Sentimen
Negatif (99%)
20 Nov 2022 : 14.27
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: bandung, Solo, Tokyo

Sejarah RRI, Kisah Radio Republik Indonesia dari Waktu ke Waktu

20 Nov 2022 : 14.27 Views 1

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Sejarah RRI, Kisah Radio Republik Indonesia dari Waktu ke Waktu

PIKIRAN RAKYAT – Radio Republik Indonesia (RRI) adalah satu-satunya stasiun radio nasional milik pemerintah Indonesia. RRI didirikan pada 11 September 1945, hingga saat ini tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Radio Nasional.

Radio milik pemerintah ini didirikan setelah mengadakan rapat utusan 6 radio di rumah Adang Kadarusman. Dari hasil rapat itu, terpilihlah pemimpin umum RRI yang pertama, yaitu Dr. Abdulrahman Saleh.

Bataviase Radio Vereniging (BRV) adalah siaran radio pertama di Indonesia (Nederlands Indie-Hindia Belanda) yang disiarkan di Jakarta (Batavia) tepatnya di Hotel des Indes. Radio pertama ini resmi didirikan pada 16 Juni di Jakarta Pusat (Weltevreden).

Semenjak itu, mulai muncul badan-badan siaran radio lainnya seperti Nederlandsch-Indische Radio Omroep Maatschappij (NIROM), Solosche Radio Vereniging (SRV), Mataramse Vereniging Voor Radio Omroep (MAVRO), dan masih banyak lagi.

Baca Juga: Mengenal Muhammad Al Fatih, Perjalanan Panjang Penakluk Konstantinopel

Di antara badan-badan siaran radio tersebut, yang paling besar dan lengkap adalah NIROM karena mendapatkan bantuan penuh dari pemerintah Hindia Belanda.

SRV menjadi pelopor munculnya siaran radio yang berasal dari bangsa Indonesia. Radio ini didirikan pada 1 April 1933 oleh seorang bangsawan Solo bernama Mangkunegoro VII bersama dengan Ir. Sarsito Mangunkusumo yang merupakan seorang insinyur.

Sejak saat ini, mulai muncul banyak badan-badan siaran radio lainnya di beberapa kota yang merupakan hasil bangsa Indonesia, yaitu SRV, CIRVO, MARVO, VORL, EMRO.

Masa Penjajahan Belanda

Pada tahun 1920-an merupakan pertama kalinya ada radio di Indonesia yang digunakan untuk kepentingan penjajah Belanda. BRV didirikan pada 16 Juni 1925 di Jakarta dan disiarkan di salah satu ruangan Hotel des Indes.

Baca Juga: Profil Chairil Anwar, Si Binatang Jalang yang Mampus Dikoyak-koyak Sepi

Radio pertama ini mendapatkan dukungan dari wartawan dan pengusaha Belanda. Dengan begitu, beberapa isi siarannya memiliki tujuan komersial dengan propaganda perusahaan dan perdagangan.

Setelah banyaknya program siaran yang baik dan menarik, mulai bermunculan perkumpulan siaran radio Bahasa Indonesia. Tujuan didirikan siaran radio ini untuk menyiarkan kesenian dan kebudayaan Indonesia.

Pada 28 Maret 1937, beberapa perwakilan siaran radio di bawah pimpinan Soetarjo Karto Hadi Koesumo, mengambil keputusan untuk mendirikan Perserikatan Perkumpulan Radio Ketimuran (PPRK). Kata ‘ketimuran’ di sini maksudnya adalah Indonesia.

Pada 7 Mei 1937, usulan PPRK disetujui oleh pemerintah Hindia Belanda. Namun, baru bisa direalisasikan 3 tahun kemudian, tepatnya pada 1 November 1940. Siaran PPRK yang pertama diudarakan melalui pemancar NIROM.

Baca Juga: Mengenal Rigen Rakelna, Sempat Menolak Pekerjaan karena Merasa Kurang Percaya Diri

Masa Penjajahan Jepang

Pada 8 Maret 1942, pemerintah Belanda bersama dengan angkatan tentaranya mengaku kalah dan menyerah kepada bala tentara Jepang di Kalijati Subang. Sejak saat itu, berlaku pemerintahan militer Jepang dengan nama Jepang Raya (Dai Nippon).

Dengan bergantinya pemerintahan, radio berstatus swasta dimatikan dan diurus oleh Pusat Jawatan Radio. Dengan begitu, siaran digunakan untuk kepentingan militer Jepang. Namun, pada masa ini kebudayaan dan kesenian mendapat kemajuan pesat.

Radio Sebagai Alat Perang Urat Saraf dan Propaganda Jepang

Sejak keluarnya maklumat Tenno Heika pada 8 Desember 1941, Jepang menggunakan siaran radio untuk perang urat saraf terhadap negara-negara Asia yang ingin dikuasainya. Dengan begitu, isi siaran radio Tokyo berisi propaganda.

Jepang menjanjikan kemerdekaan bangsa-bangsa Asia yang masih dijajah untuk membangun Asia Timur Raya. Janji tersebut seakan membuat pendengarnya merasakan kemerdekaan sehingga kedatangan Jepang ditunggu-tunggu.

Kedatangan Jepang ke Indonesia disambut baik oleh rakyat Indonesia. Tak lama, Jepang berhasil menduduki beberapa daerah di Indonesia.

Angkatan Perang Serikat di Indonesia menyerah tanpa syarat kepada tentara Jepang yang kemudian diumumkan melalui radio.

Pada 8 Maret 1942, pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia berakhir dan digantikan dengan kekuasaan Kemaharajaan Jepang.

Namun, situasi Jepang saat itu tidak baik lantaran Amerika Serikat dan Uni Soviet berlomba untuk menduduki Jepang. Bahkan Amerika menjatuhkan bom di beberapa kota di Jepang, yang paling terkenal adalah bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.

Para pemimpin Indonesia secara rahasia terus mengikuti siaran radio berita luar negeri. Dari sana mereka menjadi lebih paham dengan situasi peperangan yang terjadi.

Dengan kekacauan yang dialami Jepang, para pemimpin Indonesia menggunakan kesempatan itu untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Desakan itu diajukan karena mereka sudah mendengar berita radio luar negeri bahwa Jepang menyerah kepada sekutu.

Terbentuknya Radio Republik Indonesia

Setelah Jepang menyerah kepada sekutu, pemuda radio Indonesia menuntut penyerahan radio Hoso Kyoku kepada mereka.

Para pemuda radio di Bandung berhasil menguasai Bandung Hoso Kyoku kemudian mengganti nama menjadi Siaran Radio Republik Indonesia Bandung.

Siaran radio pertama adalah pengumuman kemerdekaan Indonesia dengan membacakan teks proklamasi.

Siaran itu dilakukan oleh R.A. Darya, Odas Sumadilaga, Sakti Alamsyah, dan beberapa penyiar lain dalam berbagai bahasa pada pukul 19.00 WIB di jalan Tegalega Timur No. 15, Bandung.

Pada 19 Agustus 1945, siaran Hoso Kyoku dihentikan sehingga membuat masyarakat buta berita. Mereka tidak tahu harus melakukan apa setelah pengumuman proklamasi Indonesia yang dilakukan pada 17 Agustus 1945.

Bahkan, melalui radio terdengar kabar bahwa tentara Inggris menduduki beberapa daerah Indonesia dengan tujuan untuk memelihara keamanan sampai Belanda bisa menjalankan kekuasaannya kembali di Indonesia.

Mendengar hal tersebut, orang-orang yang aktif di radio menyadari bahwa radio merupakan alat penting yang dapat digunakan menjalin komunikasi antara pemerintah dengan rakyat.

Pada 11 September 1945, perwakilan 8 bekas radio Hosu Kyoku mengadakan pertemuan dengan pemerintah di Jakarta. Dari pertemuan ini Radio Republik Indonesia (RRI) resmi didirikan.

Tanggal didirikannya RRI ini diperingati sebagai Hari Radio Republik Indonesia atau Hari Radio Nasional. RRI dipersembahkan kepada Presiden dan Pemerintah RI sebagai alat komunikasi dengan rakyat Indonesia. (Yani Suryani)***

Sentimen: negatif (99.8%)