Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: UGM
Kab/Kota: bandung, Malang, Sukabumi, Cianjur, Sleman, Purwakarta
Pakar Geologi UGM Sebut Gempa Cianjur Mirip Gempa Jogja 2026, Ini Penjelasannya
Harianjogja.com Jenis Media: News
Harianjogja.com, SLEMAN—Gempa bumi magnitudo 5,6 mengguncang Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022). Meski magnitudonya tidak besar, gempa yang dipicu Sesar Cimandiri ini memiliki daya rusak yang kuat.
Pakar geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Wahyu Wilopo mengatakan gempa yang terjadi di Cianjur memiliki kemiripan dengan gempa DIY dan Jawa Tengah 2006 silam. Menurutnya gempa yang diakibatkan sesar cimandiri menyebabkan kerusakan yang sangat besar karena terletak di darat dengan kedalaman yang dangkal.
Semakin dekat lokasi pusat gempa dengan permukiman, semakin besar tingkat kerusakan yang ditimbulkan. Kerusakan juga dipengaruhi oleh magnitudo, durasi gempa, jenis tanah maupun batuan, dan kekuatan bangunan.
"Sesar Cimandiri menyebabkan kerusakan yang sangat besar karena terletak di darat dengan kedalaman yang dangkal seperti gempa Jogja tahun 2006," ungkapnya kepada Harianjogja.com, Selasa (22/11/2022).
Dia menjelaskan suatu daerah yang punya sejarah kegempaan bisa diguncang lindu lagi. Secara umum, semakin lama gempa Bumi terjeda, magnitudonya akan semakin besar ketika muncul lagi.
Akan tetapi sampai saat ini, kata Wahyu, belum ada teknologi yang bisa memprediksi kapan gempa Bumi akan terjadi secara tepat. "Ada potensi terjadi lagi. Bila suatu daerah pernah mengalami gempa, suatu saat akan terjadi gempa kembali."
Menurutnya, zona patahan aktif idealnya tidak digunakan sebagai permukiman atau pusat pengembangan ekonomi. Daerah yang dekat dengan zona tersebut masih mungkin dikembangkan dengan menerapkan konstruksi bangunan tahan gempa yang tepat.
Di DIY, wilayah yang seharusnya tidak dibangun permukiman adalah di zona patahan Opak. Memang sampai saat ini belum ada penelitian detail tentang hal tersebut. Ini merupakan tantangan semua pihak, khususnya akademisi.
"Lokasinya tidak selalu sama dengan Kali Opak. Cuma namanya diambil sama karena sebagian zona patahan ini berkembang menjadi Sungai Opak," jelasnya.
Sebagai langkah mitigasi, diperlukan adanya tata ruang yang memperhatikan informasi geologi dan ancaman bencana, terutama patahan aktif yang berada di daratan. Selain itu perlu adanya perkuatan bangunan tahan gempa mendasarkan tingkat ancaman gempanya.
"Serta penguatan pemahaman dan respon masyarakat dalam menghadapi bencana gempa bumi."
Dia menjelaskan Sesar Cimandiri merupakan patahan geser aktif yang terletak di Jawa Barat. Sesar Cimandiri mempunyai panjang kurang lebih 100 kilometer mulai dari muara Sungai Cimandiri di Pelabuhan Ratu, Sukabumi mengarah ke timur laut melewati Kabupaten Cianjur, Bandung Barat, dan Subang.
Daerah yang dilewati sesar ini rawan akan gempa Bumi. Sesar ini bergerak dengan kecepatan geser 4-6 milimeter per tahun. Di Sukabumi, sesar ini terbagi menjadi lima segmen, yaitu segmen Cimandiri Pelabuhan Ratu-Citarik, Citarik-Cadas Malang, Cibeureum-Cirampo, Cirampo-Pegleseran, dan Pegleseran-Gandasoli.
"Sesar Cimandiri tergolong sebagai sesar aktif, dan merupakan salah satu sumber gempa bumi yang terletak di darat."
Hal senada disampaikan Staf Ahli Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) UGM, Djati Mardiatno. Menurutnya gempa Bumi yang dihasilkan di Cianjur adalah tipe gempa Bumi di darat dan dangkal. Kedalamannya kurang dari 10 kilometer.
"Walaupun kekuatan gempa Bumi tidak terlalu besar, magnitudo 5,6, tetapi karena terjadi di darat dan dangkal, daya rusaknya menjadi besar," kata Djati.
Dia menjelaskan karakteristik lokasi yang rawan gempa Bumi dapat diidentifikasi dengan melihat adanya morfologi berupa kelurusan, yang dihasilkan oleh adanya sesar yang terbentuk di daerah tersebut. Identifikasi lain bisa dilihat melalui sejarah kegempaan di daerah tersebut.
"Daerah yang dilalui oleh jalur sesar tersebut dan sekitarnya, antara lain Sukabumi, Cianjur, Bandung, dan Purwakarta."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sentimen: negatif (80%)