Sentimen
Positif (92%)
20 Nov 2022 : 12.44
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Jati, Trenggalek

Begini Cara Pemkab Trenggalek Jaga Kerukunan Pendekar Silat

20 Nov 2022 : 19.44 Views 1

Beritajatim.com Beritajatim.com Jenis Media: Politik

Begini Cara Pemkab Trenggalek Jaga Kerukunan Pendekar Silat

Trenggalek (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten Trenggalek mendorong berdirinya paguyuban perguruan pencak silat. Tentunya ini ditujukan untuk merangkul para pendekar yang ada di Kabupaten Trenggalek agar terjaga kerukunan antar perguruan.

Dengan terjaganya tali silaturahmi, rasa empati dan saling menghargai antara perguruan silat satu dengan lainnya benturan-benturan yang dimungkinkan bisa dihindari.

Mendorong terwujudnya hal ini, Selasa (15/3/2022), Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) mengundang seluruh perguruan pencak silat di bawah naungan IPSI untuk bisa duduk bersamà, saling memberikan masukan satu sama lainnya.

Wakil Bupati Trenggalek, Syah Muhamad Natanegara menyambut baik upaya pembentukan paguyuban antar perguruan silat ini, namun dirinya berpesan wacana pendirian paguyuban ini dipikirkan dengan matang sehingga tidak terjadi permasalahan baru nantinya.

Diharapkan oleh mantan Anggota DPRD Trenggalek itu, dari pertemuan ini ada hasil rekomendasi yang tidak bertentangan dengan kebiasaan yang telah ada. Wabup Syah sepakat bawasannya semua perguruan pencak silat memiliki tujuan yang baik.

“Seperti kata pepatah, karena nila setitik rusak susu sebelangga. Karena kesalahan oknum rusak nama pencak silatnya. Hal inilah yang perlu kita jaga, semoga dengan adanya paguyuban nanti kerukunan antar perguruan dapat terwujud,” ungkap Wabup Trenggalek itu.

Mantan aktivis kepemudaan itu menambahkan, pertarungan di jalanan dan di ring itu berbeda.

“Bila menang bertarung di ring kita akan mendapatkan penghargaan atau piala. Sedangkan bertarung di jalanan tentunya berpotensi pada persalahan hukum, mari kita hindari ini,” pesan lanjut Syah Natanegara kepada para pendekar di Trenggalek.

Berdirinya paguyuban antar perguruan pencak silat di Trenggalek juga mendapat dukungan dari Ketua IPSI Trenggalek, Sigid Agus Hari Basuki. Menurut pria yang juga menjabat Kadishub Kabupaten Trenggalek itu, dengan adanya paguyuban diharapkan ada presepsi atau sudut pandang yang sama antar sesama perguruan pencak silat.

Sejarahnya pencak silat ini merupakan seni bela diri warisan leluhur dari Melayu dan Unesco telah menetapkan pencak silat ini sebagai budaya warisan leluhur yang patut kita jaga. Berkembangnya waktu pencak silat menjadi cabang oleh raga dan kita banyak mengukir prestasi dan menjadi salah satu cabang olah raga unggulan tanah air.

Ketua IPSI ini mengingatkan, merujuk pada perjalanan sejarah itu bawasannya kita ini saudara hanya baju atau identitasnya saja yang membedakan. Diharapakan olehnya konflik-konflik antar perguruan bisa dihindari dengan menjaga silaturahmi.

“Hari ini kita kumpulkan semua perguruan silat yang ada di sini, dibawah naungan IPSI. KIta undang ketua dan sekretaris dengan harapan kita bisa duduk bersama untuk bicarakan ke depan ini masing-masing wilayah kecamatan itu, kita buat semacam paguyuban. Dengan harapan apabila terjadi apa-apa dapat diselesaikan dengan baik. Harapan kami semoga tidak terjadi apa-apa,” ungkap Kepala Bakesbangpol Kabupaten Trengalek, Widarsono.

Lebih lanjut Widarsono menambahkan, apabila terjadi sesuatu yang berkaitan dengan perguruan silat, agar bisa dilokalisir. Bisa diselesaikan di wilayah itu, tidak perlu mengembang dibawa keluar. “Selesai di tempat itu,” terang Kepala Bakesbangpol.

“Tentunya ini usulan dari teman-teman, karena itu dilakukan oleh oknum bukan dari perguruan silat. Saya yakin perguruan silat itu semua tujuannya baik. Mengembangkan olahraga, budaya. Namun ada oknum yang mencari jati diri, akhirnya terjadi keributan. Sekali lagi biar masanya tidak berkembang maka diaharapkan bisa dilokalisir di wilayah dengan adanya paguyuban perguruan pencak silat. Tujuannya adalah itu,” sambung mantan Asisten Pemerintahan dan Kesra itu.

Dengan pertemuan ini, pihaknya berharap agar semua bisa duduk bersama, tanpa berharap terjadi suatu masalah.

“Kita akan mencoba, mungkin dalam 3 atau 4 bulan mengadakan pertemuan untuk menampung masukan agar tidak terjadi masalah nantinya,” tandas Widarsono. [nm/but]

Sentimen: positif (92.8%)