Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Zakat Fitrah
Kab/Kota: Cianjur
DeEP-F Inisiasi Huntara Jannati untuk Korban Gempa di Cianjur
JabarEkspress.com Jenis Media: News
CIANJUR – Dewa Eka Prayoya Foundation (DeEP-F) menginisiasi pembangunan Hunian Sementara Rasa Layanan Surgawi (Huntara Jannati) bagi warga terdampak gempa dahsyat yang mengguncang Gempa di Cianjur.
Lewat Huntara Jannati, para korban gempa di Cianjur tidak hanya mendapat hunian sementara, melainkan juga berbagai fasilitas lainnya, mulai makanan siap saji, bimbingan keimanan, bahkan hingga bantuan pemberdayaan ekonomi agar mereka kembali pulih seperti sedia kala.
Dua unit Huntara Jannati yang merupakan hasil kerja sama DeEP-F bersama Muhsinin Club dan Selamatkan Indonesia dengan Al-Quran (SIDAQ) Solidarity itu kini mulai berdiri di Kavling Madani Asri I (Babakan Gasol), Cugenang, Kabupaten Cianjur.
Peresmian Huntara Jannati tahap pertama itu dipimpin langsung oleh Founder DeEP-F, Rendy Saputra dan ditandai dengan pembacaan surat Al Fatihah serta doa bersama, Minggu (27/11).
Rendy Saputra mengatakan, Huntara Jannati merupakan program bantuan DeEP-F bagi korban gempa di Cianjur secara holistik. Pasalnya, melalui Huntara Jannati, para korban tidak sebatas hanya mendapatkan hunian sementara.
“Di Huntara ini ada empat fasilitas besar yang kami berikan. Ada hunian, makanan, penguatan keimanan, hingga keilmuan dakwah serta pemberdayaan ekonomi sebagai wujud recovery korban gempa Cianjur,” tutur Rendy seusai peresmian.
Rendy menjelaskan, para korban gempa Cianjur akan menempati Huntara Jannati setidaknya selama satu tahun. Selama setahun, mereka akan mendapatkan empat fasilitas besar tadi hingga mampu kembali hidup mandiri dan menata kehidupannya.
“Ketika bencana terjadi semua entitas ini bergerak, maka tidak ada bantuan yang salah, semua benar. Tapi dari semua itu, kami coba memilih yang kira-kira ada ruang yang belum diisi kawan kawan karena makanan atau pakaian berlimpah. Kenapa kami bangun Huntara? Kan konsepnya hunia sementara, konsepnya satu tahun karena kami yakin recovery gak akan cepat,” tutur Rendy.
Menurut Rendy, karena bakal ditinggali cukup lama, Huntara Jannati juga dibangun secara permanen menggunakan material yang relatif tahan terhadap gempa susulan seperti penggunaan baja ringan dan papan GRC untuk dindingnya.
“Tanahnya juga kami plester serta atapnya memakai spandek. Sehingga dari sisi kesehatan pun, insya Allah Huntara Jannati menjadi hunian yang sehat,” ujarnya.
Nantinya, lanjut Rendy, setiap pengungsi yang akan tinggal di Huntara Jannati akan diverifikasi dan mendapatkan kartu.
Lewat kartu tersebut, tim pemberdayaan kemudian akan melakukan verifikasi dalam upaya pemulihan ekonomi.
“Kita cek jalur pekerjaannya. Kalau bertani di mana misalnya, apakah dia bisa recovery atau ada bantuan pemerintah. Jadi, targetnya itu dia betul-betul bisa mandiri lagi, kembali ke kediamannya dan bisa melanjutkan hidup,” jelas Rendy.
Disinggung soal syarat untuk bisa menghuni Huntara Jannati, Rendy menyebutkan bahwa salah satu syarat calon penghuni adalah korban gempa Cianjur yang rumahnya rusak berat atau roboh serta tinggal di sekitar lokasi Huntara Jannati.
“Dengan ukuran 10×10 meter, maka satu Huntara ini nantinya kira-kira bisa menampung sebanyak 80 orang,” sebut Rendy seraya mengatakan bahwa pembangunan satu unit Huntara Jannati hanya membutuhkan waktu sekitar tiga hari dan biaya sebesar Rp80 juta.
Lebih lanjut Rendy mengatakan, salah satu tantangan jika terjadi bencana di Indonesia adalah mengharmonisasikan program.
Dia mencontohkan isu kekurangan kain kafan bagi korban gempa Cianjur yang sempat viral baru-baru ini, sedangkan di beberapa posko bantuan justru berlebih.
Menurutnya, hal itu tidak bisa dihindari karena penanganan pengungsi tidak dikelola secara cluster society.
‘’Seharusnya, pengungsi itu dibagi per klaster. Misalkan, DeEP Foundation ditugaskan mengurusi 300 (pengungsi). Berapa warga terdampak? Misalnya 6.000, itu gampang, berarti tinggal bangun 20 kawasan (Huntara Jannati). Misalnya lembaga zakat ini satu kawasan, lembaga lain kawasan lain. Kita tanggung jawab bersama, tanggung jawab makanannya, huniannya, pendidikannya hingga tanggung jawab ekonominya sampai dia pulih kembali,” paparnya.
“Sekarang yang terjadi kan ingin ada bombastis bagi donatur. Bantuan untuk 10.000 pengungsi, tapi bantuan apa dulu? Kalau cuma untuk makan dia sekali, ini gimana kita revive-nya? Jadi, kalau bikin program yang beres, yang mendalam, yang konsisten,” sambung Rendy menegaskan.
Rendy juga menegaskan, pihaknya tidak ingin bantuan yang diberikan DeEP-F hanya sebatas selebrasi dan numpang logo lantas pergi begitu saja ketika masa tanggap darurat selesai.
Sentimen: positif (100%)