Sentimen
Negatif (99%)
19 Nov 2022 : 23.52
Informasi Tambahan

Kasus: covid-19

Tokoh Terkait

Tiga Puluh Provinsi Berisiko Tinggi KLB Polio

RRi.co.id RRi.co.id Jenis Media: Nasional

19 Nov 2022 : 23.52
Tiga Puluh Provinsi Berisiko Tinggi KLB Polio

KBRN, Jakarta: Tiga puluh provinsi di Indonesia mencakup 415 kabupaten kota disebut berisiko tinggi terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) polio. Hal itu disebabkan cakupan imunisasi di Indonesia menurun sejak munculnya pandemi Covid-19. 

“30 provinsi dan 415 kabupaten kota semua masuk kriteria tinggi (high risk) untuk cakupan polio yang rendah semua. Jadi Indonesia ini high risk untuk terjadinya KLB polio,” kata Direktur Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu dalam konferensi pers, Sabtu (19/11/2022).

Maxi menuturkan, cakupan Oral Polio Vaccine (OPV) dan bivalen Oral Polio Vaccine (bOPV) di tingkat kabupaten kota rendah. Sebelum pandemi, data imunisasi anak menunjukkan, pemberian vaksin bOPV sudah mencapai 86,8 persen. 

Meskipun masih ada beberapa wilayah yang vaksinasinya di bawah 50 persen. Daerah itu antara lain, Kalimantan, Sumatra khususnya di Aceh yang sejak 2020 merah, dan di Papua.

Kemudian tahun 2021, pemberian vaksin OPV turun menjadi 80 persen, termasuk di Aceh dan di Sumatra rendah. Sedang untuk vaksin OPV yang disuntikkan memang rendah sejak 2020 yaitu 37,7 persen di hampir semua wilayah Sumatra, Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan.

"Jadi kenyataannya memang terjadi satu kasus polio di Papua pada 2018. Ada satu kasus polio di Aceh tahun 2022,” ujar Maxi.

Pemerintah mendadak menetapkan penyakit polio sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), setelah menemukan satu kasus. Kementerian Kesehatan menemukan satu pasien polio berusia 7 tahun, terinfeksi virus polio tipe 2 di Aceh. 

"Jadi, satu kasus itu harus dinyatakan KLB karena Indonesia sudah menyatakan eradikasi. Tapi, ternyata masih ada virus polio liar yang ada, apalagi tipe 2 yang dianggap sudah tereradikasi," kata Maxi saat "Konferensi Pers: Kejadian Luar Biasa Polio di Indonesia" melalui Youtube, Sabtu (19/11/2022). 

Ia mengatakan, pasien tersebut mengalami pengecilan di paha dan betis. Namun, kata dia, pasien tersebut dapat berjalan, walaupun dalam kondisi tertatih. 

"Anak itu mengecil di bagian otot, paha, dan betis, dan memang tidak ada riwayat imunisasi," ujar dr. Maxi. Selain itu, dia juga memastikan, sang pasien tidak terpapar dari orang lain. 

Sentimen: negatif (99.8%)