala tetapi hanya untuk nama pelabuhan. Perubahan nama tersebut tercantum dalam Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No., D.IV a.4/3/74 tanggal 6 Maret 1974.
Abad ke-21 (Masa Kini)
Berkat sejarah yang panjang, Pelabuhan yang dikelola oleh PT Pelindo II ini direncanakan menjadi kawasan wisata pada masa ini. Tidak jauh dari pelabuhan, terdapat Museum Bahari yang menampilkan peninggalan sejarah kolonial Belanda.
Di sebelah selatan terdapat Galangan Kapal VOC serta gedung-gedung VOC yang sudah direnovasi. Sementara itu, dari sisi ekonomi, Pelabuhan Sunda Kelapa sangat strategis karena dekat dengan pusat perdagangan di Jakarta.
Banyak kapal antar pulau atau pelayaran rakyat yang singgah di pelabuhan ini dengan komoditas utama kayu, bahan kebutuhan pokok, bahan bangunan, dan barang kelontong. (Yani Suryani)***
Sentimen: negatif (100%)