Sentimen
Positif (94%)
23 Nov 2022 : 11.04

OPINI: Kesiapan Keluarga sebagai Caregiver Utama dalam Long-Term Care

23 Nov 2022 : 18.04 Views 1

Harianjogja.com Harianjogja.com Jenis Media: News

OPINI: Kesiapan Keluarga sebagai Caregiver Utama dalam Long-Term Care

Peningkatan populasi penduduk lanjut usia disebut oleh Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) sebagai fenomena global. Ini adalah satu fenomena yang menggambarkan bahwa laju pertumbuhan penduduk tua tidak hanya terjadi di negara maju, namun pada saat yang saya pertambahan penduduk tua juga terjadi pada negara dengan ekonomi rendah dan menengah.

Bahkan secara proporsi, pertumbuhan penduduk tua di negara berkembang mengalami dua sampai tiga kali lipat lebih banyak dari tahun–tahun sebelumnya. Ini tantangan yang sangat besar terhadap negara yang tidak siap mengelola kebutuhan penduduk tua.

Meningkatnya angka harapan hidup artinya kehidupan seseorang akan bertambah panjang. Fenomena ini merupakan dampak dari perbaikan sosial ekonomi atau kesejahteraan dan taraf hidup manusia di suatu negara.

Semakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat derajat kesehatan, dan ini berhubungan dengan menurunnya kematian dini karena meningkatnya kemampuan masyarakat menjangkau layanan kesehatan. Akan tetapi fenomena ini akan selalu berkorelasi dengan derajat kesehatan yang baik. Fenomena bertambah panjangnya harapan hidup, maka akan disertai dengan timbulnya berbagai masalah kesehatan dalam derajat ringan sampai berat. Hal ini menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan layanan kesehatan kesehatan yang semakin kompleks.

Berbagai teori tentang penuaan menyebutkan bahwa manusia lanjut usia (manula) akan merasa positif apabila menemukan tempat yang diinginkan dari lingkungan sekitarnya, yaitu keluarga atau kelompok masyarakat lainnya. Pada teori yang lain menyebutkan bahwa seorang lanjut usia akan menyadari bahwa mereka secara perlahan akan merasakan menurunnya peran dalam kehidupan sosial dan akan tersisihnya mereka dari kemampuan pengambilan keputusan. Dua teori ini bisa menggambarkan tentang satu hal bahwa seorang manula masih dan akan tetap membutuhkan lingkungan keluarganya sebagai support system utama.

Jika melihat kehidupan manula yang ada di Indonesia, maka situasi dan tradisi menempatkan mereka tetap mendapat mendapatkan dukungan keluarga dan lingkungan. Hal ini karena pola hidup masyarakat Indonesia yang masih extended family atau hidup dalam keluarga besar, di mana orang tua menjadi bagian yang harus diperhatikan.

Namun pergeseran sosial, akan menempatkan satu kenyataan bahwa lansia secara perlahan tidak mempunyai peran dalam kehidupan sosial. Ini adalah pergeseran sosial dan juga terjadinya intergeneration mobility atau perubahan status keluarga dalam satu generasi.

Tidak hanya pergeseran sosial, namun perubahan gaya hidup mengikuti perubahan zaman, akan semakin meningkatkan risiko penyakit dan gangguan fisik serta emosional. Sehingga warga lansia menjadi semakin rentan.

Warga lansia di Indonesia masih banyak hidup dalam keluarga besar, namun tidak sedikit pula yang hidup tanpa support keluarga. Pola warga lansia hidup di lingkungan keluarga, tentu berbeda dengan budaya masyarakat di negara lain. Pola seperti ini, selalu menempatkan keluarga menjadi penanggug jawab utama apabila terjadi gangguan penyakit pada orang tua di rumah. Tentu ini menjadi tantangan oleh keluarga, terutama bisa persepsi tanggung jawab warga lansia terdistorsi akibat proses transgeneration, maka akan menimbulkan friksi bahkan gangguan pada keluarga.

Penuaan bukan suatu penyakit. Namun seiring dengan bertambahnya usia akan diikuti dengan perjalanan suatu penyakit. Usia dalam berbagai penelitian merupakan prediktor utama berbagai penyakit kronik. Apabila lansia mengalami penyakit kronik dan penyakit degeneratif maka akan ada dampak langsung ataupun tidak langsung terhadap keluarga. Risiko beban keluarga secara fisik, emosional, atau sosial akan sangat meningkat.

Jika melihat data statistik lanjut usia di Indonesia, di beberapa daerah populasinya sudah lebih dari 10 persen. Apabila melihat statistik penyakit kronik, bahwa penyakit kronik lebih banyak terjadi pada kelompok umur 55 tahun atau lebih, sedangkan pada kelompok lanjut usia dengan umur 60 tahun kesehatan, masalah kesehatan dialami lebih dari 42% warga lansia. Ini artinya keluarga akan dan harus berperan penting dalam merawat pasien lansia yang sakit di rumah.

Fasilitas layanan kesehatan, dalam perawatan lansia sakit menggunakan masih pendekatan primary care, yaitu terhadap mereka yang mengalami gangguan fisik akibat penyakit akan dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan. Pulang dari rumah sakit, adalah tanggung jawab keluarga merawat di rumah. Keluarga menjadi tulang punggung atas semua kebutuhan perawatan saat pasien di rumah. Terhadap keluarga yang memiliki cukup sumber informasi dan sumber daya, akan memerankan sebagai informal caregivers dengan baik dan menjalankan perannya dengan cukup baik, namun sebaliknya jika keluarga tidak memiliki sumber daya dan informasi, maka hal ini akan berdampak negatif pada pasien dan caregiver jika ditinjau dari berbagai aspek.

Keluarga adalah unit terkecil yang penting dalam merawat anggotanya yang mengalami masalah kesehatan. Sebagai satu unit dalam masyarakat, dinamika keluarga mempunyai dampak dalam mitigasi ganguan kesehatan lansia yang ada di dalamnya. Hasil analisis terhadap kajian kesiapan keluarga menjadi caregiver dalam long-term care berbasis keluarga menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga yang merawat lansia dengan penyakit kronik di Jogja ada pada level fungsi keluarga yang baik meskipun secara bersamaan mengalami interpersonal konflik dengan anggota keluarga lain.

Mayoritas keluarga memiliki perilaku negatif terhadap perawatan warga lansia di rumah. Semua hal di atas secara signifikan berhubungan dengan meningkatnya beban keluarga.

Hasil investigasi ini tentunya memberikan gambaran secara empirik bahwa meskipun fungsi keluarga dalam taraf baik, namun beban dalam merawat lansia dengan penyakit kronik sangat tinggi. Tentu ini perlu mendapat perhatian terutama dari pemangku kebijakan bagaimana melalukan intervensi agar kapasitas keluarga meningkat, dan mereka siap menjadi aktor utama dalam merawat keluarganya yang membutuhkan perawatan jangka panjang.

 

Bakal Terurai

Hal ini berdasarkan asumsi, bahwa sistem kesehatan jangka panjang masih belum diterapkan secara komprehensif dan masih bersifat sektoral. Jika keluarga terlibat secara aktif dalam pelayanan kesehatan lansia di rumah, maka masalah perawatan jangka panjang pada warga lansia sedikit akan terurai. Penulis berasumsi bahwa apabila kondisi ini tidak dilakukan mitigasi dengan segera maka meningkatnya populasi lansia di masa yang akan datang semakin menambah beban dalam menyiapkan layanan kesehatan yang efektif. Penulis tentu akan menindaklanjuti hasil analisa yang telah dilakukan dengan pengambangan program, karena dibutuhkan prototipe model perawatan jangka panjang (long-term care) yang mengakar pada budaya masyarakat Indonesia.

Apa yang disampaikan penulis merupakan hasil dari penelitian yang telah dibiayai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dalam skema penelitian keilmuan. Secara khusus penulis berterima kasih kepada LPDP telah memberikan dukungan finansial untuk dapat memecahkan permasalahan kesehatan terutama kesehatan lansia melalui penelitian. Seperti yang telah disampaikan di atas bahwa perlu mitigasi yang lebih riil dalam memperbaiki kualitas layanan kesehatan warga lanjut usia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Sentimen: positif (94.1%)