Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Yogyakarta
Kasus: Kemacetan
Transportasi Pro Warga Miskin Perlu Dikembangkan
Krjogja.com Jenis Media: News
Narasumber dan peserta FGD PDUPT Universitas Janabadra. (foto: istimewa)
YOGYA - Angkutan umum perlu dikembangkan karena punya banyak manfaat. Antara lain pemakaian badan jalan lebih efisien, dapat mengatasi kemacetan serta mengurangi emisi. Angkutan umum juga menjadi moda pilihan bagi orang yang tidak bisa mengemudi, orang lanjut usia, rumah tangga miskin dan pelajar.
"Angkutan umum bisa dibilang transportasi pro warga miskin yang perlu terus dikembangkan," terang Dosen Universitas Janabadra Dr Risdiyanto ST MT dalam Focus Group Discussion (FGD) Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi (PDUPT) pada 18 November 2022 di Hotel Harper Yogyakarta. Penelitian Risdiyanto berjudul 'Kebijakan Transportasi yang Berpihak pada Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Daerah Istimewa Yogyakarta'.
FGD juga mempresentasikan penelitian dari tiga dosen Janabadra yaitu Nindyo Cahyo Kresnanto, Rini Raharti, Wika Harisa Putri yang berjudul 'Perspektif Ekonomi, Perilaku, dan Kebijakan pada Transportasi yang Berpihak pada Masyarakat Berpenghasilan Rendah di DIY'. FGD dihadiri Kepala Biro Pengembangan Infrastruktur dan Pembiayaan Pembangunan Sekretariat Daerah DIY Yudi Ismono SSos MAcc.
Menurut Risdiyanto, sebagai transportasi yang pro warga miskin, angkutan umum perlu diupayakan menjangkau kawasan padat berpenduduk ekonomi lemah untuk memberikan akses kepada semua warga masyarakat. "Subsidi angkutan umum tetap dipertahankan," katanya.
Sementara Nindyo Cahyo Kresnanto menjelaskan, dari analisis pola mobilitas, mobilitas masyarakat DIY yang bekerja/beraktivitas harian di pusat kota (CBD) sebagian besar menggunakan sepeda motor sebagai moda utamanya (94%). Sangat jarang masyarakat menggunakan angkutan umum sebagai moda hariannya.
Sedangkan dari analisis transportasi berbasi income, kata Nindyo, persentase biaya perjalanan terhadap penghasilan akan semakin besar pada masyarakat berpenghasilan rendah. Bahkan pada masyarakat berpenghasilan kurang dari Rp 2 juta, persentase biaya perjalanan hariannya adalah 2,5% perhari atau setara dengan 14,75% penghasilan jika hari kerjanya 30 hari.
Yudi Ismono mengapresiasi penelitian yang dilakukan oleh dosen-dosen Janabadra. Menurutnya, data-data yang disampaikan bisa menjadi dasar untuk mengambil alternatif kebijakan di Pemda DIY.
Dijelaskan Yudi, Pemda DIY saat ini mempermudah masuknya investor yang akan membangun infrastruktur di DIY. Ia berharap para peneliti dari perguruan tinggi bisa memberikan rekomendasi konkrit yang memiliki memiliki perspektif solutif tetapi tidak menghilangkan ciri khas Yogya. (Dev)
Sentimen: positif (84.2%)