Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: BTN, PDAM
Kab/Kota: bandung, Gunung, Sukabumi, Cianjur, Purwakarta
Tokoh Terkait
Duka untuk Cianjur
Republika.co.id Jenis Media: Nasional
CIANJUR – Duka menyelimuti bangsa Indonesia. Puluhan warga Cianjur, Jawa Barat (Jabar), meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan bangunan setelah gempa berkekuatan magnitudo 5,6 mengguncang wilayah tersebut pada Senin (21/11) siang. Ratusan jiwa lainnya luka-luka yang sebagian besar di antaranya mengalami patah tulang.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyampaikan, jumlah warga yang meninggal dunia akibat gempa Cianjur hingga semalam tercatat162 orang. Dari ratusan orang korban tersebut mayoritas anak-anak.
"Setelah koordinasi selama satu jam dalam penanganan bencana, pertama kejadian gempa pukul 13.20 WIB berlangsung tidak lama 30 detik di bawah satu menit," ujar Kang Emil, sapaan akrab Gubernur Jabar di Pendopo Kabupaten Cianjur, Senin (21/11) malam.
Emil menuturkan, pusat dampak gempa berada di Kecamatan Cugenang. Selain korban meninggal, tercatat juga 326 warga terluka, mayoritas mengalami patah tulang berhubungan karena tertimpa bangunan roboh.
Selain itu ada sebanyak 13.784 pengungsi yang akan disebar 14 titik pengungsian. Rumah rusak 60 persen hingga 100 persen mencapai 2.345 unit.
Selanjutnya, tiga lokasi jalan nasional sempat terisolasi dan dilaporkan telah kembali normal. Di lokasi tersebut ada lima mobil terperangkap. "Jalan kabupaten terisolir mayoritas meninggal anak-anak," ujar Kang Emil. Menurutnya, banyaknya korban anak-anak itu karena kebanyakan sedang belajar di madrasah
Emil menururkan, saluran listrik juga sempat padam. "Mohon maaf kami bekerja keras 3 harian seluruh agar listrik normal lebih cepat dan ambil bantuan terdekat memulihkan," imbuh gubernur.
Saluran air pun lanjut Emil, terkendala karena pipa PDAM tergeser jauh. Diperkirakan baru sepekan ke depan akses air normal. "Rumah sakit ada tiga di Cianjur dan malam ini melakukan tindakan," ungkap Emil. .
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengatakan, rumah warga yang mengalami kerusakan berat, sedang, maupun ringan akan dibangun kembali oleh pemerintah. Ia berharap, upaya yang dilakukan dalam penanganan bencana perlu adanya keterlibatan seluruh pemangku kebijakan, sehingga penanganan bencana berjalan baik.
“Gempa sudah terjadi, tidak ada satu kekuatan yang bisa menghindari kapan terjadinya bencana, yang pasti setelah terjadi bencana bagaimana upaya-upaya kita secara sinergi, soliditas, dan sungguh-sungguh agar penanganan bencana dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya,” kata Suharyanto, di Jakarta, Senin (21/11).
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar menyiapkan dana darurat untuk menangani bencana gempa di Cianjur. Seluruh sumber daya pun dikerahkan dalam penanganan bencana. Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, suasana masih chaos karena masyarakat masih dicekam ketakutan. Maka kegiatan kedaruratan outdoor dilakukan untuk mengantisipasi gempa susulan.
“RSHS (Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung) diarahkan ke Cianjur dalam menangani korban,” kata Ridwan Kamil.
Tim TNI dan Polri, lanjut gubernur, sudah dikoordinasikan dalam penanganan bencana. Polisi di desa ditugaskan untuk memberikan data agar lebih akurat. Terlebih, di daerah Cianjur ada beberapa lokasi terpencil sekaligus untuk memastikan situasi masyarakat. Posko bencana dipusatkan di Pendopo Cianjur untuk memudahkan koordinasi, baik terkait dara maupun manajemen satu pintu kebencanaan.
Guncangan gempa juga menyebabkan dampak yang cukup parah di beberapa titik. Kondisi ini tidak diperkirakan sebelumnya dan warga yang menjadi korban bencana hanya bisa pasrah.Misalnya di Kecamatan Warungkondang, di sepanjang jalan terdapat sejumlah rumah maupun toko atau warung warga yang rusak.
"Alhamdulillah masih bisa selamat karena pada saat kejadian sedang berada di depan warung," ujar salah seorang warga Kampung Warungkondang, Desa Jambudipa, Kecamatan Warungkondang, Asep Rahmat (53). Akibat gempa, bangunan warung sembako dan rumahnya yang terdiri dari dua lantai ambruk.
Asep bersyukur, anggota keluarga yang lain pun berhasil menyelamatkan diri dari bangunan yang roboh. Ia memperkirakan kerugian akibat bencana mencapai sekitar Rp 100 juta. "Hanya bisa pasrah dan bersyukur bisa diberikan Allah keselamatan," kata dia sambil membereskan barang jualannya.
Pedagang bakso Entah Tahromi (70) yang berada di warung Asep juga ikut terdampak bencana gempa. Gerobak baksonya hancur tertimpa bangunan warung yang roboh di Desa Jambudipa, Kecamatan Warungkondang.
"Gempanya cukup kencang, saya langsung lari ke pinggir jalan,'' kata Abah Entah. Gempa ini menyebabkan gerobak baksonya tertimpa bangunan roboh. Dengan terharu Abah Entah merasa bersyukur bisa selamat dan tidak terkena material bangunan yang roboh. "Allah masih memberikan saya kehidupan," ujarnya.
Tak jauh dari warung sembako Asep dan gerobak bakso Abah Entah, terdapat bangunan dua lantai yang roboh. Di lokasi itu, ada sepasang suami istri yang tertimbun bangunan rumah yang hancur.
Proses evakuasi keduanya berjalan dramatis. Dari pantauan di lokasi kejadian, korban pertama yang berhasil dievakuasi adalah Aban (53) dan berikutnya istri Aban, Ibu Emy (50). Keduanya langsung dibawa ke rumah sakit RSUD Cianjur untuk mendapatkan penanganan medis.
Pada saat dievakuasi korban Emy tampak histeris dan berteriak meminta tolong karena terhimpit bangunan. "Alhamdulillah masih bisa selamat," ujarnya lirih saat ditandu menuju ambulans yang melintas.
Korban mengalami luka-luka pada bagian tangan dan sejumlah bagian tubuh lainnya. "Ada dua orang warga tertimbun bangunan yang roboh akibat gempa,'' ujar salah seorang H Pupuh (60) yang rumahnya berdampingan dengan rumah yang roboh.
Warga lainnya Abdul Aziz (30) mengatakan, di lokasi bangunan roboh dikhawatirkan masih ada warga atau pelajar tertimbun. Namun upaya evakuasi tidak bisa dilakukan manual karena tembok yang roboh ukurannya cukup besar.
Sesar Cimandiri
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, ada dua kemungkinan pemicu gempa yang terjadi di Cianjur kemarin. Dua kemungkinan itu adalah aktivitas dari sesar Cimandiri atau sesar Padalarang. Gempa di sekitar daerah itu dipastikan terjadi akibat patahan geser dari salah satu sesar tersebut.
“Tapi kami belum dapat memastikan sesar yang mana karena masih membutuhkan beberapa data yang harus kami cek langsung di lapangan dengan pengukuran. Diduga ini merupakan pergerakan dari sesar Cimandiri,” ujar Dwikorita.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, wilayah Sukabumi, Cianjur, Lembang, Purwakarta, Bandung, secara tektonik merupakan kawasan seismik aktif dan kompleks yang menjadikannya kawasan itu masuk dalam daerah rawan terjadi gempa. “Disebut seismik aktif karena hasil monitor BMKG di daerah itu sering terjadi gempa dengan berbagai variasi dan kedalaman,” ujar dia.
Terkait kompleksitas, lanjut Daryono, daerah itu merupakan jalur gempa aktif seperti keberadaan sesar Cimandiri, Padalarang, Lembang, Cirata, dan masih banyak lagi sesar-sesar minor yang berada di wilayah tersebut. Banyaknya sesar aktif itu menjadikan daerah tersebut menjadi kawasan gempa secara permanen.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan, gempa bumi di Cianjur yang berpusat di darat kemarin berpotensi merusak. Namun, gempa tersebut tidak terkait potensi gempa megathrust di selatan Jawa. “Karena gempa ini dangkal, berpotensi merusak infrastruktur, rumah, atau pemukiman, di sekitar epicenter,” kata pakar tsunami BRIN Widjo Kongko.
Diketahui, wilayah Jawa Barat di bagian Selatan dan Barat Daya Sumatra menyimpan potensi gempa bumi megathrust. Meski tidak diketahui kapan gempa itu akan terjadi, Widjo menuturkan, harus ada kewaspadaan terhadap ancaman tsunami dan upaya mitigasinya perlu lebih serius dan segera dilakukan.
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut, sebaran pemukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi di Cianjur terletak pada kawasan rawan bencana gempa bumi tinggi. Morfologi wilayah tersebut pada umumnya berupa dataran bergelombang, perbukitan bergelombang hingga terjal yang terletak pada bagian tenggara Gunung Gede,” demikian keterangan resminya.
Meluas
Getaran gempa juga dirasakan sejumlah warga di Kota Bandung, tepatnya di kantor Polrestabes Bandung, Senin siang sekitar pukul 13.20 WIB, mereka berhamburan keluar gedung kantor. Salah seorang warga, Aditya (33 tahun), yang tengah berada di Polrestabes Bandung turut merasakan getaran gempa bumi. Ia pun sempat kaget sebab melihat banyak petugas dan warga berhamburan keluar kantor.
Gempa juga dirasakan para ASN yang bekerja di Balai Kota DKI Jakarta. Para ASN di DKI Jakarta pun sempat berhamburan keluar dan berkumpul di Gedung Blok G Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat. “Iya tadi ramai-ramai turun pakai tangga,” kata salah satu PNS DKI Jakarta, Erni, di lokasi.
Dirinya mengaku panik karena banyak yang tiba-tiba keluar gedung berlarian. Tak berselang lama, dirinya juga merasa ada getaran sesaat setelah banyak orang melindungi diri.
Pegawai Pemprov DKI lainnya, Heni, mengatakan hal serupa. Meski merasa tidak ada apapun saat gempa terjadi, dirinya juga sempat merasa panik mengingat semua pekerja langsung berhamburan keluar. “Saya lagi telponan tadi, jadi nggak fokus ngerasa. Tapi panik pas ramai-ramai keluar,” ucap dia.
Menurut Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hendra Gunawan, berdasarkan informasi dari The United States Geological Survey (USGS) Amerika Serikat, lokasi pusat gempa bumi terletak pada koordinat 107,095 BT dan 6,853 LS dengan magnitudo 5,6 pada kedalaman 10 km. Menurut data GeoForschungsZentrum (GFZ), Jerman, lokasi pusat gempa bumi berada pada koordinat 107,05 BT dan 6,89 LS, dengan magnitudo 5,5 pada kedalaman 10 km.
Hendra menjelaskan, lokasi pusat gempa bumi terletak di darat di wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Morfologi wilayah tersebut pada umumnya berupa dataran hingga dataran bergelombang, perbukitan bergelombang hingga terjal yang terletak pada bagian tenggara gunung api Gede. “Wilayah ini secara umum tersusun oleh endapan kuarter berupa batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff) dan aluvial sungai,” ujar Hendra.
Menurutnya, sebagian batuan rombakan gunung api muda tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan kuarter tersebut pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.
Selain itu, kata dia, pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan, berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.
“Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme sumber dari BMKG dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi ini diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif. Keberadaan sesar aktif tersebut hingga kini belum diketahui dengan baik karakteristiknya,” katanya.
Kejadian gempa bumi ini, kata dia, telah mengakibatkan terjadinya bencana di wilayah Kabupaten Cianjur. Menurut data BMKG guncangan gempa bumi dirasakan pada wilayah sekitar lokasi pusat gempa bumi di Kabupaten Cianjur pada skala V-VI MMI (Modified Mercalli Intensity).
Menurut data Badan Geologi, kata dia, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi tinggi. Kejadian gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami karena lokasi pusat gempa bumi terletak di darat. Baca Selengkapnya';
").attr({ type: 'text/javascript', src: 'https://platform.twitter.com/widgets.js' }).prependTo("head"); if ($(".instagram-media").length > 0) $("").attr({ type: 'text/javascript', src: 'https://www.tiktok.com/embed.js' }).prependTo("head"); $(document).on("click", ".ajaxContent", function(t) { var e; t.preventDefault(); Pace.restart(); var a = $(this).attr("href"); var b = $(this).attr("data-id"); $(".btn-selengkapnya-news").show(); $(".othersImage").addClass("hide"); $(this).hide(); $("." + b).removeClass("hide"); return e ? (Pace.stop(), document.getElementById("confirm_link").setAttribute("href", a), $("#modal_confirm").modal()) : ($("*").modal("hide"), void $.get(a, function(t) { $("#" + b).html(t.html); console.log("#" + b); }).done(function() { $(".collapse").fadeOut(); $("#" + b).fadeIn(); }).fail(function() { $("#modal_alert .modal-body").html(fail_alert), $("#modal_alert").appendTo("body").modal() })) }); $(".body-video").on('loadedmetadata', function() { if (this.videoWidth < this.videoHeight) this.height = 640; this.muted = true; //console.log(this.videoHeight); } ); window.onload = function() { var videos = document.getElementsByTagName("video"), fraction = 0.8; function checkScroll() { if (videos.length > 0) { for (var i = 0; i < videos.length; i++) { var video = videos[i]; var x = video.offsetLeft, y = video.offsetTop, w = video.offsetWidth, h = video.offsetHeight, r = x + w, b = y + h, visibleX, visibleY, visible; visibleX = Math.max(0, Math.min(w, window.pageXOffset + window.innerWidth - x, r - window.pageXOffset)); visibleY = Math.max(0, Math.min(h, window.pageYOffset + window.innerHeight - y, b - window.pageYOffset)); visible = visibleX * visibleY / (w * h); if (visible > fraction) { video.play(); } else { video.pause(); } } } } window.addEventListener('scroll', checkScroll, false); window.addEventListener('resize', checkScroll, false); }; window.fbAsyncInit = function() { FB.init({ appId: '700754587648257', xfbml: true, version: 'v14.0' }); }; (function(d, s, id) { var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0]; if (d.getElementById(id)) { return; } js = d.createElement(s); js.id = id; js.src = "https://connect.facebook.net/en_US/sdk.js"; fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs); } (document, 'script', 'facebook-jssdk')); $(".share_it a,.share-open-fix li").on("click", function() { url = window.location.href; s = $(this).parents("div.blok_quot").children("div.blog-post-actions").children("div.pull-left").text().replace(/[^a-z0-9\s]/gi, '').replace(/[_\s]/g, '+'); c = $(this).parents("div.blok_quot").children("div.quote-text").text().replace(/[^a-z0-9\s]/gi, '').replace(/[_\s]/g, '+'); content = c + " - " + s; if ($(this).children().hasClass("fa-facebook")) { img = document.querySelector("meta[property='og:image']").getAttribute("content"); FB.ui({ method: 'share_open_graph', action_type: 'og.shares', action_properties: JSON.stringify({ object: { 'og:url': url, 'og:title': "", 'og:description': c, 'og:og:image:width': '610', 'og:image:height': '409', 'og:image': img } }) }); console.log(img); } else if ($(this).children().hasClass("fa-twitter")) { window.open("https://twitter.com/intent/tweet?text=" + content + " " + url); } else if ($(this).children().hasClass("fa-whatsapp")) { window.open("https://api.whatsapp.com/send?utm_source=whatsapp&text=" + content + " " + url + "?utm_source=whatsapp"); } return false; }); }); function top_headline() { var width = $(window).width(); $(window).scroll(function() { if (width < 500) { if ($(document).scrollTop() > 12) { $('.headline').addClass('head-mob'); $('.headline-content').addClass('head-content-mob img'); $('.headline-content').addClass('head-content-mob video'); $('.headline-caption-detail').addClass('head-caption-detail'); $('.headline-desc-news h1').addClass('head-desc-news h1'); $('.headline-desc h1').addClass('head-desc h1'); $('.headline-desc').addClass('head-desc'); $('.headline .gradient-headline').addClass('head gradient-headline-mob'); $('.btn-selengkapnya').addClass('btn-selengkapnya-mob'); $('.headline-desc-news label, .headline-desc label').addClass('head-desc-news label head-desc label'); } else { $('.headline').removeClass('head-mob'); $('.headline-content').removeClass('head-content-mob img'); $('.headline-content').removeClass('head-content-mob video'); $('.headline-caption-detail').removeClass('head-caption-detail'); $('.headline-desc-news h1').removeClass('head-desc-news h1'); $('.headline-desc h1').removeClass('head-desc h1'); $('.headline-desc').removeClass('head-desc'); $('.headline .gradient-headline').removeClass('head gradient-headline-mob'); $('.btn-selengkapnya').removeClass('btn-selengkapnya-mob'); $('.headline-desc-news label .headline-desc label').removeClass('head-desc-news label head-desc label'); } } }); } $('document').ready(function() { //top_header(); AOS.init(); show_menu(); show_foot(); top_headline(); function show_lt_umat() { // Scroll based on devices width var width = $(window).width(); $(window).scroll(function() { if (width < 500) { if ($(document).scrollTop() > 500) { $('.header2 .ctg-head-ltumat').fadeIn('slow'); //console.log('hai'); $('.header2 .header-logo img').hide(); } else { $('.header2 .ctg-head-ltumat').fadeOut('slow'); } } }); } $(".header2").cbSlideDownHeader({ zIndex: 999 }); $(".header").cbSlideUpHeader({ zIndex: 0 }); }); function show_foot() { $(".collapse.show").each(function() { $(this).prev(".showplusfoot").find(".fa").addClass("fa-minus").removeClass("fa-plus"); }); $(".collapse").on('show.bs.collapse', function() { $(this).prev(".showplusfoot").find(".fa").removeClass("fa-plus").addClass("fa-minus"); }).on('hide.bs.collapse', function() { $(this).prev(".showplusfoot").find(".fa").removeClass("fa-minus").addClass("fa-plus"); }); } function show_menu() { $(document).ready(function() { $(".collapse.show").each(function() { $(this).prev(".showplus").find(".fa").addClass("fa-minus").removeClass("fa-plus"); }); $(".collapse").on('show.bs.collapse', function() { $(this).prev(".showplus").find(".fa").removeClass("fa-plus").addClass("fa-minus"); }).on('hide.bs.collapse', function() { $(this).prev(".showplus").find(".fa").removeClass("fa-minus").addClass("fa-plus"); }); }); } function openNav() { document.getElementById("mySidenav").style.width = "93%"; document.getElementById("header-fix").style.marginLeft = "93%"; } function closeNav() { document.getElementById("mySidenav").style.width = "0"; document.getElementById("header-fix").style.marginLeft = "0"; } function slider() { $(document).ready(function() { $("#owl-slider-headline").owlCarousel({ slideSpeed: 300, paginationSpeed: 400, loop: true, autoplay: true, speed: 800, autoPlay: 20000, lazyLoad: true, timeout: 1000, itemsDesktop: false, itemsDesktopSmall: [900, 1], itemsTablet: [600, 1], itemsMobile: [420, 1], items: 1, navigation: true, navigationText: ['', ''] }); $("#owl-slider-edisi").owlCarousel({ slideSpeed: 300, paginationSpeed: 400, loop: true, autoplay: true, speed: 800, autoPlay: 20000, timeout: 1000, items: 4, navigation: true, navigationText: ['', ''] }); $("#owl-banner-slider").owlCarousel({ slideSpeed: 300, paginationSpeed: 400, loop: true, autoplay: true, speed: 800, autoPlay: 20000, timeout: 1000, itemsDesktop: false, itemsDesktopSmall: [900, 1], itemsTablet: [600, 1], itemsMobile: [420, 1], items: 1, navigation: true, navigationText: ['', ''] }); $("#owl-banner-slider-mob").owlCarousel({ slideSpeed: 300, paginationSpeed: 400, loop: true, autoplay: true, lazyLoad: true, speed: 800, autoPlay: 20000, timeout: 1000, items: 1, itemsTablet: [800, 1], itemsMobile: [420, 1], navigation: true, navigationText: ['', ''] }); }); } function slider_category() { $(document).ready(function() { $("#owl-slider-category").owlCarousel({ slideSpeed: 300, paginationSpeed: 400, loop: true, autoplay: false, speed: 800, autoPlay: false, //Set AutoPlay to 10 seconds timeout: 1000, // 5 seconds items: 2, //5 items between 1000px and 901px itemsDesktop: false, //5 items between 1000px and 901px itemsDesktopSmall: [900, 1], // betweem 900px and 601px itemsTablet: [600, 1], //2 items between 600 and 0 itemsMobile: [420, 1], // itemsMobile disabled - inherit from itemsTablet option pagination: false, navigation: true, navigationText: ['', ''] }); }); } slider_category(); $(window).scroll(sticky_relocate); sticky_relocate(); function sticky_relocate() { var window_top = $(window).scrollTop(); var footer_top = $(".more").offset().top; var div_top = $('.top-sticky').offset().top; var div_height = $(".article-related").height(); if (window_top + div_height > footer_top) $('.article-related').removeClass('related-sticky'); else if (window_top > div_top) { $('.article-related').addClass('related-sticky'); } else { $('.article-related').removeClass('related-sticky'); } } $('.sosmed-popup').click(function() { url = $(this).attr('rel'); window.open(url, "_blank", "toolbar=no, scrollbars=no, resizable=yes, top=500, left=500, width=500, height=400"); });Sentimen: negatif (100%)