Sentimen
Informasi Tambahan
Kasus: covid-19
Tokoh Terkait
Pandemi Covid-19, Pemerintah Dorong Wujudkan Ketahanan Kesehatan Indonesia
Okezone.com Jenis Media: Nasional
JAKARTA - Berbagai inovasi kesehatan karya anak bangsa jika dikembangkan akan mampu mendukung program pemerintah untuk mencapai kemandirian nasional. Salah satunya dengan mengembangkan alat kesehatan (alkes) saat pandemi Covid-19 yang hampir berlangsung selama tiga tahun ini.
(Baca juga: Breaking News! Kasus Covid-19 Bertambah 5.976 Hari Ini)
“Seperti yang pernah disampaikan Menkes (Menteri Kesehatan) Budi Gunadi Sadikin, bahwa sebanyak 88% alat kesehatan (alkes) yang beredar di Indonesia merupakan produk impor dari luar negeri. Sementara produk buatan lokal hanya di angka 12%,”ujar Ketua Umum Indonesia Healthcare Forum (IndoHCF) Supriyantoro saat Grand Final Indonesia Healthcare Innovation Awards (IHIA) VI 2022 di Jakarta, Jumat (25/11/2022).
Dalam hal inovasi teknologi di bidang kesehatan, Supriyantoro mengatakan jika selama dua tahun terakhir, layanan kesehatan jarak jauh (telemedis) begitu pesat berkembang. Layanan kesehatan berbasis aplikasi tersebut, kata dia, banyak bermunculan dan menjadi sebuah kebiasaan baru masyarakat Indonesia.
“Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), Big Data Analytics, Internet of Things, dan sederet teknologi digital lainnya membuka kesempatan-kesempatan baru dalam perbaikan kualitas dan peningkatan kecepatan layanan kesehatan di Indonesia dan ini harus didukung penuh,” terangnya.
Menurutnya, pandemi Covid-19 menjadi pelajaran penting bagi Indonesia untuk benar-benar mewujudkan ketahanan kesehatan bangsa.
Sementara itu, Dirjen Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Arianti Anaya mengatakan, Indonesia membutuhkan banyak inovasi-inovasi di bidang kesehatan.
"Bukan saja soal obat-obatan dan alat kesehatan tetapi juga dalam bentuk program termasuk juga mutu layanan," ujarnya.
Baca Juga: Saatnya Anak Muda Bangkit Bersama untuk Indonesia Bersama Astra
Oleh karena itu, dia meminta agar IndoHCF turun lebih massif lagi untuk melakukan sosialisasi kepada para periset sehingga inovasi-inovasi mereka bisa terakomodir .
“Saya yakin masih banyak periset yang hasil inovasinya belum terakomodir. Dengan sosialisasi yang lebih massif lagi, mudah-mudahan tahun-tahun yang akan datang makin banyak lagi periset yang aware dan ikut dalam ajang ini,” kata Arianti.
Menurut dia, ajang ini bukan sekadar memberikan penghargaan kepada para periset yang inovasinya dinilai paling inovatif. Lebih dari itu menjadi tempat bertemunya antara periset dan dunia industri, sehingga membuka peluang hilirisasi dari hasil riset bidang kesehatan.
Selain itu, hasil inovasi juga bisa diterapkan pada daerah-daerah lain. “Kita lihat bagaimana ABGC-nya bisa jalan, yakni Academic, Business, Government dan Community,” tukasnya.
Dia mengakui banyak hasil inovasi dari periset yang kini sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Contohnya adalah pembuatan ventilator.
“Awalnya kita tidak bisa membuat ventilator, tetapi sejak pandemi banyak periset yang bermunculan dan mereka berhasil membuat ventilator. Sekarang tingkat kandungan dalam negeri ventilator kita sudah 90%-100%. Artinya sudah 100% sudah bisa diproduksi sendiri,” pungkasnya.
Sentimen: positif (100%)