Sentimen
Negatif (64%)
23 Nov 2022 : 10.22
Tokoh Terkait

Strategi Pemerintah Hadapi Potensi Pelemahan Ekonomi Global

Tirto.id Tirto.id Jenis Media: News

23 Nov 2022 : 10.22
Strategi Pemerintah Hadapi Potensi Pelemahan Ekonomi Global
tirto.id - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu menuturkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan tetap menjadi shock absorber atau peredam kejut di tengah potensi pelemahan ekonomi pada 2023 mendatang. Hal itu disampaikan Febrio usai usai Peluncuran dan Sosialisasi Neraca Institusi Terintegrasi di Jakarta, Selasa (22/11/2022).

“Memang kenyataannya, secara data kita lihat proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk global melemah sudah ada, kita siapkan saja perekonomian ke depan, dan APBN selalu siap. Sebagaimana di 2022, APBN akan menjadi shock absorber,” katanya dikutip dari Antara.

Dia menyebut APBN akan tetap diarahkan untuk menjaga pemulihan perekonomian nasional dan melindungi masyarakat miskin dan rentan dari berbagai ketidakpastian global. Adapun berbagai aktivitas ekonomi Indonesia dipandang akan tetap kuat pada 2023, termasuk konsumsi masyarakat dan investasi.


Lebih lanjut, dia menjelaskan perekonomian negara tujuan ekspor yang berpotensi melemah pada 2023 perlu diantisipasi. Hal itu karena dapat menurunkan permintaan yang berdampak terhadap ekspor.

“Itu harus diantisipasi seperti apa pada 2023 ke depan, agar walaupun dihadapkan pada tantangan potensi pelemahan perekonomian global, kita harus lebih presisi kira-kira peluang apa yang masih bisa dimaksimalkan,” bebernya.

Sementara itu pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal IV 2022 diperkirakan akan mengalami normalisasi karena basis perbandingannya yakni perekonomian kuartal IV 2021 lalu sudah mulai tumbuh positif.

“Setelah kuartal III kemarin bagus, kuartal IV ini kita akan melihat normalisasi dibandingkan kuartal III,” katanya.

Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2022 tercatat tumbuh 5,72 persen secara tahunan atau lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 5,44 persen.

Sentimen: negatif (64%)