Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Institusi: MUI
Kab/Kota: bandung, Palu
Kasus: covid-19
Tokoh Terkait
Haedar-Mu’ti Dinilai Mampu Dinginkan Suasana Politik
Jawapos.com Jenis Media: Nasional
Anggota PP Muhammadiyah 2022–2027 Masih Didominasi Wajah Lama
JawaPos.com – Duet Haedar Nashir dan Abdul Mu’ti kembali terpilih sebagai ketua umum dan sekretaris umum Muhammadiyah periode 2022–2027. Keduanya dinilai sebagai pasangan yang tepat.
Mereka juga diyakini mampu mendinginkan suasana politik menjelang Pemilu 2024.
Profesor riset di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ahmad Najib Burhani mengatakan, Haedar dan Mu’ti diprediksi melanjutkan apa yang sudah dilakukan tujuh tahun lalu. Keduanya akan saling melengkapi. ”Mereka merepresentasikan Jakarta dan Jogjakarta,” terangnya saat ditemui di Edutorium KH Ahmad Dahlan, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), kemarin (20/11).
Haedar-Mu’ti juga mencerminkan dua pendekatan yang agak berbeda, namun saling melengkapi. Mu’ti lebih ke arah internasionalisasi Muhammadiyah, sedangkan Haedar berperan sebagai kiai yang menaungi Muhammadiyah, yang mampu melakukan konsolidasi internal dengan baik.
Terkait Pemilu 2024, kata Najib, pasangan Haedar-Mu’ti mampu mendinginkan suasana politik yang mulai menghangat hingga tidak terjadi polarisasi, terutama di tubuh persyarikatan. Keduanya juga diyakini akan menjaga Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah.
Selain itu, lanjut Najib, mereka akan tetap loyal kritis terhadap pemerintah. Jadi, dalam menjaga hubungan dengan pemerintah, sikap loyal kritis tetap dikedepankan. ”Apalagi ditambah beberapa pengurus PP yang secara intelektual bagus. Mereka yang berada di pemerintahan juga bagus,” tuturnya.
Dalam menghadapi situasi global yang suram, dia yakin Muhammadiyah bisa membantu pemerintah menghadapi resesi ekonomi dunia. Hal itu belajar dari pengalaman Muhammadiyah yang betul-betul mencurahkan diri dalam membantu pemerintah mengatasi pandemi Covid-19.
Najib berpesan agar pimpinan Muhammadiyah menghadapi tantangan ekonomi dengan menekankan pada green economy dan digital economy. ”Green economy sangat penting agar bumi kita tidak rusak. Climate change harus menjadi perhatian Muhammadiyah,” tandasnya.
Sebelum penetapan Haedar sebagai Ketum PP Muhammadiyah dan Mu’ti sebagai sekretaris umum PP Muhammadiyah, sebanyak 2.519 anggota muktamar menyalurkan hak suara lewat e-voting pada Sabtu (19/11) malam. Setiap peserta memilih 13 di antara 39 nama yang sebelumnya terpilih pada sidang tanwir.
Sekitar pukul 00.00, pemilihan secara elektronik itu selesai. Haedar Nashir berhasil meraih suara tertinggi, yakni 2.203 suara. Disusul Abdul Mu’ti dengan 2.159 suara. Lalu, Anwar Abbas 1.820 suara, Busyro Muqoddas 1.778 suara, dan Hilman Latief 1.675 suara (selengkapnya lihat grafis).
Selanjutnya, Minggu (20/11), digelar rapat oleh 13 anggota PP Muhammadiyah untuk memilih ketua umum. Para peserta rapat sepakat memilih Haedar kembali menjadi ketua umum dan Abdul Mu’ti sebagai sekretaris umum. Seluruh muktamirin sepakat, dan palu diketuk sebagai tanda pengesahan.
Sementara itu, Haedar mengatakan bahwa amanah tersebut akan diemban 13 pimpinan terpilih secara kolektif kolegial, sebagai bagian dari sistem kepemimpinan di persyarikatan. ”Posisi saya sebagai Ketum hanya sejengkal didepankan dan seinci ditinggikan, tapi pada intinya tetap kolektif kolegial dan sesuai sistem persyarikatan,” tegasnya.
Dia menyatakan, kepemimpinan terpilih akan menjalankan program yang lebih transformatif. Baik untuk program secara umum maupun bidang-bidang yang arahnya pada unggul berkemajuan terhadap segala aspek. Pihaknya telah menyosialisasikan dan menjadikan pandangan Islam berkemajuan dalam Risalah Islam Berkemajuan yang telah ditetapkan.
”Hal itu untuk mendialogkan kepada berbagai kalangan di dalam dan luar negeri agar menjadi alam pikiran yang semakin luas dan terintegrasi dengan baik di persyarikatan,” jelas Haedar.
Tokoh kelahiran Bandung itu melanjutkan, PP Muhammadiyah juga memiliki mandat untuk terus mendiskusikan isu strategis keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal sesuai porsi dan bidangnya. Dia menegaskan, kepemimpinan Muhammadiyah menjadi satu mata rantai terstruktur dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM), Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM), dan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM). ”Jadi, kepemimpinan kami harus mampu memobilisasi seluruh gerak kepemimpinan secara nasional,” ungkapnya.
Ketua Panitia Pemilihan Muktamar Ke-48 yang juga Ketua PP Muhammadiyah Terpilih Ahmad Dahlan Rais mengatakan, komposisi 13 orang PP Muhammadiyah tersebut sebenarnya kurang ideal. Sebab, dari 13 orang itu, yang tergolong wajah baru hanya tiga orang. Yakni, Hilman Latif, Saad Ibrahim, dan Irwan Akib. Selebihnya adalah wajah lama yang sudah menjadi anggota PP Muhammadiyah.
”Idealnya, perpaduan senior dan junior,” ucap Dahlan. Meski begitu, dia menyatakan bahwa pengurus terpilih berhak menambah nama baru. Menurut aturan, maksimal separo dari jumlah yang terpilih atau enam orang.
Dia berharap pimpinan tambahan merupakan wajah baru atau generasi yang lebih muda. Selain itu, dilihat dari sisi kapasitas dan kemampuan, 13 personel PP itu tidak memiliki latar belakang kesehatan. Padahal, Muhammadiyah memiliki banyak rumah sakit, sehingga diperlukan pimpinan dengan latar belakang kesehatan atau kedokteran. Hal itu juga berlaku pada hasil Muktamar Makassar 2015.
Saat itu terpilih 13 anggota PP Muhammadiyah. Mereka adalah Haedar Nashir, Yunahar Ilyas, Ahmad Dahlan Rais, M. Busyro Muqoddas, Abdul Mu’ti, Anwar Abbas, Muhadjir Effendy, Syafiq A. Mughni, Dadang Kahmad, Suyatno, Agung Danarto, M. Goodwill Zubir, dan Hajriyanto Y. Thohari. Lalu, ada penambahan pimpinan. Yakni, Marpuji Ali, Bahtiar Effendy, Agus Taufiqurrohman, dan Noordjannah Djohantini.
Di sisi lain, muktamar Aisyiyah juga telah menetapkan Salmah Orbayinah sebagai ketua umum Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah periode 2022–2027 dan Tri Hastuti Nur Rochimah sebagai sekretaris umum.
Dengan terpilihnya ketua umum Muhammadiyah dan Aisyiyah, maka acara nasional itu pun berakhir. Wapres Ma’ruf Amin secara resmi menutup muktamar yang digelar pada 18–20 November tersebut.
Dalam sambutannya, Ma’ruf Amin menyampaikan pentingnya Islam berkemajuan. Menurut dia, KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah karena saat itu melihat kondisi umat Islam yang jumud. Muhammadiyah ingin memajukan umat Islam. “Maka, Islam berkemajuan menjadi napas bagi Muhammadiyah,” ujarnya.
Mantan ketua umum MUI tersebut menjelaskan, kunci kemajuan adalah penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka, lanjut Ma’ruf, pihaknya mengajak Muhammadiyah menyiapkan generasi yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selain itu, lanjut Ma’ruf, semua pihak harus menyiapkan generasi yang menguasai ilmu agama. Dia juga menyinggung krisis multidimensi akibat pandemi Covid-19. Ma’ruf mengajak masyarakat untuk bangkit bersama, menjaga persatuan dan kesatuan, sehingga ekonomi Indonesia akan bangkit.
Sentimen: positif (99.9%)