Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: iKON
Kab/Kota: Malang
Kasus: Kemacetan
Tokoh Terkait
Porwanas XIII Menyintas Simbol-simbol Kekeluargaan Malang Raya
Fajar.co.id Jenis Media: Nasional
Berbagi Gol, Berbagi Rasa, Medali Nomor Tiga
Bus kontingen PWI Cabang Sulawesi Selatan (Sulsel) memasuki Kota Malang, Minggu siang, 20 November 2022. Para penumpang mengekspresikan kegembiraan dengan saling canda. Mereka segera mengikuti Porwanas XIII Jatim 2022.
Reportase Basri Abbas (Wartawan Harian Fajar, Sulawesi Selatan)
Bus pariwisata itu tiba-tiba melambat, lalu berhenti.
Beberapa penumpang berdiri. Di depan bus, dua anak muda membungkukkan badan.
Dengan sikap sopan, mereka memberi jalan bus dan kendaraan lainnya. Dua orang itu langsung bergabung kembali dengan barisan massa. “Oh….ada demo,” kata Ardiansyah Bandoe yang duduk di jok belakang sopir. “Itu namanya unjuk rasa, bukan demo,” sela Sukri, personel cabor (cabang olahraga) futsal.
Di antara kami, Sukri dikenal suka jahil, tetapi kadang-kadang muncul intelektualitasnya.
Tampaknya, sikap pengunjuk rasa tersebut mengesankan kepada sebuah karakter warga Malang. Di situ ada nuansa kesejukan di tengah kekhawatiran amuk massa dan kemacetan arus lalulintas.
Ada simbol silaturahmi kepada tamu tanpa mengenal asal daerah dan perbedaan lainnya.
Tidak terasa, bus memasuki halaman parkir Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang.
Beberapa panitia dan pemandu kontingen mendatangi kami. Anak-anak muda belia itu bergerak cepat. Beberapa di antaranya berlari-lari kecil membagi nasi kotak.
Sebagian mengarahkan ke bagian registrasi kedatangan. Yang lain mengurus kendaraan ke hotel.
Ada pula yang dengan senyum ramah menunjukkan beberapa penumpang ke jalur toilet.
Di bawah guyuran rintik basah itu, anak-anak muda Malang justru makin sigap melayani kami.
Rasa lelah perjalanan seketika terusir.
Pemandangan laut dua hari dua malam melalui KM Dharma Kencana VII itu pun berganti dengan silaturahmi daratan kota Malang. “Maaf, Pak, saya Karlos. Saya yang melayani Bapak selama di Malang. Maaf Pak, saya antar ke bus. Barang-barang Bapak sudah ada semua?” Anak muda bercukur rapi itu memohon izin mengambil tas di tangan kiri saya.
Ia langsung mengarahkan ke jok belakang sopir. “Maaf, Pak, ini kamar Bapak. Boleh kita selfi dulu? Ini nomor wa saya. Saya hanya mengangguk-angguk sambil berterima kasih dan menyalami Karlos. Usai swafoto (selfi) di depan kamar 235 Morina Smart Hotel, Jl. Dr. Cipto No. 5 Kota Malang ini, Karlos pamit melanjutkan tugasnya.
Satu lagi silaturahmi ala-anak muda Malang saya nikmati. ”Awal yang baik,” bisikku dalam hati sambil memasuki kamar.
Seni Silaturahmi
Lagi-lagi gerimis basah.
Saya datang lebih awal sebelum magrib di lokasi seremoni pembukaan Porwanas XIII Jatim 2022.
Ruang pertunjukan Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang itu sudah siap menyambut perwakilan 35 kontingen dari 34 Cabang PWI Provinsi.
Beberapa anak muda sibuk mengecek pelampuan (lighting) dan pelantang suara (mic).
Konektivitas cahaya dan bunyi sedang disiapkan menyambut gerak para pengisi acara. Saya berbaur dengan mereka. Beberapa di antaranya membungkuk memberi hormat.
Saya semakin leluasa mengambil sudut swafoto. Sekali-sekali saya buka masker, meskipun di pintu masuk tertulis peringatan menggunakan masker.
Seremoni pembukaan dimulai sesuai agenda panitia. Pada Senin malam, 21 November 2022 itu, acara dikemas dalam pelbagai pertunjukan. Nuansa silaturahmi (kekeluargaan) demikian terekat.
Hal itu dinuansakan penampilan tarian kolosal yang melibatkan 350 siswa dari beberapa sekolah di Malang Raya.
Demikian pula tarian tradisional yang mengharmonisaskan kekompakan gerak. Kemasan seni silaturahmi itu kian terasa ketika para peserta defile menampilkan kekhasan daerah masing-masing.
Tidak heran jika Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto berharap, pesta olahraga insan pers ini mampu membangun semangat kekeluargaan.
Ia mencontohkan ketika di sekolahnya dahulu yang menjadi wasit sepak bola justru psikolog. Loh? “Yang dilatih adalah mentalitas, semangat, dan sportivitas anak didik,” ujar Emil disambut antusias hadirin yang memadati Graha Cakrawala.
Penekanan pada mentalitas ini diutarakan Ketua Umum PWI Pusat, Atal Sembiring Depari.
Dia berharap, laga para kontingen hendaknya didasari pada rasa kekeluargaan.
Sesungguhnya, berbagi gol itu dalah berbagi rasa. Kalau perlu, mendahulukan lawan untuk menciptakan gol. Demikian indah konsepsi laga Porwanas yang kedua kalinya di Malang ini.
Ketua Umum PWI Cabang Sulawesi Selatan, H.M. Agus Salim Alwi Hamu sudah mewanti-wanti kontingennya mendahulukan silaturahmi. “Medali itu nomor tiga,” kata Agus Salim ketika mendampingi tim E-Sport, Rabu malam, 23 November 2022.
Agus Salim menekankan hal tersebut karena pihaknya selama ini giat menggenjot mentalitas dan pengetahuan wartawan.
Selain sudah melakukan uji kompetensi terhadap 400 lebih wartawan, juga giat menggelar penyegaran SDM (Sumber Daya Manusia) bagi wartawan. Setiap Jumat dilakukan penyegaran SDM dengan menghadirkan ustaz/ustazah, psikolog, bahkan dokter. Beberapa bulan lalu bahkan mengirim puluhan wartawan untuk mengikuti pesantren jurnalistik.
Tak salah jika semangat kekeluargaan dan silaturahmi yang digaungkan dalam Porwanas kali ini disambut hangat Agus Salim.
Ia pun menekankan, bahwa dalam laga ini, utamakan silaturahmi, bangun ilmu pengetahuan, barulah prestasi, lalu kerja tim (kebersesamaan).
Ikon Kekeluargaan
Wejangan dan simbol-simbol kekeluargaan yang terbangun melalui Porwanas XIII ini tampaknya telah menjadi filosofi tersendiri dalam kehidupan sosio-kultural masyarakat Malang Raya.
Masjid Agung Jami’ Malang bertetangga dengan Gereja Protestan Bagian Barat (GPIB) Immanuel.
Jemaah kedua tempat ibadah itu saling memahami, bahkan saling membantu.
Beberapa media bahkan menulis bahwa kerukunan/kekeluargaan jemaah kedua tempat berbeda tersebut mendapat pujian dari Presiden RI, Joko Widodo.
Kedua tempat ibadah itu hanya diantarai gedung salah satu perusahaan asuransi. Jika jemaah masjid Jami’ melakukan kerja bakti, maka GPIB menurunkan personelnya untuk membantu.
Sebaliknya juga demikian. Kondisi tersebut menurut Jokowi patut ditiru daerah lain (Tugu Malang, 27 Maret 2022). ($)
Sentimen: positif (66.7%)